Showing posts with label Ikhya Ulumuddin. Show all posts
Showing posts with label Ikhya Ulumuddin. Show all posts

Monday, August 27, 2012

Hakikat Zuhud

Mutiara Ihya ulumuddin

Yang dimaksud dengan hakikatnya zuhud adalah menolak sesuatu serta mengandalkan yang lain. Maka barangsiapa yang meninggalkan kelebihan dunia serta menolaknya dan mengharapkan akhirat maka ia juga zuhud di dunia.

Sedangkan derajat zuhud yang tertinggi adalah jika ia tidak menginginkan segala sesuatu selain Allah SWT bahkan akhirat. Zuhud haruslah disertai pengetahuan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Amalan yang timbul dari suatu keadaan ialah sebagai pelengkap dari suatu keinginan terhadap akhirat. Sedangkan segala amalnya bagaikan pembayaran harga dengan memelihara harta serta anggota tubuh dari segala yang. bertentangan dengan jualan ini. Sedangkan keutamaan zuhud ditunjukkan oleh ayat sebagai berikut:

Allah SWT. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bwni sebagaiperhiasan baginya agar Kami dapat menguji mereka siapa yang terbaik perbuatannya di antara mereka". (QS. Al-Kahfi: 7)

Allah SWT. telah berfirman, "Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan tersebut baginya, serta barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, maka akan Kami berikan kepada mereka sebagian keuntungan dunia serta tidak akan ada bagktya suatu bagian pun di akhirat". (QS. Asy-Syura: 20)

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Barang siapa yang menginginkan di dunia, maka Allah SWT. akan mencerai beraikan pikiran beserta harta bendanya dan sebagian besar kemiskinannya ada di depan matanya, sedangkan dunia tidak datang kepadanya melainkan yang ditetapkan baginya. Sedangkan barang siapa yang keinginannya adalah akhirat, maka Allah SWT. akan menyatukan pikiran serta memelihara harta bendanya dan menjadikannya semua kekayaan di dalam hatinya dan dunia pun akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk".

Rasulullah Saw. telah bersabda, "Jikalau engkau telah melihat seseorang yang dikaruniai sifat tenang serta menjauhi dunia, maka dekatilah dia, sebab mereka bagimu akan memberi sebuah hikmah".

Rasulullah Saw. juga telah bersabda, "Jikalau engkau ingin dicintai oleh Allah SWT. maka jauhilah keduniaan, niscaya Allah akan mencintaimu".

Pada saat haritsah berkata kepada Rasulullah Saw., "Aku seorang mukmin yang benar?" Rasulullah Saw. berkata, "Apakah yang engkau ketahui tentang hakikat imanmu? Maka Haritsa menjawab, "Diriku telah menjauhi dunia sehingga batu serta emasnya ialah sama bagiku. Seakan-akan aku telah melihat surga dan neraka dan seakan-akan menyaksikan Arsy Tuhanku".

Maka Rasulullah Saw. telah berkata, "Engkau telah mengetahuinyaj maka tetapkanlah. Inilah salah satu contoh hamba yang diterangi hatinya oleh Allah SWT. dengan iman". Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang penjelasan firman Allah SWT, "Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allah SWT. hatinya untuk (menerima) agama Islam, kemudian ia mendapatkan cahaya dari Tuhannya (sama halnya seorang yang telah membantu hatinya". (QS. Az-Zumar:39),

Didalam Firman yang lain, "Barang siapa yang Allah ingin memberinya sebuah petunjuk niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam". (QS. Al-An'am: 125).

Maka Rasulullah Saw. pun menjawab, "Sesungguhnya cahaya tersebut jikalau masuk ke dalam hati, maka dada pun menjadi lapang dan terbuka".
Ada seseorang yang telah berkata, "Ya Rasulullah, apakah keadaan tersebut ada tandanya?"
Maka beliau menjawab, "Ya, dengan menjauhi sebuah negeri yang terdapat tipu daya (dunia) serta kembali ke negeri yang kekal (akhirat) dan akan siap untuk menghadapi kematian yang akan tiba".
Jabirra. telah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkhutbah kepada kami seraya berkata, "Barang siapa dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah tanpa dicampuri dengan yang lainnya, maka ia pun akan masuk surga".
Lalu Ali ra. juga telah bersabda, "Ayah dan ibuku yang akan menjadi tebusanmu, ya Rasulullah, apa yang tidak bercampur dengannya, coba terangkan ia kepada kami". Maka Rasulullah Saw. berkata, "Cinta dunia dengan mencari serta dengan mengikutinya. Orang-orang yang mengatakan perkataan Nabi-nabi serta mengamalkan perbuatan orang-orang yang sombong. Maka barang siapa yang datang membawa kalimat "Laa ilaha illallah " tanpa dicampuri sesuatupun dari ini, maka wajiblah surga baginya". Di dalam suatu kabar telah disebutkan, "Kedermawanan itu termasuk serta keyakinan serta tidak masuk mereka orang yang yakin, sedangkan kekikirannya termasuk keraguan serta tidak masuk surga siapa yang ragu".

Diantara tiga macam derajat zuhud
Yang pertama, memaksakan zuhud terhadap dunia serta memerangi nafsunya di dalam usaha meninggalkannya walaupun disukainya. Ini ialah orang yang memaksakan zuhud serta mudah-mudahan berlangsung terus sampai ia mencapai zuhud.

Yang kedua, ia bersifat zuhud terhadap duia dengan suka rela sebab meremehkannya disamping ada yang diharapkannya. Seperti halnya orang yang sedang meninggalkan satu dirham demi dua dirham serta ini tidaklah memberatkannya, akan tetapi ia harus memperhatikan keadaan dirinya. Ini juga telah mengandung sebuah keknrangan. Yang ketiga, zuhud yang paling tinggi, yakni jikalau seseorang bersifat zuhud dengan suka rela serta tidak pernah merasakan zuhudnya, sebab ia tidak menganggap bahwa ia telah meninggalkan sesuatu sebab ia tahu bahwa dunia bukan apa-apa.

Maka, ia bagaikan orang yang sedang meninggalkan tanah yang liat serta mengambil permata. Ia tidak pernah menganggap itu sebagai pengganti, sedangkan dunia sendiri kalau dibandingkan dengan akhirat maka tidak ada artinya.

Telah berkata Abu Zaid ra. kepada Abi Musa Abdurrahman, 'Tentang apa anda berbicara".
Maka ia menjawab, 'Tidak lain tentang zuhud".
Kemudian Abu Zaid berkata, "Zuhud terhadap apa?"
Sedang Abu Musa menjawab, 'Terhadap dunia".
Maka Abu Zaid telah membebaskan tangannya seraya berkata, "Aku sedang mengira bahwa ia berbicara tentang sesuatu bagian dunia, bukan sesuatu yang ia bersikap zuhud terhadapnya".

Seperti orang yang sedang meninggalkan dunia untuk akhirat menurut ahli makrifat serta para pemilik hati yang dipenuhi penyaksian serta mukasyafat ialah bagaikan orang yang sedang dihalangi anjing yang sedang memasuki pintu seorang raja, lalu ia melemparkan sepotong roti kepadanya sehingga melalaikan anjing tersebut serta ia pun masuk pintu dan akan mendapatkan kedudukan di sisi raja hingga ia melaksanakan perintahnya di seluruh kerajaannya. Tidakkah engkau melihat telah mendapat di sisi raja dengan sepotong roti yang sedang dilemparkannya kepada anjing dengan imbalan tersebut?

Setan itu anjing di pintu raja, yakni Allah SWT. Ia mencegah manusia bisa masuk, sedangkan pintu terbuka dan tabir terangkat, sedangkan dunia tendiri bagaikan sepotong roti. Jikalau engkau sedang memakainya, maka kelezatannya hanya bersifat sementara serta akan habis ketika sudah ditelan, lalu tinggal berat di perut besar, lalu menjadi busuk, serta perlu dikeluarkan yang dalam bentuk kotoran. Maka barang siapa yang meninggalkannya hanya untuk memperoleh sebuah kedudukan di sisi seorang raja, bagaimana ia perlu memperhatikannya?

Sebagaimana perbandingan dunia yang bersih dengan akhirat lebih sedikit daripada sepotong roti terhadap raja dunia, sebab tidaklah bisa dibandingkan antara sesuatu yang habis derigan sesuatu yang amat dekat, walaupun sedang berlangsung sejuta tahun bersih dari berbagai kekeruhan. Maka akan menantikan kesudahannya dengan kemusnahan. Jikalau demikain halnya, maka ketahuilah bahwa derajat yang tertinggi ialah jikalau engkau jauhi segala sesuatu selain Allah SWT. demi mengharapkan ridla-Nya. Maka hal tersebut dilakukan dengan mengenal-Nya serta mengenal kedudukan-Nya yang amat tinggi. Maka janganlah mengandalkan makan, minum, nikah, tempat tinggal, serta segala kebutuhanmu, melainkan sekedar yang engkau perlukan saja tidak lebih untuk menegakkan badan serta menghidupi dirimu. Inilah zuhud yang hakiki (mutlak). Wallahu A'lam

Tuesday, June 12, 2012

Empat Golongan Yang Tertipu

Kajian Kitab Al Ihya Ulumuddin

Ghurur adalah penyakit hati yang menimpa banyak orang di dunia ini, ghurur menurut bahasa artinya adalah tertipu daya, penyakit ghurur ini telah di jelaskan oleh Imam Ghazali dengan panjang luas sekali di dalam kitabnya “Ihya` Ulumuddin “

Penyakit ghurur ini sangat membahayakan sekali sebab kebanyakan orang yang menderitanya tidak merasa bahwa mereka terserang penyakit ghurur ini, kita tidak membicarakan ghururnya orang-orang kafir terhadap diri mereka atau kehidupan dunia ini, tetapi kita membicarakan penyakit ghurur yang diderita oleh umat Islam selama ini.

Imam Ghazali telah membagi ghurur ini kepada empat golongan :
1. Golongan ulama.
2. Golongan para Abid ( orang yang suka beribadah).
3. Golongan orang yang mengaku sufi.
4. Golongan orang yang memiliki harta , dan orang-orang tetipu daya dengan dunia.


1. Golongan ulama.

Penyakit ghurur ini tidak terlepas dari hati seorang ulama, bahayanya jika mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena virus ghurur yang membahayakan, akhirnya tidak secepatnya untuk mengobati penyakit itu, penyakit ghurur ini menyerang dengan cepat sehingga si penderita "mati" dari rasa harapan dan kesadaran diri kepada Allah.

Seorang yang alim merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.

Seorang yang alim merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.

Seorang ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.

Seorang yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.

Seorang ulama yang mengamalkan segala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya.

Seorang ulama yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur.

Seorang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur.

2. Golongan 'Abid.

Kegiatan ibadah juga dapat membawa seseorang tertipu daya dengan diri sendiri sehingga bukan menjadikan diri semakin dekat dengan Allah bahkan membuat diri menjadi jauh, diantara contohnya :

Seseorang yang sibuk dengan ibadah-ibadah sunnah dan fadhilah tetapi melupakan dan meninggalkan ibadah-ibadah wajib, seperti sibuk melaksanakan shalat sunnah malam tetapi meninggalkan shalat subuh karena ketiduran dan kelelahan ketika waktu malamnya atau senang dengan sholat tarawih tapi masih punya hutang sholat fardlu/belum diqodlo'.

Orang yang sibuk mengambil air wudhu` dan berlebih-lebihan di dalam membasuhnya disebabkan was-was yang datang didalam hati mengkabarkan bahwa wudhu`nya tidak sah, penyakit was-was yang menimpa pada setiap ibadah merupakan bagian ghurur juga.

Seseorang yang terlalu sibuk membaca al-Qur`an, tetapi tanpa mau memikirkan dan memahami segala makna-maknanya, sehingga tidak memahami apa maksud atau penjelasan-penjelasan dari yang ia baca setiap hari.

Seseorang yang sibuk dengan puasa setiap harinya, tetapi lidahnya selalui menceritakan aib orang lain, tidak pernah menjauhkan hatinya dari riya` dan penyakit-penyakit hati, puasanya selalu dibuka dengan makanan-makanan yang haram.

Seseorang yang menunaikan ibadah haji hanya karena ingin digelar dengan haji, tidak mengikhlaskan diri untuk melaksanakan amal ibadah haji, tidak meninggalkan segala kejahatan-kejahatan, melaksanakan ibadah haji agar dipandang orang dan dianggap orang kaya.

Seseorang yang mengamalkan Ibadah sunnah dan fadhilah merasakan ibadah tersebut nikmat dan lezat, mendapatkan ke khusyu'an, tetapi jika melaksanakan ibadah yang wajib dan fardhu tidak merasakan kenikmatan dan kekhyusu'an.

Seseorang yang melaksanakan zuhud dan ibadah , bertaubat dan berzikir, merasakan bahwa dia telah sampai kepda derajat kezuhudan, telah sampai kepda derajat makrifah kepada Allah, padahal hatinya masih tersimpan segudang kecintaan terhadap dunia, mengaharap pangkat dan kedudukan, mengharap pujian dan penghormatan.

3. Golongan orang yang mengaku sufi.

Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berzikir dengan menari dan nyanyian-nyanyian pemenuh hawa nafsu, menganggap diri telah sampai kepada Allah, menganggap mendapat ilham dan kasyaf. inilah termasuk mereka yang tertipu/ghurur.

Seorang yang mengaku sufi, merasa telah berbuat zuhud dan wara`, memakai pakaian yang usang dan bau, mementingkan bersih hati, tetapi segala anggota tubuh kotor dengan maksiat dan dosa. ini adalah penyakit ghurur

Seseorang yang mengaku sufi, tetapi tidak mengikuti jalan para ulama-ulama pembesar sufi seperti Imam Abu Qosim al-Junaidi al-Baghdadi dan yang lainnya, mengaku telah sampai kepada fana` fillah dan baqa fi llah , tidak menjadikan al-Qur`an dan sunnah sebagai pegangan, menghina syariat dan memuja-muja hakikat. ini adalah penyakit ghurur

4. Golongan orang yang memiliki harta dan orang yang tertipu daya dengan dunia.

Seseorang yang menganggap bahwa harta dan uangnya yang mampu menyelamatkannya dan memuliakannya di permukaan dunia ini, harta merupakan pujaan dan ketinggian, memiliki harta berarti memiliki kebesaran dan kesenangan yang hakiki, sehingga lupa membayar zakat, menyantuni orang miskin, dan bisa berbuat sesuka hatinya. ini adalah penyakit ghurur

Seseorang yang membangun masjid, menyantun anak yatim, membantu korban bencana alam, tetapi ingin di puji dan di besar-besarkan kebaikannya, agar orang menyanjungnya dan menggelarnya seorang yang dermawan. ini adalah penyakit ghurur

dengan memahami hal yang demikian, semoga kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang terkena penyakit ghurur (tipu daya) penyakit yang menjadikan seorang hamba jauh dari ridlo Allah Ta'ala

Semoga kita bisa terus istiqomah dan mengetahui bisikan nafsu didalam diri ini. dan Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat ghuyur ini

Sumber Nawawi .spd /albarzah

Saturday, November 19, 2011

Sufi Road : Ilmu dan Belajar

Banyak sekali dalil atas ilmu yang terdapat di dalam Al Qur'an, diantaranya Allah telah berfirman, "niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat". (QS. AI Mujadilah : 11). Sebagaimana Ibnu Abbas pemah mengatakan bahwa sesungguhnya para ulama' mempunyai derajat-derajat diatas orang-orang mukmin sebanyak 700 derajat yang jarak antara dua derajatnya adalah perjalanan 500 tahun.
Allah S WT berfirman: "Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?". (QS. Az Zumar; 9).
Allah SWT juga berfirman : "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama". (QS. Fathir: 28) Allah SWT juga berfirman : "Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untukmanusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu ". (QS. AI Ankabut: 43)
Bersabda RasuluIIah Saw, "Para ulama adalah pewarispara Nabi". Rasulullah Saw, juga pernah bersabda, "Manusia yang paling utama adalah orang mukmin yang alim serta bermanfaat jika dibutuhkan. Jika ia tidak dibutuhkan, maka ia pun mencukupi dirinya,\ Rasulullah bersabda pala, "Imam itu telanjang, serta pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya ialah rasa malu, serta buahnya adalah ilmu ". Rasulullah Saw telah bersabda, "Manusia yang terdekat dari derajat kenabian adalah ahlii ilmu serta ahli jihad. Adapun ahli ilmu maka disebakan ia telah menmjukkan kepada orang-orang tentang agama yang dibawa oleh para Rasui Adapun ahli jihad, maka mereka berjlhad dengan pedang-pedang mereka untuk membela agama-agama yang dibawa oleh para Rasul".
Rasulullah telah bersabda, "Orang alim itu ialah orang kepercayaan Allah dibumi-Nya"
Bersabda Rasulullah Saw, "Pada hari kiamat nanti yang akan memberi syafa 'at adalah Nabi-nabi, kemudian para ulama, lalu para syuhada ".

Berkata Fath Mushili, "Bukankah orang sakit itu bila dilarang makan dan minum serta berobat akan mati?". Orang-orang berkata "Ya”, Kemudian Fath Mushili berkata, "Begitu pula hati. Apabila ia tidak dibe hikmah serta ilmu selama tiga hari, maka ia pun ia telah berkata benar sebab hidangan hati ialah serta hikmah, serta dengan demikian ia hidup sebagaimana hidangan tubuh ialah makanan serta minuman".
Barang siapa yang hatinya sakit serta mati, sesungguhnya ia telah kehilangan ilmu, ia tidak menyadarinya, sebab kesibukan dunia telah melumpuhkan perasaannya. Jika mengungkapkan kesibukan-kesibukan itu darinya, maka ia pun telah merasakan kepedihan yang sangat serta mengalami penyesalan yang tiada akhir. Itulah makna diantara sabda Rasulullah Saw., "Manusia itu tidur (laiai), maka kalau ia mati barulah mereka bangun (sadar) ".
Adapun yang dimaksud dengan keutamaan ilmu seperti yang ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Saw., "Sesungguhnya para malaikat telah merendahkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu, sebab ridla dengan apa yang dilakukannya". Rasulullah juga bersabda, "Kepergianmu untuk belajar satu bab ilmu lebih baik daripada shaiatmu sebanyak 100 rakaat".

Berkata Abu Darda Barangsiapa berpendapat bahwa bepergjan untuk belajar ilmu bukan merupakan jihad, maka iapun telah mengalami kekurangan dalam pendapat serta akalnya". Adapun keutamaan pengajaran, maka hal tersebut ditunjukkan oleh finnan SWT., yang artinya : uDan (ingatlah) ketika Allah mengambil dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu), hendaklah kamu menerangkan tentang isi kitab kepada manusia, serta jangan kamu menyembunyikannya". (QS. Ali Imron ay at 187). Rasulullah ketika membaca ayat ini juga bersabda, "Tidaklah Allah membenci ilmu kepada orang alim, melainkan Dia mengambil janji darinya sebagaimana Dia mengambil janji dari Nabi-Nabi supaya kamu menerangkannya serta tidaklah menyembunyikannya".
Rasulullah Saw. ketika mengutus Mu’az juga bersabda, "Petunjuk yang diberikan Allah kepada seseorang dengan perantaraanmu lebih baik bagimu daripada dunia dan serta segala isinya ". Umar ra. berkata, "Barang siapa yang menceritakan sebuah hadits, kemudian diamalkannya, sesungguhnya ia telah mendapat pahala seperti pahala amal tersebut".
Mengenai pengajaran serta belajar ilmu dan meriwayatkannya secara marfuk Mu'adz bin Jabal berkata, "Belajarlah ilmu, sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan serta menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajrannya ialah seperti tasbih, penyelidikannya seperti jihad, pengajarannya adalah sedekah disertai pemberiannya kepada ahlinya ialah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu adalah penghibur di kala kesepian, menjadi kawan dikala menyendiri serta menjadi petunjuk di kala senang dan susah, ia adalah pembantu serta teman yang baik danpenerang jalan ke surga".
Allah akan mengangkat derajat orang-orang dengan ilmu, kemudian menjadikan mereka dalam kebaikan seperti pimpinan dan pemberi petunjuk yang diikuti, petunjuk di dalam kebaikan, jejak mereka diikuti serta perbuatan-perbuatan mereka diamalkan.
Para malaikat ingin menghiasi mereka serta mengusap mereka dengan sayap-sayapnya. Setiap benda yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka serta memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan di lautan serta binatang-binatangnya, hewan-hewan buas serta temak di darat dan dan bintang di langit. Karena ilmu menghidupkan hati serta menerangi pandangan yang gelap dan menguatkan badan yang lemah. Dengan ilmu hamba mencapai kedudukan orang-orang yang shaleh serta derajat yang tinggi. Memikirkan ilmu sama halnya puasa serta mengkaji ilmu sama dengan shalat malam. Dengan ilmu Allah ditaati serta disembah dan diEsakan. Dengan ilmu.manusia berhati-hati dalam mengamalkan agama serta memelihara hubungan. kekeluargaan. Ilmu ialah pemimpin serta amal adalat pengikutnya. Orang yang mendaapt ilmu adalah orang yang bahagia, sedangkan orang yang tidak mendapatkannya adalahorang yang sengsara.

Dari segi rasio, sudah jelas bahwa ilmu tersebut sesuatu yang utama sebab dengan ilmu manusia sampai kepada Allah SWT. serta menjadikan, dekat denganNya. ia pun mendapatkan kebahagiaan yang abadi dan kenikmatan yang kekal. Ilmu menyebabkan kemuliaan di duni dan akhirat,dunia adalah tanaman akhirat,maka orang alim dengan ilmunya menanam bagi dirinya kebahagiaan abadi dengan mendidik akhlaknya sesuai dengan tuntutan ilmu. Barangkali pula dengan pengajaran ia telah menanamkan kebahagiaan yang abadi sebab ia telah menjadi akhlaq orang-orang lain serta menyuruh kepada mereka perbuatan yang mendekatkan mereka kepada Allah SWT. "Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah serta dengan pelajaran yang baik , serta bantahlah mereka dengan jalan yang baik". (QS. An Nahl: 125)
Ia menyeru orang-orang Khawas dengarf hikmat serta menyeru orang-orang awam dengan nasehat-nasehat dan para pembangkang dengan bantahan. Maka menyelamatkan dirinya dan orang lain serta inilah kesempurnaan manusia.

*disarikan dari kitab Ikhya Ulumuddin