Showing posts with label Hadrah. Show all posts
Showing posts with label Hadrah. Show all posts

Tuesday, June 15, 2010

Tarian Rumi

Setiap atom menari di darat atau di udara
Sadari baik-baik, seperti kita, ia berputar-putar tanpa henti di sana
Setiap atom, entah itu bahagia atau sedih,
Putaran matahari adalah ekstase yang tak terperikan


Shalawat disenandungkan, gendang mulai bertabuh, seruling ney mulai ditiup. Sekelompok darwis mengenakan atribut yang seragam. Topi yang memanjang ke atas, jubah hitam besar, baju putih yang melebar di bagian bawahnya seperti rok, serta tanpa alas kaki. Mereka membungkukkan badan tanda hormat lalu mulai melepas jubah hitamnya. Posisi tangan mereka menempel di dada, bersilang mencengkram bahu. Di tengah-tengah mereka tampak seorang Syaikh, yang berperan sebagai pemimpin. Jubah hitam tetap ia kenakan. Ia maju mengambil tempat. Kini giliran syaikh tersebut membungkukkan badannya pada darwis lainnya, mereka pun balas menghormat.
Sekelompok darwis itu kemudian membentuk barisan. Satu per satu maju. Setelah sang pemimpin memberi restu, maka ritual pun dimulai.
Tangan-tangan masih menyilang di bahu. Kaki-kaki yang telanjang mulai merapat. Lalu dimulailah gerakan berputar yang lambat, dengan tumit kaki dijadikan sebagai tumpuan secara bergantian, sementara kaki yang satunya sebagai pemutar. Perlahan-lahan tangan dilepas dari bahu dan mulai terangkat. Gerakan tangan yang anggun itu berangsur membentuk posisi horizontal. Telapak tangan kanan menghadap ke atas, yang kiri ke bawah.


Lukisan abad 17 yang menunjukan upacara dervish di India

Semakin lama gerakan semakin cepat, selaras dengan ketukan irama yang mengiringinya. Mata-mata itu nampak semakin sayu, sebagian terpejam. Kepala mereka semakin condong ke salah satu pundaknya. Semakin cepat putaran, rok-rok putih yang mereka kenakan semakin mengembang sempurna laksana payung yang terbuka. Orang-orang itu semakin larut. Suasana magis seolah tercipta.
Gendang belum berhenti bertabuh, ney(8) masih mengalun syahdu. Tanpa isyarat dari sang pemimpin ritual untuk berhenti, mereka akan terus melambung dalam keadaan ekstase.
Posisi tangan yang membentang secara simbolik menunjukkan bahwa hidayah Allah diterima oleh telapak tangan kanan yang terbuka ke atas, lalu disebarkan ke seluruh makhluk oleh tangan kiri. Ini merepresentasikan sebuah penyerahan dan penyatuan dengan Tuhan.
Atribut yang dikenakan juga merupakan metafora yang menyimpan makna. Topi Maulawi –yang biasanya berwarna merah atau abu-abu– melambangkan batu nisan ego, jubah hitam sebagai simbol alam kubur yang ketika dilepaskan melambangkan kelahiran kembali menuju kebenaran, baju putih adalah kain kafan yang membungkus ego, dan ney melambangkan jiwa yang dinafikan dari diri, digantikan dengan Jiwa Ilahi. Seruling buluh ini juga melambangkan terompet yang ditiupkan malaikat di hari kebangkitan untuk menghidupkan kembali orang yang mati. Karpet merah yang biasa diduduki oleh sang syaikh melambangkan keindahan matahari dan langit senja, yang waktu itu menghiasi kepergian Rumi untuk selamanya.
Samâ' bukanlah sembarang tarian, melainkan tarian yang memuat konsep spiritual didalamnya. Samâ' bisa dikatakan sebagai sebuah metode intuitif untuk membimbing setiap Individu untuk membuka jalan jiwanya menuju Tuhan. Ketika akal pikiran tak sanggup lagi menjangkau Tuhan, maka metode semacam ini ditempuh.
Dalam samâ', putaran tubuh mengibaratkan elektron yang bertawaf mengelilingi intinya menuju sang Maha Kuasa. Harmonisasi perputaran di alam semesta, dari sel terkecil hingga ke sistem solar, dimaknai sebagai keberadaan Sang Pencipta. Pikirkan ciptaan-Nya, bersyukur dan berdoalah. “Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu .” QS. 64:1.

Akhirnya kita saksikan sang pemimpin mulai berdiri. Tabuhan gendang terdengar dipercepat, seiring itu putaran tubuh pun semakin kencang. Kemudian syaikh itu memberikan isyarat untuk berhenti. Seketika itu musik dan para penari pun berhenti. Dan pertunjukan pun berakhir. Tanpa tepuk tangan, karena samâ' bukanlah sebuah pagelaran seni.
Dengan berputarnya tubuh yang berlawanan dengan arah jarum jam, para penari merangkul kemanusiaan dengan cinta. Manusia diciptakan dengan Cinta untuk mencinta. “Semua cinta adalah jembatan menuju Cinta. Siapa saja yang tak merasakannya tak akan tahu,” demikian kata Rumi .
Makam Rumi di Konya dikelola oleh pemerintah Turki sebagai obyek wisata. Setiap tahunnya, terutama antara tanggal 2-17 Desember, ribuan peziarah dari delapan penjuru mata angin berkunjung, menyaksikan para pengikut Maulawi berputar untuk memperingati “malam penyatuan”, malam di mana sang guru tercinta wafat.
Mausoleum Konya menyimpan kenangan. Saksi bisu sejarah tatkala ujaran sang penyair agung mengisi lembar peradaban luhur Islam melalui karya estetisnya, menjadi sumber inspirasi yang membakar jiwa para pecinta di segenap penjuru dunia.

Seperti gelombang di atas putaran kepalaku,
maka dalam tarian suci Kau dan aku pun berputar
Menarilah, Oh Pujaan Hati,
jadilah lingkaran putaran
Terbakarlah dalam nyala api-bukan dalam nyala lilin-Nya

Rumi

Dengan berputarnya tubuh yang berlawanan dengan arah jarum jam, para penari merangkul kemanusiaan dengan cinta.
Bahwa Tuhan menciptakan dan memberikan Cinta itu menjadi sebuah inti dari semua cinta, yang dapat menghilangkan semua batasan (batasan baik itu agama, budaya, ataupun ras). Di antara semua makhlukNya. Sehingga mereka dapat mencintai semua mahkluk manusia, dan mencintai mahkluk yang lain. Dan itu dapat menjadi sebuah obat untuk menyembuhkan penyakit individualis dan egoism dalam diri manusia.

Lukisan whirling dervishes di tekke di Konstantinopel pada abad 18

Dan Rumi telah menterjemahkan itu semua dalam kesempurnaan bentuk, baik secara ucapan dalam bentuk puisi dan tarian Sema dalam putaran jasad. Untuk dirinya merasakan cinta itu, dan membagikan cinta itu kepada makhluknya.
Perlu disampaikan, bahwa penjelasan ini tidak bermaksud mengajak pembaca untuk menari di hadapan Tuhan, apalagi menganggapnya sebagai ritual yang sejajar dengan shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Cerita Cinta ini sekadar untuk memperkenalkan khazanah keislaman yang dibawa oleh seorang Mawlana Jalaluddin Rumi, yang masyhur bukan saja di Timur, tapi juga di Barat.
Terlepas dari keberatan sebagian ulama fikih yang memandang musik dan tarian sebagai sesuatu yang diharamkan secara syariat, jalan spiritual melalui tasawuf –yang notabene sering menggunakan musik dan tarian sebagai media– telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi peradaban Islam. Terlebih, dalam prakteknya tasawuf mampu memainkan peranan sebagai obat bagi penyakit spiritual yang dilanda manusia modern yang semakin teralienasi dari poros eksistensi.

Wednesday, April 7, 2010

Shadhili Hadra

This shadhuli zikr hadra is conducted by Hazrat Sheik Abdullah Hidayathulla baba(T .C ustad)-naqshbandi-shadhuli-qadiri-rifai-chisti-dasuqi.kerala india.
In india shadhuli tareeqah silsila is connected to Sheik Abdullah Hidayathullah baba-shadhuliyathul-darqaviyathul-madaniyathul-fassiya..he have many mureeds all over in india.he is the founder of JAMIA-HANEEFIYA-RABBANIYYA.calicut.kerala.india


hadra dhikr by Dr tahir qadri & Shaykh Muhammad Yaqoubi

Thursday, September 3, 2009

Hadrah : Sufizm Tradition

Dalam spiritualitas sufi, kita akan mengenal Dzikir dan Hadrah Dzikir adalah sebuah praktek sufi yang berfokus pada mengingat Allah. dzikir sebagai tindakan spiritual berisi pengulangan dalam menyebut nama Allah, permohonan dan doa
Dalam tradisi sufi, Dzikir juga dilibatkan dalam upacara-upacara spiritual baik yang dilakukan harian ataupun secara berjamaah mingguan. proses dzikir dalam sufi bisa dimasukkan instrumen alat musik, tarian, dupa, dan sebagainya.

Sekelompok orang-orang yang berdzikir dalam upacara di negara-negara Arab biasanya disebut hadrah. Kelompok di upacara Turki ini disebut Zikr-i Kiyam.
Hadra adalah melakukan dzikir yang disertai dengan gerakan gerakan tertentu..
Hadra bisa berarti, hadratus syeikh, hadtarun Nabi.. dan HadratuLLah

Hadra with Mawlana Syeikh Muhammad Nazim Al Haqqani
Para sufi berusaha menghadirkan sirr dari syeikh dalam setiap dzikir dan gerakan yang dilakukan. proses hadrah bisa dilakukan dalam beberapa tahapan, disesuaikan dengan syeikh dan tarekat masing-masing.
Dalam hadrah.. sufi biasanya mencapai tahap-tahapan kecintaan, hudur to syeikh, meditasi, dan akhirnya mencapai klimax atau extase.melalui teriakan "Allah Allah!" atau "hu hu"

Dasar dari ritual hadra ini telah banyak dibahas oleh ulama-ulama besar dalam kitab-kitabnya, sperti di dalam Kitab al-Luma `oleh Abu Nasr al-Sarraj, Ibnu al-khafif's` akidah (bagian mengenai tasawuf), Ihya `Ulum al-Din, dan Imam al-Adz Dzahabi dalam Siyar A` lam al-Nubala ', dalam bab tentang Sultan al-`Ulama 'Ibn` Abd al-Salam disebutkan bahwa menghadiri sama` dan menari dalam keadaan ekstasi "(kana yahduru al-sama yarqusu` wa-wa-yatawajad).
Syaikh al-Islam Ibnu Hajar Al-Haytami menyebutkan bahwa beberapa penjelasan telah terlihat dalam hadis-hadis sehingga menjadi bukti atas kebolehan menari (al-raqs) setelah mendengar dzikir hadrag yang mengangkat semangat. Ada banyak bukti yang disebutkan oleh para ulama

Sayyid Muhammad ibn `Alawi al-Maliki mengatakan dalam bukunya tentang perayaan Maulid berjudul Hawl al-Ihtifal bi-Dhikri al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif (" Berkaitan dengan Perayaan Ulang Tahun Nabi "): "Tidak ada keraguan bahwa bernyanyi, menari, membaca syair, dan memukul-mukul drum itu untuk kegembiraan bersama Nabi, meminta berkat kepadanya dan untuk perdamaian dan kedamaian hati.
Ini adalah suatu bentuk yang menampilkan kebahagiaan dan kegembiraan yang sah. Demikian pula, pada saat berdiri (mahallul qyam) dan menyebutkan tentang kelahiran Nabi, ini merupakan tindakan yang menunjukkan kasih dan sukacita yang melambangkan kecintaan pada Rasulullah SAW
Imam Habib Mashhur al-Haddad berkata di kitabnya "kunci surga" (hal. 116), mengomentari ayat yang telah dikutip, (Lalu kulit mereka dan hati mereka menjadi lunak untuk mengingat Allah) (39:23):
'Pelunakkan hati' terdiri dari kepekaan yang terjadi sebagai akibat dari kedekatan dan tajalli. "Adapun 'pelunakan kulit' ini adalah ekstasi dan gerakan bergoyang dari sisi ke sisi yang lain hasil dari keintiman dan manifestasi, ataupun dari rasa takut dan takjub.
Tidak ada kesalahan yang melekat pada seseorang yang telah mencapai tingkatan spiritual ini jika ia bergoyang dan bernyanyi, karena dalam pergolakan gerakan dan hati, dia menemukan sesuatu yang membangkitkan kerinduan tertinggi pada ilahi
Banyak sekali pertannyaan dan ketidak setujuan dari beberapa golongan islam dengan tradisi hadrah ini, terutama dengan adanya tarian, gerakan dan tahapan yang membuatnya menjadi extase dalam dzikir. Akan tetapi tradisi ini akan selalu ada dan berkembang dalam dunia sufi karena hadrah ini sangatlah powerfull dalam membersihkan hati dalam setiap dzikirnya.







Foto by Sologak

Wednesday, July 1, 2009

Hadrah Sufism

Sufi Hadra Dhikr - Dho litham - حضرة - ذكر صوفي



Haqqani Naqshbandi Sufi Hadrah in Cyprus with Mawlana Shaykh Nazim al Haqqani


Hadrah Tariqah Rifa'i


Syrian Hadra zikr