Thursday, November 26, 2015

Hikam Ibnu athaillah : Amal Makrifat

Ibnu Athaillah didalam Al Hikam berkata: ”Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat [mengenal pada-Nya], maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa ma’rifat itu semata-mata pemberian karunia Alloh kepadamu, sedang amal perbuatanmu hanyalah hadiahmu kepad-Nya dengan pemberian karunia Alloh kepadamu.”
Ma’rifat [mengenal] kepada Allah, itu adalah puncak keberuntungan seorang hamba, maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, maka tidak perlu pedulikan berapa banyak amal perbuatanmu, walaupun masih sedikit amal kebaikanmu. Sebab ma’rifat itu suatu karunia dan pemberian langsung dari Allah, maka sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Abu Huroiroh ra. berkata: Rasululloh saw. bersabda: Alloh azza wajalla berfirman: “Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian ia tidak mengeluh kepada orang lain, maka Aku lepaskan ia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari semula, dan ia boleh memperbarui amal, sebab yang lalu telah diampuni semua.”
Diriwayatkan: Bahwa Alloh telah menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi diantara beberapa Nabi-Nya.” Aku telah menurunkan ujian kepada salah seorang hamba-Ku, maka ia berdoa dan tetap Aku tunda permintaannya, akhirnya ia mengeluh, maka Aku berkata kepadanya: Hamba-Ku bagaimana Aku akan melepaskan dari padamu rahmat yang justru ujian itu mengandung rahmat-Ku.” Karena dengan segala kelakuan kebaikanmu engkau tidak dapat sampai ke tingkat yang akan Aku berikan kepadamu, maka dengan ujian itulah engkau dapat mencapai tingkat dan kedudukan di sisi Alloh.
semoga bermanfaat!

Thursday, November 19, 2015

Hikmah Ibnu Athaillah: Keadaan Lapang dan Sempit

Ibnu Athaillah berkata : "Orang-orang ma'rifat jika merasa lapang lebih banyak khawatirnya daripada jika mereka dalam keadaan kesempitan. Dan tidak dapat tetap berdiri di atas batas-batas adab di dalam keadaan lapang kecuali sedikit".
Orang-orang ma'rifat lebih khawatir dalam keadaan lapang daripada dalam keadaan kesempitan. Sebab keadaan lapang itu sesuai dengan hawa nafsunya. Sehingga mereka khawatir kalau sampai tertarik ke dalam ajakan hawa nafsu.
Sehubungan dengan keadaan lapang dan kesempitan itu, Syaikh Ahmad bin "Athaillah berkata :
"Dalam keadaan lapang nafsu ikut mengambil bagiannya dengan bergembira, sedang dalam keadaan kesempitan tidak ada bagian sama sekali bagi nafsu itu."

Hikmah Nashaihul Ibad: Penolong

Dari sebagian Hukama menyatakan: "Barangsiapa mengira bahwa mempunyai penolong yang lebih mumpuni dibanding Allah, maka baru sedikit ia mengenali Allah, dan barangsiapa mengira mempunyai musuh yang lebih kejam dibanding nafsunya, maka ia baru sedikit mengetahui nafsunya sendiri".
maksudnya yaitu: jika seseorang tidak mengenali Allah dengan segala macam keagungan dan Kekuasaan-Nya maka ia tidak dapat yakin bahwa Allah Maha Penolong. Dan orang yang belum mengetahui keganasan hawa nafsu sendiri yang mempengaruhinya kearah kejahatan itu,maka tidak mengetahui pula bahwa nafsu itu musuh yang paling jahat.
Ya Allah Engkau Maha Penolong, tolonglah kami dan berikanlah kami kekuatan untuk melawan nafsu kami Amiin...
(sumber: Nashaihul Ibad Imam Nawawi Al Banteny)

Hikmah Imam Al Ghazali: Lalat

Pernah Imam Al Ghazali ditemui dalam suatu mimpi, lalu kepada beliau ditanyakan "Bagaimana perlakuan Allah terhadap tuan?", lalu beliau menjawab : Terlebih dahulu Allah menempatkan aku ditengah tengah anugerah-Nya. Lalu Allah menanyai saya "Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku?". Akupun menyebutkan berbagai amal perbuatanku, sehingga Allah memotong dengan firman-Nya "Aku tidak menerima itu semua. Yang Aku terima ialah satu kebajikanmu, dimana pada suatu hari engkau tengah menulis kemudian ada seekor lalat hinggap pada penamu untuk minum dawatnya; dan dengan kasih sayang engkaupun berhenti sejenak sampai lalat tersebut memperoleh kesegaran". Kemudian Allah memerintahkan "Bawalah Hambaku ini ke surga !".
Rasulullah bersabda : "Allah Maha Penyayang berkenan melimpahkan kasih sayang-Nya kepada mereka yang bersikap penyayang, maka dari itu sayangilah penduduk bumi agar kalian disayangi oleh penduduk langit"..

Hikmah Kitab Nashaihul Ibad : Dosa

Dari sebagian kaum zahid mengatakan: "Barangsiapa dengan tertawa berbuat dosa maka Allah akan melempar dia kedalam neraka dengan tangisan, dan barangsiapa dengan menangis berbuat taat maka Allah akan memasukannya ke dalam surga dengan tertawa".
maksud dari nasehat ini adalah : Orang yang dengan bangga berbuat dosa maka akan masuk neraka dengan penuh penyesalan. orang seperti ini pada hakekatnya telah melakukan dua dosa besar sekaligus yaitu disa itu sendiri dan dsoa karena bangga berbuat dosa.
Sebaliknya orang yang taat kepada Allah dengan penuh rasa penyesalan atas dosanya dan takut mendapat siksa sehingga ia menangis karenanya, kelak akan masuk surga dengan kegembiraan. orang seperti ini pada hakekatnya telah melakukan dua kebajikan, yaitu kebajikan taat itu sendiri dan kebajikan penyesalan atas dosa yang ia lakukan.
(sumber: Nashaihul ibad: Imam Nawawi Al Banteni)

Kisah Syeikh Abu Bakar Bin Salim

Suatu hari seorang wanita mendatangi rumah Al Imam Fakhrul Wujud Syeikh Abi Bakar bin Salim ra. Maksud kedatangan wanita itu adalah untuk memberikan semangkuk bubur gandum kepada Al Imam Fakhril Wujud. Wanita itu telah membuat bubur tersebut semalam suntuk, khusus untuk diberikan kepada Al Imam Fakhril Wujud. Ketika wanita itu sampai di depan pintu rumah Al Imam Fakhril Wujud, maka penjaga pintu berkata, “Ibu mau kemana?”, Wanita itu berkata, “Aku ingin menghadiahkan semangkuk bubur ini untuk Al Imam Syeikh Abi Bakar bin Salim.” Maka penjaga itu berkata, “Wahai ibu, lebih baik makanan ini anda sedekahkan saja kepada para fuqara, karena setiap hari di dapur Al Imam selalu dipenuhi dengan sembelihan kambing dan berbagai macam makanan yang dimasak setiap harinya.” Wanita itu pun merasa kecewa, namun menyadari apa yang telah dikatakan oleh penjaga itu, karena pastilah semangkuk bubur itu tidaklah ada artinya bagi Al Imam Fakhrul Wujud.
Ia pun kemudian pergi, meninggalkan rumah Al Imam Fakhril Wujud. Al Imam Fakhrul Wujud adalah seorang yang memiliki firasat yang sangat tajam. Saat itu Al Imam Fakhrul Wujud sedang duduk bersama para tamunya. Tiba-tiba saja beliau keluar dan berlari untuk mengejar wanita yang tadi mendatangi rumahnya, seraya memanggil, “Wahai ibu! Apa yang engkau bawa?” Penjaga pintu itu kaget dan terheran, karena baru pertama kali ini ia melihat Al Imam Fakhril Wujud berlari. Maka ibu itu berkata, “Wahai Imam, aku membawa semangkuk bubur ini, yang kubuat semalaman hanya untuk kuberikan kepadamu, namun penjagamu mengatakan bahwa semangkuk bubur ini, tidaklah berarti untukmu, karena di dapur rumahmu telah dipenuhi banyak sekali makanan yang lebih baik. Maka sebaiknya bubur ini kusedekahkan saja kepada fakir miskin.” Beliau berkata: “Wahai Ibu, maafkanlah penjaga pintu itu, karena ia tidak tau kesukaanku. Ketahuilah! Tidak ada hadiah yang lebih membuatku gembira, selain hadiah bubur darimu ini, semoga Allah membalas kebaikanmu.” Al Imam Syeikh Abi Bakar bin Salim pun menerima makanan itu dengan gembira lalu Beliau memberikan kepada wanita itu 1000 dinar. Wanita itupun berbunga-bunga hatinya, bukan karena uang 1000 dinar yang ia terima, tetapi karena Al Imam mau menerima hadiah darinya yang tidak seberapa tersebut. Al Imam Fakhril Wujud Syeikh Abi Bakar bin Salim kembali kepada penjaganya dan berkata: “Tahukah Engkau bahwa ibu itu telah bersusah payah membuatkan makanan ini untukku, walaupun hanya sedikit. Maka seperti itulah keadaanku di hadapan Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ, yang mana aku telah beribadah semampuku namun tidak ada artinya di hadapan Allah, dan jika engkau mengusir ibu itu, bagaimana jika nantinya jika aku terusir dari rahmat Allah?”
MasyaAllah Tabarakallah, betapa banyak hikmah yang dapat kita petik. Usaha dan kesusah-payahan kita dalam beribadah dan ta’at kepada Allah SWT, tidak akan pernah sia-sia. Meskipun Allah SWT tidak butuh sama sekali dengan ibadah kita, namun ingatlah bahwa kita adalah hamba yang sangat butuh kepada Allah SWT dan Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Bersyukur, Allah SWT adalah Dzat Yang Tidak Suka Menyianyiakan amal ibadah hamba-Nya. Allahumma Sholli wa Sallim ‘ala Muhammad! ALLAHU AKBAR!!!
Sumber: Al Habib Muhsin Basyaiban On FB

Hikmah Syeikh Abdul Qodir Jilani: Rahmat Allah

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
"Wahai anak muda! Janganlah berkonsentrasi pada mencuci pakaian jasadmu, sementara pakaian kalbumu kotor. Engkau berada dalam keadaan kotor. Engkau harus mencuci kalbu terlebih dahulu, kemudian baru mencuci pakaianmu yang biasa. Engkau harus melaksanakan kedua tindak pencucian itu. Cucilah pakaianmu dari kotoran, dan cucilah kalbumu dari dosa-dosa!
Engkau tidak boleh membiarkan dirimu silau oleh apa pun, sebab Tuhanmu “melakukan apa yang dikehendaki-Nya” (QS 11:107). Itulah sebabnya diceritakan sebuah kisah tentang seorang saleh, bagaimana suatu ketika ia mengunjungi saudaranya seiman kepada Allah. “Wahai saudaraku,” katanya kepada saudaranya itu. “Marilah kita menangis atas pengetahuan Allah tentang kita!”
Alangkah bagusnya ucapan orang saleh ini! Dia adalah orang yang memiliki pengenalan (‘ârîf) tentang Allah dan telah mendengat kata-kata Nabi SAW: “Salah seorang di antara kalian mungkin beramal dengan amalan ahli surga, sampai tak ada jarak antara dia dan surga itu kecuali satu jengkal saja, kemudian kemalangan menimpanya dan dia menjadi salah seorang penghuni neraka, sampai tak ada jarak antara dia dan neraka kecuali satu jengkal saja, kemudian keberuntungan mengenainya dan dia menjadi salah seorang penghuni surga.”
Pengetahuan Allah tentang dirimu hanya akan tampak kepadamu manakala engkau berpaling lagi kepada-Nya dengan segenap hati dan aspirasimu, manakala engkau tidak pernah menjauhi pintu rahmat-Nya, manakala engkau memasang penghalang dari besi antara hatimu dan nafsu badaniahmu, dan manakala engkau menjadikan maut dan kuburan sebagai titik pusat perhatian bagi mata kepala dan mata hatimu.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir

Hikmah Imam Al Ghazali: Mujahadah

Imam Al-Ghazali mengatakan: “Mujahadah merupakan energi jiwa yang akan menghantarkan engkau memperoleh kebahagiaan. Karena itu, jiwa harus dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya,” (QS Asy-Syams [91]: 9-10)
Mengingat kunci kebahagiaan itu terletak pada jiwa, maka Allah SWT mengagungkan dan menyandarkan jiwa itu kepada Dzat-Nya. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa Dia telah mengistimewakan dan memuliakannya. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, kemudian apabila telah Kusempurnakan kejadiaannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan-Ku), maka hendaklah engkau tersungkur dengan bersujud kepada-Nya.” (QS Shad [38]: 71-72)
Dari ayat di atas jelas sekali Allah mengingatkan bahwa manusia itu diciptakan dari tubuh yang dapat dilihat dengan penglihatan mata dan jiwa (ruh), yang dipertemukan dengan akal dan mata hati, bukan dengan indera. Allah menyandarkan tubuh manusia itu pada tanah, dan menyandarkan ruh kepada ruh ciptaan-Nya.
Merujuk firman Allah di atas, maka yang kami maksud dengan jiwa adalah ruh ciptaan-Nya. Dengan pengertian ini, orang-orang yang memiliki mata hati harus sadar bahwa jiwa atau ruhnya lebih luhur daripada tubuh yang hina yang berada di bumi ini. ”
Sumber: Imam Al-Ghazali dalam Kitab Mizan Al-Amal

Wednesday, November 18, 2015

Hikmah Syeikh Abdul Qodir Jilani : Sabar

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai kalian pengemis-pengemis yang melarat, kalian harus menanggung kemelaratan kalian dengan sabar, sebab dengan demikian kesejahteraan akan datang kepada kalian baik di dunia maupun di akhirat nanti. Nabi Saw. diriwayatkan telah mengatakan: “Kemiskinan dan kesabaran adalah teman duduk (julasâ’) Allah di hari kebangkitan, dan orang-orang miskin dan mereka yang bersabar adalah teman-teman duduk ar-Rahmân (Yang Maha Pengasih), dengan hati mereka hari ini dan dengan jasad mereka esok.”
Mengenai orang-orang miskin yang kebutuhannya adalah terhadap Tuhan Yang Maha Benar dan mereka yang bersabar dengan-Nya dan bersikap tak acuh terhadap semua yang lain, maka hati mereka adalah tenang dan tunduk di hadirat-Nya. Mereka tidak memberikan perhatian kepada seorang pun selain kepada-Nya. Kepada mereka, seolah-olah Allah Swt. Mengatakan sebagaimana yang dikatakan-Nya tentang Mûsâ a.s: Dan kami telah mengharamkan ibu-ibu susu baginya sebelum itu (QS 28:12).
Apabila hati sehat dan benar-benar mengenal (‘arafa) Tuhan Yang Maha Benar, maka ia akan menolak untuk mengakui yang lain. Ia akan menemukan persahabatan yang intim dengan-Nya dan merasa terasing dengan semua yang lain. Ia akan merasakan kenyamanan di sisi-Nya dan tidak nyaman bersama siapapun selain-Nya."
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir

Hikmah Imam Al Ghazali: Berwudhu

Imam Al Ghazali didalam kitabnya Bidayatul Hidayah menjelaskan tujuh hal yang dimakruhkan didalam berwudhu yaitu:"
1. Jangan mengibaskan tanganmu karena air akan berserakan
2. jangan menampar wajah dan kepalamu dengan air (jangan membasuh dengan keras, tetapi hendaknya dengan lembut)
3. jangan berbicara saat wudhu
4. jangan menambah basuhan atau usapan lebih dari tiga kali
5. jangan memperbanyak siraman air jika tidak perlu atau hanya sebab alasan was was, karena bagi para penderita was was terdapat setan yang selalu mempermainkan mereka bernama 'wal han'
6. jangan berwudhu dengan air yang panas karena sengatan matahari
7. jangan berwudhu dengan air yang berwadah kuning (emas dan perak)."
semoga bermanfaat menyempurnakan syariat kita dalam berwudhu.

Al Hikam : Keutamaan Wirid

Ibnu Athaillah didalam Al Hikam berkata:"Jika Kamu melihat seorang hamba yang mana telah menjadikan kepadanya wirid dan dia tetap selalu menjaganya, tapi lama sekali datangnya pertolongan Allah (kepadanya). Maka dari itu janganlah menghina (meremehkan) apa yang Allah telah memberinya. Karena sesungguhnya kamu tidak mengerti tanda-tanda orang ma'rifat dan orang yang cinta kepada Allah, maka seandainya tidak ada warid (karunia Allah) tentu tidak ada wirid (kontiniu/keistiqomahan dalam menjalankan ibadah tertentu)".
maksud dari perkataan ini adalah Apabila ada seseorang yang tekun dalam beribadah akan tetapi belum tampak tanda keistimewaan pada dirinya, maka janganlah engkau memandang rendah orang tersebut. Sebab yang demikian itu berarti engkau belum tahu akan tanda-tanda orang makrifat dan orang yang dicintai Allah.
semoga menjadi semangat buat kita dalam istiqomah melakukan riyadoh tanpa mengharapkan keistimewaan tertentu menuju kecintaan pada Allah dan Rasulullah. Amin

Hikmah Imam Al Ghazali : Nafsu

Imam Al Ghazali berkata:" Jika nafsumu mengajakmu meninggalkan berbagai macam wirid maupun zikir yang telah kami sebutkan karena merasa berat ataupun malas, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya setan terlaknat telah mencoba untuk menutupi hatimu dengan penyakit-penyakit hati yaitu cinta harta dan cinta kedudukan.
 Karena itu, engkau harus berhati-hati agar engkau tidak tertipu oleh tipuannya, jika tidak maka engkau akan menjadi menjadi bahan tertawaan da cemoohan bagi syaithan, dan dia akan mencelakakan serta menghina dirimu. Sebenarnya jika engkau melatih dirimu untuk sabar dalam mengkontinyukan wirid dan ibadah tersebut walaupun terasa berat, malas ataupun enggan maka itu adalah sebuah kebaikan. Akan tetapi jika timbul rasa cinta kepada ilmu yang bermanfaat dan engkau dapat bersifat ikhlas utuk Allah dan untuk meraih keuntungan akhirat di dalam mencarinya, maka ketahuilah bahwa pahala mendalami ilmu yang bermanfaat lebih diutamakan daripada wirid dan dzikir yang telah disebutkan, yaitu Selama niatannya benar. 
Yang paling pokok dalam hal ini adalah niat, jika niatnya benar maka ilmu akan membawa derajat yang agung namun jika tidak benar, maka ilmu hanya akan menjadi gudang kehancuran. Yaitu tempat tertipunya orang-orang yang bodoh dan tempat tergelincirnya para pembesar dan pejabat.
sumber : Bidayatul Hidayah : Imam Al Ghazali

Hikmah Habib Abdullah Al Haddad

Habib Abdullah Al Haddad berkata: "Barangsiapa yang hatinya telah dibuka oleh Allah SWT untuk mengikuti jalan petunjuk, hendaknya ia menilainya sebagai karunia terbesar dari Allah SWT yang nilainya sangat tinggi, sehingga karunia tersebut harus ia syukuri dengan benar-benar, karena banyak dari kaum muslimin yang telah mencapai usia delapan puluh tahun lebih tetapi belum pernah mendapat jalan petunjuk menuju kepada Allah SWT.
Karena itu, bagi seseorang yang telah mendapat petunjuk dari Allah SWT, maka hendaknya ia berusaha menjaganya baik-baik dengan jalan memperbanyak berdzikir, berfikir dan selalu duduk bersama dengan orang-orang baik. janganlah ia mendekati atau duduk bersama dengan orang yang hatinya ditutupi oleh Allah SWT dan senantiasa mengikuti bisikan setan. Hendaknya ia senantiasa kembali kepada Allah sealu berharap kepada rahmat Allah, menyegerakan segala perbuatan baik setiap kali ia mendapat kesempatan untuk melakukanya. Janganlah ia menunda sedikitpun perbuatan baik apapun bentuknya dengan alasan apapun karena perbuatan itu termasuk bisikan setan.
Ibnu Athaillah didalam Al Hikam berkata: "Jika engkau menunda suatu perbuatan baik ketika engkau mendapatkan kesempatan untuk mengerjakanya, maka engkau termasuk orang yang mengikuti hawa nafsu:
(Sumber: Kitab Adab Suluki Murid : Habib Abdullah Al Haddad.)

Hikmah Imam Al Ghazali

Imam Al Ghazali berkata:".... Maka keyakinanmu bahwa engkau lebih baik dari orang lain adalah kebodohan yang fatal. Oleh karena itu sebaiknya engkau tidak melihat siapapun kecuali engkau menganggap ia lebih baik darimu, dan bahwa kelebihan dan keutamaan ada padanya, bukan pada dirimu yang penuh kekurangan.
Jika melihat anak kecil katakanlah didalam hatimu, "Dia ini tidak banyak maksiat kepada Allah karena masih kecil sedang aki banyak maksiat kepada-Nya, maka jelas ia lebih baik dariku. Jika engkau melihat orang tua berkatalah, "Orang ini menyembah Allah sebelum diriku, maka jelas ia lebih baik dariku. Jika engkau melihat orang laim katakanlah, "Orang ini dikaruniakan sesuatu yang aku tidak mendapatkanya, dia telah mencapat tingkatan yang aku belum mencapainya dan megetahui ilmu yang aku belum memahaminya, maka bagaimana aku merasa sama dengannya?". Jika engkau melihat orang bodoh katakanlah, "Orang ini bermaksiat kepada Allah karena kebodohanya, sedangkan aku bermaksiat kepada Allah padahal aku berilmu, karenanya alasan Allah untuk menyiksaku lebih kuat, apalagi aku tidak tahu akhiranku dan akhiranya!? dengan alasan apa aku merasa lebih baik dari dirinya?". Bahkan jika engkau melihat orang kafirpun katakanlah," Aku tidak tahu, mungkin saja dia akan masuk islam dan diakhiri usianya dengan kebaikan, mungkin dia akan terlepas dari dosa seperti tercerabutnya rambut dari bubur, sementara aku belum jelas, aku masih khawatir Allah akan menyesatkan aku lalu aku menjadi kafir dan diakhir hidupku dengan keburukan. Dengan demikian, mungkin saja dia menjadi orang yang dekat dengan Allah, sedang aku menjadi orang yang jauh dari-Nya. lalu dengan dalil apa aku merasa lebih baik darinya!".....
"Oleh karena itu, lebih baik engkau sibuk memikirkan akhir kehidupanmu daripada sombong kepada hamba2 Allah yang lainnya. Tidak ada jaminan bahwa keyakinan dan keimanan yang kau miliki sekarang tidak akan berubah dilain waktu yang akan datang, karena sesungguhnya hanya Allah lah yang Maha menggenggam hati dan membolak balikanya, Dia memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki dan menyesatkan orang yang Dia kehendaki pula..".
(Imam Al Ghazali : Bidayatul Hidayah)
Habib Umar bin Hafidz berkata: "Pondasi agar seseorang mendapatkan kenikmatan dalam beribadah adalah menyatukan tujuannya hanya kepada Tuhan, lalu memaksa hati kita agar selalu menghadirkan Allah SWT, dan bergaul bersama orang-orang yang saleh dan membaca biografi mereka. Melalui semua itu seseorang akan mendapatkan kenikmatan dalam beribadah. Seorang arif ditanya:"Aapakah mereka yang bermaksiat kepada Allah akan mendapatkan kenikmatan dalam beribadah?" ia menajwab, "Tidak akan, bahkan mereka yang memiliki rencana bermaksiat tidak akan mendapatkannya".
semoga kita bisa mengambil manfaat dari pembahasan ini amin..
(Sumber:Tanjih al Nabih li Mardhah Barih-Al Habib Umar Bin Hafidz menjawab)