Manakala kita telah dekat dengan Allah dan telah ramah denganNya, pasti
Allah - menurut kebiasaan - tidak akan menahan-nahan permintaan hambaNya. Bahkan Allah menggerakkan pada hambaNya supaya terus bermohon dan berdoakepadaNya. Bagaimanakah apabila Allah s.w.t. telah meringankan lidahhambaNya, dan bagaimanakah selanjutnya? Dalam hal ini yang mulia Imam Ibnu Athaillah Askandary telah memberikan kesimpulan dalam Kalam Hikmah beliau sebagai berikut:
"Manakala Allah membukakan lidah anda dengan bermohon (kepadaNya), maka ketahuilah, sesungguhnya (Allah) berkehendak akan memperkenankan (permohonan) anda."
Penjelasan Kalam Hikmah ini adalah sebagai berikut:
I. Yang dimaksud dengan Allah membukakan lidah kita, artinya Dia meringankan lidah kita pada berdoa dan memohonkan sesuatu yang kita hendaki kepadaNya. Dengan ringan lidah kita berdoa dan memohonkan kepada Allah, berarti kita telah mulai merasakan dan telah mulai menghayati kefakiran kita kepadaNya. Apabila kita sudah merasakan dan menghayati bahwa kita betul-betul berhajat kepadaNya , oleh karena Dia yang sanggup menyampaikan hajat-hajat mahlukNya. Maka ketika itu kita tidak boleh tertinggal dari menyampaikan apa saja hajat kita kepada Allah, bermohon kepadaNya supaya hajat jita itu disampaikan olehNya dan supaya maksud kita diberkahi pula
olehNya.
II. Apabila hal di atas telah kita rasakan pada diri kita, berarti Allah memberikan kapada kita doa, yakni menghendaki supaya kita bermohon kepadaNya. Ketika itulah, maka apa yang kita mohonkan kepada Allah akan diperkenankan olehNya. Adakala Allah memperkenankan maksud yang kita tuju dan yang kita kehendaki, atau selain itu, yang menurut Allah itu lebih baik daripada sesuatu yang kita mohonkan kepadaNya. Adakala permohonan kita itu diperkenankan Allah dengan segera ataupun ditangguh; yakni ditangguhkan waktunya oleh Allah s.w.t. kepada waktu yang sesuai menurut ilmuNya.
Yang sudah terang, bahwa kita berdoa dan bermohon kepada Allah s.w.t. adalah dengan kehendakNya. Buktinya bahwa Allah meringankan lidah kita untuk berdoa kepadaNYa. Dan ini pasti dibarengi dengan perasaan dan pengakuan yang sempurna bahwa kita sangat berhajat kepada Allah. Sebab segala sesuatu tidak akan berhasil jika tidak dengan seizin dan kehendakNya.
Apabila demikian keadaan permohonan kita kepada Allah, maka Allah memperkenankan doa kita sesuai dengan janjiNya, lebih-lebih apabila kita berdoa itu di waktu-waktu yang mustajab, di mana hati kita tidak lupa dan lalai kepadaNya. Yakni waktu mustajab menurut lahiriah, dan mustajab puladisebabkan dibarengi oleh keadaan kita tidak lupa kepadaNya.
III. Perlu diketahui bahwa gambaran kecintaan Allah kepada hambaNya, yang ada hubungannya dengan Allah, memperkenankan maksud dan permohonannya, adalah jauh berbeda antara hamba Allah biasa dengan hmba Allah yang telah diangkat martabatnya oleh Allah sebagai WaliNya dan orang yang begitu dekat denganNya. Misalnya saja, bagaimana Allah dengan WaliNya, dapat kita lihat dari Hadis Anas bin Malik r.a. yang dalam bahasa Indonesianya sebagai berikut:
Telah bersabda Rasulullah s.a.w.: "Apabila Allah telah mencintai hambaNya, maka Allah turunkan bala keatas hambaNya itu dan Allah ikatkan balaNya atas hamba tersebut. Apabila hamba itu berdoa, maka para malaikat berkata: Wahai Tuhanku, itu hambaMu si fulan, sampaikanlah hajatnya. Allah menjawab: Jangan campur tangan pada hambaKu itu. Karena sesungguhnya Aku cinta dan sayang mendengarkan suaranya berdoa dan bermunajat. Apabila si hamba berkata: Wahai Tuhanku! Maka Allah menjawab: Selamat wahai hambaKu dan bahagialah engkau. Tidak kamu seru sesuatu kepadaKu melainkan Aku
perkenankan buatmu. Dan tidak Engkau mohon sesuatu padaKu, melainkan Aku berikan dan Aku perkenankan buatmu. Ada kala Aku segerakan kepadamu apa yang kamu pinta. Ada kala Aku simpan disisiku sesuatu yang lebih baik buatmu. Dan ada kala Aku hindarkan bala darimu dengan doa tersebut, yaitu (dihindarkan)dari cubaan dan bala yang lebih besar dari yang tersebut."
Hadis ini merupakan suatu pengetahuan bagi kita bahwa demikianlah kehendak Allah dalam menanggapi doa para WaliNya. Tentu bagi hamba Allah yang belum sampai ke tingkat yang demikian, menggambarkan bahwa demi kita berdoa kepada Allah, maka terus saja doa kita itu akan diperkenankan olehNya. Perasaan ini mungkin saja boleh terjadi seperti itu. Tetapi berlainan dengan hamba-hambaNya yang saleh atau Wali-waliNya. Sebab kadang-kadang Allah memperlambatkan pada memperkenankan doa mereka, karena Allah sangat sayang dan cinta mendengar suara doa yang selalu diucapkan oleh hambaNya itu kepadaNya.
Yang sudah pasti, tidak ada doa hambaNya yang saleh yang tidak diperkenankan
olehNya. Bahkan Insya Allah pasti diperkenankanNya. Cuma apakah doa itu sesuai dengan apa yang dimohonkan hambaNya itu atau tidak. Apakah cepat diperkenankanNya atau tidak. Dan apakah diperkenakanNya didunia atau disimpan olehNya dengan jalan (sebagai gantinya) dijauhkannya bala dan petaka dari hambaNya, baik di dunia atau di akhirat. Allahlah yang Maha Mengetahui dan yang Maha Kuasa.
Kesimpulan:
Berdoa kepada Allah tidak sunyi dari salah satu dua gambaran. Ada kala berdoa kepada Allah dalam keadaan biasa, bukan karena gugahan hati dan dorongan ilham yang mendesak kita berdoa. Doa yang begini diperkenankan juga oleh Allah, tetapi belum dapat dipastikan, sebab tekanan kita berdoa belum sampai pada tingkat penghayatan keyakinan perasaan kefakiran kita kepada Allah s.w.t.
Ada kala berdoa kepada Allah memeang karena hobbi kita, hati kita menggugah untuk berdoa kepadaNya. Jadi apabila berdoa kepada Allah dengan tekanan demikian, maka ketahuilah bahwa Allah yang Maha Pemurah tidak akan melewati dan membiarkan doa kita begitu saja tanpa diperkenankan olehNya. Tetapi yakinlah bahwa nilai doa kita sama seperti nilai doa hamba-hambaNya yang sedang dalam keadaan darurat atau dalah kebutuhan yang sangat di mana tidak ada jalan lain selain hanya kepada Allah. Dengan penuh perasaan lahir batin, kontak ingatannya hanya kepada Allah, di samping khusyuk dan tawadhuknya kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Inilah yang
dimaksud dengan syair Tauhid dan Tasawuf:
"Jikalau Engkau (ya Allah) tidak mahu memberikan permohonan yang aku harapkan,
Dari kelimpahan kemurahanMu, niscaya Engkau (ya Allah) tidak akan mengilhamkan padaku memohon permohonan."
Maksudnya, karena Allah telah mengilhamkan pada kita buat berdoa dan bermohon kepadaNya, maka tentu Allah dengan limpahan kurniaNya akan memperkenankan doa permohonan kita. Tetapi jika Allah tidak berkehendak memperkenankannya, maka tentu Dia tidak mengilhamkan kita untuk berdoa dan bermohon kepadaNya.
Alangkah indahnya syair ini. Alangkah mendalamnya perasaan keindahan yang terkandung di dalamnya. Perasaan keindahan kehampiran lahir dan batin antara manusia sebagai hambaNya dengan Allah s.w.t. sebagai Pencipta alam semesta dan yang bersifat dengan Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Penyayang.
Amin.
No comments:
Post a Comment