Sunday, August 30, 2009

"Qawali" Musik Sufi Tradisional dari India-Pakistan



"QAWALI" adalah musik sufi Muslim tradisional yang dilakukan terutama di Pakistan dan India. Tradisi seni ini di India / Pakistan, berdasarkan seseorang dari masa lalu yang dihormati sebagai sufi di india India, Amir Khusrau Dehelvi, yang menulis ayat-ayat untuk Qawali dan menyusun penafsiran musik yang masih sangat populer sampai hari ini. Namun, akar dari seni qawali muncul kembali ke Persia pada abad ke-8 di mana bentuk-bentuk awal yang dilakukan sebagai bagian dari sufi "Sema" ritual. The Sema adalah sebuah ritual penting dalam doa dan meditasi, umum untuk semua sekolah sufi. Hal ini dilakukan dalam berbagai cara; berputar-putar, bernyanyi, menyanyi dan bermain musik di instrumen musik khusus seperti "ney" (buluh seruling), semuanya merupakan bagian dari upaya Sufi untuk mencari, dan menempa, koneksi langsung dengan Ilahi , dan mencapai keadaan ekstase spiritual. Qawali adalah salah satu media dari pencarian ini. Penekanannya adalah pada ayat-ayat dan makna-makna tersembunyi , bukan hanya dari seni musiknya

Pada abad ke-13, Amir Khusrau, seorang penggemar sufi dari tarekat Chisthi, membentuk Qawalli dengan menggabungkan akar seni Persia dan dialek India dlam tradisi musik. Seorang murid Nizam-uddin Khawaja Aulia, salah satu dari banyak orang-orang sufi di India Utara telah menyebarkan ide-ide dan ajaran mereka yang berasal dari dunia Islam yang cukup jauh seperti Persia, Asia Tengah dan Turki. Nizamuddin sendiri lahir di Badayun dan melakukan perjalanan pada usia dua puluh di mana akan menjadi murid dari Baba Fariduddin Ganj-e-Shakkar dan kemudian menjadi penggantinya. Ini adalah masa eksplorasi ide dan mencari pengetahuan. Ada gelombang besar dan gerakan di seluruh Asia oleh para guru, ulama, rahib, sufi dan filsuf yang bepergian ke banyak tempat bertukar pikiran dan berbagi ajaran. Gerakan ini difasilitasi oleh perdagangan yang kuat yang dilakukan melalui jalur
sutra.

Ide-ide dan ajarannya yang unik sebagaimana mereka tidak terbatas di satu dogma keagamaan yang ketat, tetapi prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya dan keterbukaan. Penekanannya adalah pada tata pemerintahan yang baik, kewarganegaraan, ketinggian moral dan spiritual melalui meditasi dan perbuatan baik.


Qawalli adalah suatu bentuk populer yang penuh dihormati dalam pencurahan nyanyian dengan jiwa sufinya, berakar pada kepercayaan akan universalitas dan kesatuan dari semua, selain itu jg dapat dinikmati oleh orang-orang dari banyak keyakinan agama di Asia Selatan. Salah satu yang membawa seni ini ke Dunia Barat adalah seorang seniman dari Pakistan yaitu Qawal Nusrat Fateh Ali, yang merintis dan cukup popular di Amerika Utara dan Eropa. Hari ini ada banyak pecinta Qawali di seluruh dunia dan popularitasnya yang terus bertambah. semuanya tumbuh dan berbunga dengan pesan pentingnya yaitu toleransi universal, cinta, dan inklusif yang terkandung dalam liriknya, yang sangat menarik bagi orang-orang di seluruh dunia.

BySufiroad

Friday, August 28, 2009

Rumi Poem: "Akal versus Cinta"


Di balik tirai bernoda darah,
Cinta telah menyebar ketamannya
Kekasih sedang sibuk dengan keindahan Cinta
yang susah untuk dijelaskan
Akal mengatakan: Keenam arah adalah batas, tidak ada yang di luar mereka.
Cinta mengatakan: Ada jalan, dan saya melanjutkan perjalanan berkali-kali;
Cinta telah mendeteksi bahwa pasar di luar pasar.
Akal mengatakan: Jangan menginjakkan kaki di tanah penghancuran;
Tidak ada apa pun di sana kecuali duri.
Cinta mengatakan: Orang-duri yang Anda rasakan hanya dalam diri Anda!
Diam! Hapus keberadaan duri dari kaki hati Anda;
sehingga Anda dapat melihat taman didalamnya
by Sufi Road

Thursday, August 27, 2009

Bisakah SUFI membawa perdamaian di Afganistan

Para Sufi sedang berziarah di salah satu makam Wali di Afganistan
Pemimpin sufi di Afghanistan mengklaim bahwa setidaknya 60 persen dari populasi negara adalah pengikut tasawuf, atau paling tidak mendukung dan menghormati nilai-nilai sufi. "Ziyarats," diyakini sebagai tempat pemakaman tokoh sufi terkemuka, telah menjadi situs ziarah populer di seluruh negara. Para Sufi menikmati menghormati para pemimpin agama dan yang berpengaruh di antara masyarakat. sekarang, beberapa ahli setempat menyarankan agar para sufi dapat menggunakan pengaruh mereka untuk setia membantu membawa kedamaian kepada mereka yang dilanda perang-negara. Sayed Ishaq Gilani, seorang politikus Afghanistan dan seorang sufi, mengatakan bahwa angkatan bersenjata sejauh ini telah gagal untuk mengalahkan Taliban. Ia mengatakan sudah waktunya untuk menjelajahi jalan lain untuk mengakhiri pemberontakan mereka.

Kebanyakan para sufi di Afghanistan dan Pakistan adalah pengikut dari Qadiriya dan Naqshbandiya, masing-masing dipimpin oleh Gilani dan dinastiMojadeddi . "Sufi dapat menjadi instrumen dalam membujuk pemimpin Taliban untuk menghilangkan kekerasan," kata politisi, yang adalah anggota keluarga Gilani. "Jika pengikut sufi didukung, ada kemungkinan 99,9 persen Sufi dapat membantu mencegah segala macam kekeliruan yang digunakan oleh berbagai kelompok atas nama Islam," Gilani menambahkan.

Gilani mengatakan bahwa para sufi sangat bersedia untuk membawa perdamaian" kepada negara. Ia juga mencatat bahwa "sebagian besar Taliban" adalah sufi, sebagian besar pengikut Qadiriya dan gerakan Naqshbandiya. Bahkan, Gilani mengatakan bahwa pemimpin Taliban Mullah Omar sendiri dibesarkan sebagai seorang sufi sebelum kemudian merangkul lebih Islam Wahhabi yang diilhami dan diikuti oleh Taliban. Namun, beberapa ahli sengketa membantah klaim itu.

Benteng Melawan Ekstremisme

Meskipun citra mereka sebagai mistikus damai , sufi di Afghanistan telah secara aktif terlibat dalam konflik politik dan militer. Dalam sejarah Afghanistan baru-baru ini, banyak Sufi mengangkat senjata pada tahun 1980 dan bergabung dengan jihad anti-Soviet. Mereka juga tidak menganjurkan gaya Barat pemerintah sekuler Afghanistan. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan sekte Islam lainnya seperti Wahhabisme, tasawuf adalah dilihat jauh lebih moderat, toleran, dan damai. Masud Naqshbandi, seorang sufi sarjana dan mantan Mujahed berkata "sufi Islam tidak mendukung kekerasan, sementara kelompok-kelompok agama lain di Afghanistan dan Pakistan "telah memilih untuk ekstremisme dalam setiap tindakan."
Naqshband mengatakan bahwa Taliban menginterpretasikan hukum Islam secara berlebihan," dan "melampaui apa yang kita katakan; itu melampaui apa yang Quran katakan."

Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa ahli Barat - yang paling terkenal di Rand Corporation, a US think-tank - telah menyatakan bahwa sufi harus didukung sebagai pertahanan terhadap radikal dan kelompok-kelompok ekstremis. Gilani mengatakan bahwa sementara Afghanistan dan Pakistan mengikuti Wahhabisme dan menikmati dukungan dan pendanaan dari negara-negara Arab, Sufi tidak mendapat dukungan dari dunia luar. Namun, Gilani percaya bahwa setiap dukungan terbukadari negara-negara Barat akan membuat sufi tunduk pada kecurigaan dan ketidakpercayaan di wilayah ini. "Setiap potensi dukungan Barat untuk Sufi harus hati-hati dan tidak berpolitik," katanya.

Jadi, jika para sufi berusaha untuk membujuk Taliban untuk meletakkan senjata mereka, para militan akan menerima pesan perdamaian mereka?

Salah satu tokoh terkemuka Taliban, Abdul Hakim Mujahed, mantan wakil Taliban di New York, mengatakan hal itu pantas untuk dicoba. Dia mengatakan bahwa Taliban "terdiri dari orang-orang dari berbagai latar belakang," dan bahwa sementara beberapa "melawan" sufi, orang lain telah "sangat menghormati" bagi mereka dan bahkan pengikut. "Jika orang-orang yang berpengaruh dan berpengetahuan diberi kesempatan untuk terlibat, mereka bisa membantu proses perdamaian di Afghanistan," kata Mujahed.

Naqshband, cendekiawan sufi, advokat menjelajahi semua jalan bagi perdamaian dan akhir dari pemberontakan. Namun, dia tidak optimis. "Perang di Afghanistan belum pernah tentang agama," kata Naqshband. "Agama telah terseret ke dalam perang ini, yang selalu tentang politik dan geopolitik."

Naqshband mengatakan bahwa Jika Sufi dapat membantu membawa Taliban dalam perundingan mengenai penyelesaian politik, pengaruh mereka akan telah terbukti benar-benar signifikan.

Sumber: Sologak
By Sufi Road

Rumi Poem: "Don't Do It


Ini adalah salah satu puisi favorit Rumi yang cukup menarik. Ia merekam pada saat Syams Tabrizi membiarkan Rumi tahu bahwa dia pergi selamanya. Kaget dan tidak percaya, Rumi secara spontan mengucapkan ayat-ayat berikut dalam membujuk Syams berharapan untuk merubah pikirannya. Anda dapat merasakan melalui rintihan sayatan hati dan ayat-ayat mistik bagaimana Rumi gagal membujuk, memohon, meyakinkan, dan bahkan memohon Syams untuk tidak pergi. Tak lama setelah, Syams pergi. Ia akhirnya kembali satu setengah tahun kemudian, hanya untuk dibunuh, atau dengan beberapa alasan, untuk menghilang selamanya

بشنیده​ام که عزم سفر می​کنی مکن-تو در جهان غریبی غربت چه می​کنی مهر حریف و یار دگر می​کنی مکن-قصد کدام خسته جگر می​کنی مکندزدیده سوی غیر نظر می​کنی مکن-ما را خراب و زیر و زبر می​کنی مکنسوگند و عشوه را تو سپر می​کنی مکن-از عهد و قول خویش عبر می​کنی مکنآن زهر را حریف شکر می​کنی مکن-روی من از فراق چو زر می​کنی مکنقصد خسوف قرص قمر می​کنی مکن-چشم مرا به اشک چه تر می​کنی مکنپس عقل را چه خیره نگر می​کنی مکن-رنجور خویش را تو بتر می​کنی مکن

I've heard that you're planing a trip
DON'T DO IT!
What will you do as a foreignerIn a foreign world?
You're bestowing your love
To a new lover,
Targeting another bleeding liver
DON'T DO IT!
You're giving a stolen glance
To the stranger,
Turning me upside down
DON'T DO IT!
You're shielding yourself
Against your swear and joys
You're ignoringyour vows and promises
DON'T DO IT!
You're turning the poison into sugar
You're making my face
Turn yellow in separation
DON'T DO IT!
You're darkening the moon
Like the Lunar Eclipse
DON'T DO IT!
Why you're making my eyes
Wet with the tears
DON'T DO IT!
Why you're looking at the intellect
With blurred vision
You're making things worseFor your patient
DON'T DO IT!
By Sufi Road

Buku kisah "Syeikh Yusuf Seorang Ulama, Sufi, dan Pejuang"

Sosok Syeh Yusuf di masa kini seakan hanya sayup terdengar di telinga bangsa Indonesia, Kalaupun terkenal hanyalah bersifat lokal, itupun tertimbun oleh warna legenda, bersifat mitologis, dan historis.
Prof. Dr. Abu Hamid, melalui buku yang berjudul Syeikh Yusuf Seorang Ulama, Sufi, dan Pejuang, mengelaborasi jejak-jejak yang ditinggalkannya. Disinilah ditemukan mutiara-mutiara hikmah, nasihat bersifat sufistik dari salah seorang ulama jawi yang mashyur di Masjidil Haram pada masanya. Orang Tta hanya bersenjata tasbih, namun demikian menggetarkan kompeni belanda. Bisa ditebak kualitas macam apa sosok ini.

Buku ini patut dibaca oleh kalangan yang mendambakan jejak perjuangan yang ditorehkan oleh syeh yusuf. Yang lebih uytama, jejak keteladanannya masih relevan untuk direguk oleh generasi-generasi kini yang sedang membangun bangsa ini

Edisi Pratinjau bisa dilihat di Google Book

Wednesday, August 26, 2009

Houl Abuya Maliki di Kuala Lumpur





Rumi On Ramadhan

Rayakan!
Bulan Ramadhan telah datang.
perjalanan menyenangkanke satu
Siapa yang berpuasa
Aku memanjat atap untuk melihat Bulan,
Karena aku sangat merindukan puasa
Dengan hati dan jiwa.
Aku kehilangan topi sambil menatap Bulan.
Sultan Ramadhan membuatku mabuk.
Wahai umat Islam,
Aku telah mabuk sejak hari itu aku kehilangan pikiranku.
RamadhanYang indah keberuntunganku
Begitu Indahnya kemuliaan.
Ada rahasia bulan lain Selain yang satu ini.
Dia bersembunyi di tenda Ramadhan
Seperti seorang Turki.
Siapa pun yang datang
Untuk panen puasa di bulan ini
Menemukan cara untuk Bulan ini.
Siapa pun yang membuat wajahnya
Pucat menyerupai satin
Memakai pakaian sutra dari berpuasa.
Doa akan diterima dalam bulan ini.
Desahan dari satu puasa menembus langit.
Orang yang duduk dengan sabar
Di dasar sumur Ramadhan Memiliki cinta dari Mesir, seperti Joseph.
O kata yang memakan Sahur dengan daging,
Diam sehingga siapa pun
Siapa yang tahu akan menikmati puasa Ramadan
By Sufi Road

Tuesday, August 25, 2009

Sufi Music: Transe Soufie d'Alep تجـلٍّ صوفي من حلب Aleppian Sufi Trance ♪ Ensemble Al Kindî & Sheikh Habboush مجموعة الكندي والشيخ حبـّوش


Album :
Transe Soufie d'Alep ~ Aleppian Sufi Trance
تـجــلٍّ صــوفــي مـن حــلــب♪
Artists :
Ensemble Al Kindî & Sheikh Habboush
مجـمـوعـة الـكـنـدي و الـشـيـخ حـبـّـوش
• Sheikh Habboush : Lead Singer • Abdul Kader Masarani : Munshid •
Hasan Altnji : Munshid • Ali Akil Sabah : Munshid • Zakaria
Mahyeddin : Munshid • Julien Jâlal Eddine Weiss : Qânun, Artistic
Direction • Mohamed Qadrî Dalal : Ud (luth) • Adel Shams el-Din :
Riqq (Percussion) • Mohamed Yahya : Whirling Dervish
Language : Arabic - Instrumental - Vocals
Country : Syria - France
Melodies :Titles on disc 1
[.01.] Taqsim Nay Maqam Rast
[.02.] Bashraf Rast 28/4 Rythme Dawr Kabir
[.03.] Samai Maqam Rast[.04.] Djoubi
[.05.] Qacida Falet Maqam Rast
[.06.] Ughniya
[.07.] Taqsim Nay Et Samai Houzam (Sherif Muyeddin Haydar)
[.08.] Qacida Falt[.09.] Fasl Al Jalale
[.10.] Tarqiyat Madad
[.11.] Qacida MawzunTitles on disc 2
[.01.] Taqsim Ud Maqam Bayati
[.02.] Qacida Falet Maqam Bayati (re)
[.03.] Fasl Maqsoum
[.04.] Taqassim Qanoun Et 'Oud Duo Cythare Et Luth
[05.] Qacida Sheikh Habboush. Maqam Rast (re)
[.06.] Fasl As Sawi[.07.] Fasl Khammar 1
[.08.] Fasl Khammar 2
[.09.] Fasl Bahlul 1
[.10.] Fasl Bahlul 2
[.11.] Madad Wa Duaa.
♪♪
Download From Here. [ PI:110 Mo . PII: 109 Mo ]

Sufi Dance


Samâ', tarian sakral yang pertama kali diajarkan oleh Maulana Jalaluddin Rumi (1207-1273), sang penyair-sufi agung asal Persia. Samâ’ adalah upacara atau ritual yang diadakan sebagai pengantar para penari kepada sublimasi antara makhluk dengan Penciptanya atau antara manusia dengan Allah Swt. Upacara ini berisi syi'ir-syi'ir yang masing-masing mengandung makna.


Tarian mistis yang penuh simbolisme ini pertama kali menginspirasi Rumi setelah kehilangan guru spiritual yang sangat dicintainya, Syamsuddin Tabrizi. Ia adalah seorang darwis misterius yang bagaikan magnet mampu menyedot seluruh perhatian Rumi, hingga orientasi spiritual Rumi berubah secara dramatis, dari seorang teolog dialektis menjadi seorang penyair-sufi. Kemisteriusan Syams membuat putera Rumi menyepadankannya dengan Khidr

Bagi Rumi menari adalah Cinta. Dan Rumi tak berhenti menari karena ia tak pernah berhenti mencintai Tuhan. Hingga tiba saatnya di suatu senja 17 Desember 1273, ia dipanggil Sang Maha Kuasa dalam keadaan diliputi Cinta Ilahi.Setelah wafatnya Rumi , tarekat Maulawiyah tetap melestariakn tarian ini.UNESCO menetapkan tarian ini sebagai buah karya agung dalam tradisi lisan yang tidak ternilai harganya.
Pemerintah Mesir, melalui departemen kebudayaan bekerjasama dengan penyelenggara tour dan travel memfasilitasi acara kesenian ini yang terbuka untuk umum, khususnya wisatawan asing.

Posted by Aan Zainul A

Sunday, August 23, 2009

Mengejar Lailatur Qodar

Menurut Syeikh Abu Hasan Assazili dari kitab Hasyiah al-Qalyubi , ada beberapa rumusan yang dibuat beliau dan selama beliau mengamalkannya, beliau tidak pernah melewatkan Lailatul Qodar sejak masa baligh, yaitu :
Jika awal Ramadhan hari Ahad atau Rabu, maka lailatul qadrnya malam ke-29;
Jika awal Ramadhan hari Jumaat atau Selasa, maka lailatul qadrnya malam ke-27;
Jika awal Ramadhan hari Khamis, maka lailatul qadrnya malam ke-25;
Jika awal Ramadhan hari Sabtu, maka lailatul qadrnya malam ke-23;
Jika awal Ramadhan hari Isnin, maka lailatul qadrnya malam ke-21.

Selain rumusan diatas, Banyak ulama-ulama kita yang mengajarkan untuk mengejar lailatul qodar di 10 hari terakhir bulan ramadhan. ini dilakukan berdasarkan hadits riwayat asy-Syaikhan, Imam al-Bukhari dan Imam Muslim, daripada Sayyidatina 'A-isyah r.anha bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:-

تحروا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان
"Carilah lailatul qadr pada 10 terakhir dari bulan Ramadhan"
Ada juga ulama-ulama yang menetapkan lailatul qodar dengan malam tertentu dalam setiap tahun yaitu malam ke-27 Ramadhan
ini berdasarkan beberapa hadits yaitu diantaranya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shohih kepada Sayyidina Ibnu 'Umar r.anhuma di mana Rasulullah s.a.w. bersabda:-

من كان متحريها فاليتحرها ليلة السابع و العشرين
"Sesiapa yang hendak mencarinya,maka carilah ia pada malam ke - 27"

Mudah-mudahan kita bisa diberikan hidayah dari Allah untuk bertemu dengan malam istimewa ini. yaitu dengan terus melakukan amal-amal soleh dan meningkatkan amal ibadah dengan penuh ke ikhlasan dan keimanan yang ditujukan hanya untuk mengharap Ridha dari Allah SWT selama bulan ramadhan, tidak hanya di malam-malam tersebut.
Sumber: Bahrus shofa

The Beautiful of Bukhara

Bukhara adalah sebuah kota di Asia tengah yang melahirkan seorang sufi besar, yaitu Syeikh Bahauddin Naqsybandi. Disana terdapat makan dari Syeh Naqshaband beserta masjidnya. Selain itu, di kota ini juga terdapat keindahan lain dari arsitektur mesjid-mesjid tua yang cukup megah dan penuh dengan nuansa sufistis..
Berikut beberapa Gambar dari keindahan mesjid-mesjid di Bukhara

Makam Syah Naqsyband






























By Sufi Road

Friday, August 21, 2009

SELAMAT MENYAMBUT RAMADHAN 1430H

SELAMAT MENYAMBUT RAMADHAN
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA
1430 H
MOHON MAAF LAHIR BATHIN




Puasa ala Sufi menurut Imam Al-Ghozaly

"Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapat sesuatu selain lapar dan dahaga?"

Bismillah, Walhamdulillah Wassalatu Wassalamu
`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Wasahbihie Waman Walaah


Sesungguhnya ada tiga tingkatan puasa: biasa, khusus dan sangat khusus.
Puasa biasa, maksudnya adalah menahan diri terhadap makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu tertentu.
Puasa khusus, maksudnya adalah menjaga telinga, mata, lidah, tangan serta kaki dan juga anggota badan lainnya dari berbuat dosa.

Sedang puasa yang sangat khusus, maksudnya adalah puasa hati dengan mencegahnya dari memikirkan perkara perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanyalah mengingat Allah swt. dan akhirat. Jenis puasa demikian dianggap batal bila sampai mengingat perkara perkara duniawi selain Allah dan tidak untuk akhirat. Puasa yang dilakukan dengan mengingat perkara perkara duniawi adalah batal, kecuali mendorong ke arah pemahaman agama, karena ini merupakan tanda ingat pada akhirat, dan tidak termasuk pada yang bersifat duniawi.

Mereka yang masuk ke dalam tingkatan puasa sangat khusus akan merasa berdosa bila hari-harinya hanya terisi dengan hal hal yang dapat membatalkan puasa. Rasa berdosa ini bermula dari rasa takyakin terhadap karunia sertajanji Allah swt. untuk mencukupkan (dengan) rezeki Nya.

Untuk tingkatan ketiga ini adalah milik atau hanya dapat dicapai oleh para Rasul, para wali Allah dan mereka yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Nya. Tidaklah cukup dilukiskan dengan kata-kata, karena hal tersebut telah menjadi nyata dalam tindakan (aksi). Tujuan mereka hanyalah semata mata mengabdi (berdedikasi) kepada Allah swt, mengabaikan segala sesuatu selain Dia. Terkait dengan makna firman Allah swt, "Katakanlah, Allah! Kemudian biarkanlah mereka bermain main dalam kesesatannya.” (Q s. 6: 91).

Syarat-syarat Batin
Puasa khusus adalah jenis ibadah yang diamalkan sebagaimana oleh orang orang saleh. Puasa ini bermakna menjaga seluruh organ tubuh manusia agar tidak melakukan dosa dan harus pula memenuhi keenam syaratnya :

1. Tidak Melihat Apa yang Dibenci Allah Swt.
Suatu hal yang suci, menahan diri dari melihat sesuatu yang dicela (makruh), atau yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah swt. Nabi Muhammad saw. bersabda, "pandangan adalah salah satu dari panah-panah beracun milik setan, yang telah dikutuk Allah. Barangsiapa menjaga pandangannya, semata mata karena takut kepada Nya, niscaya Allah swt. akan memberinya keimanan, sebagaimana rasa manis yang diperolehnya dari dalam hati. " (H.r. al Hakim, hadis shahih). Jabir meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa seseorang: berdusta, mengurnpat, menyebar isu (fitnah), bersumpah palsu dan memandang dengan penuh nafsu."

2. Menjaga Ucapan
Menjaga lidah (lisan) dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata keji dan kasar, melontarkan kata kata permusuhan (pertentangan dan kontroversi); dengan lebih banyak berdiam diri, memperbanyak dzikir dan membaca [mengkaji] al-Qur'an. Inilah puasa lisan. Said Sufyan berkata, "Sesungguhnya mengumpat akan merusak puasa! Laits mengutip Mujahid yang berkata, 'Ada dua hal yang merusak puasa, yaitu mengumpat dan berbohong."
Rasulullah saw. bersabda, "Puasa adalah perisai. Maka barangsiapa di antaramu sedang berpuasa janganlah berkata keji dan jahil, jika ada orang yang menyerang atau memakimu, katakanlah, Aku sedang berpuasa! Aku sedang berpuasa'!" (H.r. Bukhari Muslim).

3. Menjaga Pendengaran
Menjaga pendengaran dari segala sesuatu yang tercela; karena setiap sesuatu yang dilarang untuk diucapkan juga dilarang untuk didengarkan. Itulah mengapa Allah swt. tidak membedakan antara orang yang suka mendengar (yang haram) dengan mereka yang suka memakan (yang haram). Dalam al Qur'an Allah swt. berfirman, "Mereka gemar mendengar kebohongan dan memakan yang tiada halal." (Q.s. 5: 42).
Demikian juga dalam ayat lain, Allah swt. berfirman, "Mengapa para rabbi dan pendeta di kalangan mereka tidak melarang mereka dari berucap dosa dan memakan barang terlarang?" (Q.s. 5: 63).
Oleh karena itu, sebaiknya berdiam diri dan menjauhi pengumpat. Allah swt. berfirman dalam wahyu Nya, 'Jika engkau (tetap duduk bersama mereka), sungguh, engkaupun seperti mereka ..." (Q.s. 4: 140). Itulah mengapa Rasulullah saw. mengatakan, "Yang mengumpat dan pendengarnya, berserikat dalam dosa." (H.r. at Tirmidzi).

4. Menjaga Sikap Perilaku
Menjaga semua anggota badan lainnya dari dosa: kaki dan tangan dijauhkan dari perbuatan yang makruh, dan menjaga perut dari makanan yang diragukan kehalalannya (syubhat) ketika berbuka puasa. Puasa tidak punya arti apa apa bila dilakukan dengan menahan diri dari memakan yang halal dan hanya berbuka dengan makanan haram. Barangsiapa berpuasa seperti demikian, bagaikan orang membangun istana, tetapi merobohkan kota. Makanan yang halal juga akan menimbulkan kemudharatan, bukan karena mutunya tetapi karena jumlahnya. Maka puasa dimaksudkan untuk mengatasi hal tersebut. Karena didera kekhawatiran, atau karena sakit yang berkepanjangan, seseorang dapat memakan obat secara berlebihan.

Tetapi jelas tidak masuk akal jika kemudian ada yang menukar obat dengan racun. Makanan haram adalah racun berbahaya bagi kehidupan beragama; sedang makanan halal ibarat obat, yang akan memberikan kemanfaatan apabila dimakan dalam jumlah cukup, tidak demikian halnya dalam jumlah berlebihan. Memang, tujuan puasa adalah mendorong lahirnya sikap pertengahan.

Bersabda Rasulullah saw, "Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali lapar dan dahaga saja!" (H.r. an Nasa'i, Ibnu Majah). Ini ada yang mengartikan pada orang yang berpuasa namun berbuka dengan makanan haram. Tetapi ada pula yang menafsirkan dengan orang yang berpuasa, yang menahan diri dari makanan halal tetapi berbuka dengan daging dan darah manusia, dikarenakan mereka telah merusak puasanya dengan mengumpat orang lain. Lainnya lagi menafsirkan bahwa mereka ini berpuasa tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari berbuat dosa.

5. Menghindari Makan Berlebihan

Berbuka puasa dengan makan yang tidak berlebihan, sehingga rongga dadanya menjadi sesak. Tidak ada kantung yang lebih tidak disukai Allah swt. selain perut yang penuh (berlebihan) dengan makanan halal. Dapatkah puasa bermanfaat sebagai cara mengalahkan musuh Allah swt. dan mengendalikan hawa nafsu, bila kita berbuka menyesaki perut dengan apa yang biasa kita makan siang hari? Terlebih lagi, biasanya di bulan puasa masih disediakan makanan tambahan, yang justru di hari-hari biasa tidak tersedia.

Sesungguhnya hakikat puasa adalah melemahkan tenaga yang biasa dipergunakan setan untuk mengajak kita ke arah kejahatan. Oleh sebab itu, lebih penting (esensial) bila mampu mengurangi porsi makan malam dalam bulan Ramadhan dibanding malam malam di luar bulan Ramadhan, saat tidak berpuasa. Karenanya, tidak akan mendapatkan manfaat di saat berpuasa bila tetap makan dengan porsi makanan yang biasa dimakan pada hari hari biasa. Bahkan dianjurkan mengurangi tidur di siang hari, dengan harapan dapat merasakan semakin melemahnya kekuatan jasmani, yang akan mengantarkannya pada penyucian jiwa.

Oleh karena itu, barangsiapa telah "meletakkan" kantung makanan di antara hati dan dadanya, tentu akan buta terhadap karunia tersebut. Meskipun perutnya kosong, belum tentu terangkat hijab (tabir) yang terbentang antara dirinya dengan Allah, kecuali telah mampu mengosongkan pikiran dan mengisinya dengan mengingat kepada Allah swt. semata. Demikian adalah puncak segalanya, dan titik mula dari semuanya itu adalah mengosongkan perut dari makanan.

6. Menuju kepada Allah Swt. dengan Rasa Takut dan Pengharapan
Setelah berbuka puasa, selayaknya hati terayun ayun antara takut (khauf) dan harap [raja']. Karena siapa pun tidak mengetahui, apakah puasanya diterima sehingga dirinya termasuk orang yang mendapat karunia Nya sekaligus orang yang dekat dengan Nya, ataukah puasanya tidak diterima, sehingga dirinya menjadi orang yang dicela oleh Nya. Pemikiran seperti inilah yang seharusnya ada pada setiap orang yang telah selesai melaksanakan suatu ibadah.

Dari al Hasan bin Abil Hasan al Bashri, bahwa suatu ketika melintaslah sekelompok orang sambil tertawa terbahak bahak. Hasan al Bashri lalu berkata, 'Allah swt. telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan perlombaan. Di saat mana Para hamba Nya saling berlomba dalam beribadah. Beberapa di antara mereka sampai ke titik final lebih dahulu dan menang, sementara yang lain tertinggal dan kalah. Sungguh menakjubkan mendapati orang yang masih dapat tertawa terbahak bahak dan bermain di antara (keadaan) ketika mereka yang beruntung memperoleh kemenangan, dan mereka yang merugi memperoleh kesia-siaan. Demi Allah, apabila hijab tertutup, mereka yang berbuat baik akan dipenuhi (pahala) perbuatan baiknya, dan mereka yang berbuat cela juga dipenuhi oleh kejahatan yang diperbuatnya." Dengan kata lain, manusia yang puasanya diterima akan bersuka ria, sementara orang yang ditolak akan tertutup baginya gelak tawa.

Dari al Ahnaf bin Qais, bahwa suatu ketika seseorang berkata kepadanya, "Engkau telah tua; berpuasa akan dapat melemahkanmu." Tetapi al Ahnaf bahkan menjawab, "Dengan berpuasa, sebenarnya aku sedang mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang. Bersabar dalam menaati Allah swt. tentu akan lebih mudah daripada menanggung siksa Nya.."
Demikianlah, semua itu adalah makna signifikan puasa.

Pentingnya Memenuhi Aspek aspek (Syarat) Batin

Sekarang Anda mungkin mengatakan, "Dengan menahan makan, minum dan nafsu seksual, tanpa harus memperhatikan syarat batin itu sudah sah. Menurut pendapat para ahli fiqih juga demikian, bahwa puasa yang bersangkutan sudah dapat dikatakan memenuhi syarat, sudah sah. Lalu mengapa kita harus repot repot?"

Anda harus menyadari bahwa para ulama fiqih telah menetapkan syarat-syarat lahiriah puasa dengan dalil-dalil yang lebih lemah dibanding dalil dalil yang menopang perlunya ditepati syarat syarat batiniah. Misalnya saja tentang mengumpat dan yang sejenis. Bagaimanapun perlu diingat, bahwa para ulama fiqih memandang batas kewajiban puasa dengan hanya mempertimbangkan pada kapasitas orang awam yang sering lalai, mudah terperangkap dalam urusan duniawi.

Sedangkan bagi mereka yang memiliki pengetahuan tentang hari Akhir, akan memperhatikan sungguh-sungguh dan memenuhi dengan syarat batin, sehingga ibadahnya sah dan diterima.

Hal demikian itu mereka capai dengan melaksanakan syarat-syarat yang akan mengantarkannya pada tujuan. Menurut pemahaman mereka, berpuasa adalah salah satu cara untuk menghayati salah satu akhlak Allah Swt, yaitu tempat meminta (shamadiyyah), sebagaimana juga contoh dari para malaikat, dengan sedapat mungkin menghindari godaan nafsu, karena malaikat adalah makhluk yang terbebas dari dorongan serupa.

Sedang manusia mempunyai derajat di atas hewan, karena dengan tuntunan akal yang dimilikinya akan selalu sanggup mengendalikan nafsunya; namun ia inferior (sedikit lebih rendah) dari malaikat, karena masih dikuasai oleh hawa nafsu, maka ia pun harus mencoba untuk mengatasi godaan hawa nafsunya.

Kapan pun manusia dikuasai oleh hawa nafsunya, maka ia akan terjatuh dalam tingkatan yang terendah, sehingga tidak ada tempat lagi selain bersama hewan. Kapan pun ia mampu mengatasinya, maka ia akan terangkat ke tingkatan para malaikat. Malaikat adalah makhluk yang paling dekat dengan Allah swt, karenanya malaikat pun menjadi contoh bagi makhluk yang ingin dekat dengan Allah. Tentu dengan segala ibadah akan menjadikan diri semakin dekat dengan Nya. Hanya saja bukan dalam pengertian dekat dalam dimensi ruang, tetapi lebih pada kedekatan sifat.

Jika demikian itu adalah rahasia puasa bagi mereka yang memiliki kedalaman pemahaman spiritual, apakah manfaat menggabungkan dua (porsi) makan pada waktu berbuka, seraya memuaskan nafsu lain yang tertahan ketika siang hari. Dan kalaulah demikian, lalu apa makna Hadis Nabi saw. yang berbunyi, "Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapat sesuatu selain lapar dan dahaga?"

Sumber : Milis MR

Sebahagian Dari Nasihat dan Kata-kata Hikmah Habib Umar

قَالَ فِى شَأنِ دَعْوَةٍ : اَلْوَاجِبُ أنْ نَكُوْنَ كُلُّنَا دَعَاةً وَ لَيْسَ بِوَاجِبٍ اَنْ نَكُوْنَ قُضَاةً اَوْ مُفْتِيَيْنِ (قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أدْعُوْ اِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ أنَا وَ مَنِ اتَّبَعَنِيْ) فَهَلْ نَحْنُ تَبِعْنَاهُ أوْ مَا تَبِعْنَاهُ ؟ فَالدَّعْوَةُ مَعْنَاهَا : نَقْلُ النَّاسَ مِنَ الشَّرِّ اِلَى اْلخَيْرِ وَ مِنَ الْغَفْلَةِ اِلَى الذِّكْرِ وَ مِنَ اْلأدْبَارِ اِلَى اْلإقْبَالِ وَ مِنَ الصِّفَاتِ الذَّمِيْمَةِ اِلَى الصِّفَاتِ الصَّالِحَةِ
Beliau حفظه الله تعالى berkata tentang dakwah: “Yang wajib bagi kita iaitu harus menjadi da’ie dan tidak harus menjadi qadhi atau mufti. (Katakanlah Wahai Muhammad صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku), apakah kita mengikuti Baginda atau tidak? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik




.
إذَا صَحَّ الْخُرُوْج حَصَلَ بِهِ الْعُرُوْج

Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke darjat yang tinggi.

كُلّ وَاحِدٍ قُرْبُهُ فِى الْقِيَامَةِ مِنَ اْلأنْبِيَاءِ عَلَى قَدْرِ إهْتِمَامِهِ بِهَذِهِ الدَّعْوَةِ
Kedekatan seseorang dengan para anbiya` di hari qiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.

املأ قَلْبَكَ بِمَحَبَّةِ إخْوَانِكَ يَنْجَبِرْ نُقْصَانُكَ وَ يَرْتَفِعْ عِنْدَ اللهِ شَأنَكَ
Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu nescaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah.

مَنْ كَانَ سَيَلْقَي فِي الْمَوْتِ الْحَبِيْبَ فَالْمَوْتُ عِيْدًا لَهُ
Barang siapa menjadikan kematiannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.

مَنْ لَمْ يُجَالِسْ مُفْلِحُ كَيْفَ يُفْلِحُ وَ مَنْ جَالَسَ مُفْلِحَ كَيْفَ لاَ يُفْلِحُ

Barangsiapa yang tidak mahu duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barangsiapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.

الإنْطِوَاءُ فِى الشَّيْخِ مُقَدِّمَةٌ لِلْلإنْطِوَاءِ فِى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ اْلإنْطِوَاءُ فِى الرَّسُوْلِ مُقَدِّمَةٌ لِلْفَنَاءِ فِى اللهِ
Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم merupakan permulaan untuk fana pada Allah

لَمْ يَزَلِ النَّاسُ فِى كُلِّ وَقْتٍ مَا بَيْنَ صِنْفَيْنِ : صِنْفُ سِيْمَاهُمْ فِي وُجُوْهِهِمْ مِنْ أثَرِ السُّجُوْدِ وَ صِنْفُ سِيْمَاهُمْ فِى وُجُوْهِهِمْ مِنْ أثَرِ الْجُحُوْدِ
Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan:
Golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud; dan
Golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.


إنَّ لِلسُّجُوْدِ حَقِيْقَةً إذَا نَازَلَتْ اَنْوَارُهَا قَلْبَ الْعَبْدِ ظَلَّ الْقَلْبِ سَاجِدًا أبَدًا فَلاَ يَرْفَعُ عَنِ السُّجُوْدِ
Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahayanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.




أخْرِجْ خَوْفَ الْخَلْقِ مِنْ قَلْبِكَ تَسْتَرِحْ بِخَوْفِ الْخَلْقِ وَ أخْرِجْ رَجَاءَ الْخَلْقِ مِنْ قَلْبِكَ تَسْتَلِذَّ بِرَجَاءِ الْخَلْقِ
Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada Kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Kholiq.

كَثْرَةُ الصَّفَاطِ وَ كَثْرَةُ الْمِزَاحِ عَلاَمَةٌ خُلُوِّ الْقَلْبِ عَنْ تَعْظِيْمِ اللهِ تَعَالَى وَ عَلاَمَةٌ عَنْ ضَعْفِ اْلإيْمَانِ
Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari dhoifnya iman.

سَبَبٌ مِنْ أسْبَابِ نُزُوْلِ الْبَلاَءِ وَ الْمَصَائِبِ قِلَّةُ الْبُكَائِيْنَ فِى جَوْفِ اللَّيِلِ
Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.




أهْلُ اْلإتِّصَالِ مَعَ اللهِ اَمَْلَئَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ بِالرَّحْمَةِ فِى كُلِّ لَحْظَةٍ
Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.

مَا ارْتَقَى اِلَى اْلقِمَّةِ اِلاَّ بْالْهِمَّةِ
Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).

مَا أعْجَبَ اْلأرْضُ كُلُّهَا عِبْرَةٌ أظُنُّ لاَ يُوْجَدُ عَلَى ظَهْرِ اْلأرْضِ شِبْرًا اِلاَّ وَ لِلْعَاقِلِ فِيْهِ عِبْرَةٌ اِذَا اعْتُبَرَ
Alangkah anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mahu mempelajarinya.


خَيْرُ النَّفْسِ مُخَالَفَتُهَا وَ شَرُّ النَّفْسِ طَاعَتُهَا
Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.

مِنْ دُوْنِ قَهْرِ النُّفُوْسِ مَا يَصِلُ الإنْسَانُ اِلَى رَبِّهِ قَطٌّ قَطٌّ قَطٌّ وَ اْلقُرْبُ مِنَ اللهِ عَلَى قَدْرِ تَصْفِيَةِ النُّفُوْسِ
Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.

إذَا انْفَتَحَتِ الْقُلُوْبُ حَصَلَ الْمَطْلُوْبَ
Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.

مَنْ كَانَ لَهُ بِحَارٌ مِنَ الْعِلْمِ ثُمَّ وَقَعَتْ قِطْرَةٌ مِنَ الْهَوَى لَفَسَدَتْ
Barangsiapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawanafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut



Sumber : Al Fanshuri

Thursday, August 20, 2009

Adab menziarahi Ulama (sebuah kisah)

Ada kalanya seorang murid ingin menjumpai untuk bersilaturahmi ataupun mengambil ilmu dan berkah dari ulama. akan tetapi terkadang ada niat ataupun bisikan hati yang berbeda yang bisa mengotori keberkahan dari pertemuan tersebut.
Dibawah ana masukkan sedikit cerita kisah didalam kitab
Al-Kawakib ad-Duriyyah ‘ala al-Hadaiq al-Wardiyyah fi Ajlaa’ as-Saadat an-Naqsyabandiah oleh Syaikh ‘Abdul Majid bin Muhammad bin Muhammad al-Khani asy-Syafie

Shaikh Abdul Qadir Jilani diusia mudanya adalah seorang yang sangat jenius, cerdas dan gemar menuntut ilmu. Beliau mempunyai dua orang sahabat yaitu Ibnu as-Saqa dan Abu Said Abdullah Ibnu Abi Usrun, keduanya juga dikenal sebagai sosok yang cerdas.
Suatu saat Shaikh Abdul Qadir Jilani benerta kedua temannya sepakat untukm
mengunjungi seorang waliAllah yang bernama Syaikh Yusuf al-Hamdani [440H – 535H: Beliau Abu Ya’qub Yusuf ibn Ayyub ibn Yusuf ibn al-Husain al-Hamdani adalah murid kepada Syaikh Abu ‘Ali al-Farmidhi dan guru kepada Shaikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani – Masyaikh diTariqah Naqsyabandi. Kepada Syaikh Abdul Khaliq inilah dinisbahkan ‘amalan khatam khawajakhan dan yang mengatakan Syaikh Abu ‘Ali al-Farmidhi adalah guru kepada Imam al-Ghazali], yang dikenali sebagai al-Ghaus. Al-Ghaus adalah seorang ahli ibadah yang shaleh, waliAllah yang tinggal di pinggir kota. Namun beliau dikunjung banyak orang.

Sebelum berangkat, Ibn as-Saqa dan Ibn Abi Usrun berdiskusi mengenai niat atau maksud dari ziarah yang ingin mereka lakukan. Ibn as-Saqa berkata : Aku akan menanyakan persoalan yang susah agar ia bingung dan tidak bisa menjawabnya.
kemudian Ibn Abi Usrun juga berkata: Aku akan ajukan pertannyaan ilmiah, dan aku ingin melihat apakah yang ingin beliau katakan.
Akan tetapi Syaikh ’Abdul Qadir al-Jailani hanya diam membisu. Maka bertanyalah Ibn as-Saqa dan Ibn Abi Usrun kepada beliau: Bagaimana pula dengan engkau, wahai Abdul Qadir?
Syaikh Abdul Qadir menjawab: Aku berlindung dengan Allah dari mempertannyakan permasalahan yang sedemikian. Aku hanya ingin ziarah untuk mengambil barokah darinya

Kemudian berangkatlah tiga shahabat ini ke rumah Syaikh Yusuf al-Hamdani al-Ghaus. Setelah dipersilahkan masuk oleh al-Ghaus, beliau meninggalkan mereka seberapa ketika. Setelah menunggu agak lama, barulah Syaikh Yusuf al-Hamdani al-Ghaus keluar dengan pakaian kewaliannya untuk menemui mereka, dan berkata:

wahai Ibn as-Saqa, kamu berkunjung ke mari untuk mengujiku dengan permasalahan demikian, jawabnya adalah demikian (Syaikh Yusuf al-Hamdani menjelaskan jawabannya beserta dengan nama kitab yang dapat dijadikan rujukan). Ia kemudian berkata kepada Ibnu as-Saqa, Keluarlah kamu! Aku melihat api kekufuran menyala-nyala di antara tulang-tulang rusuk mu.

Sedangkan kamu, ya Ibnu Abi Usrun, kamu ke mari dengan tujuan menanyakan permasaalahan ilmiah, jawabnya adalah demikian. Beliau, Syaikh Yusuf al-Hamdani lalu menjelaskan jawabannya berserta nama kitab yang membahas persoalan itu. Keluarlah kamu! Aku melihat dunia mengejar-ngejar kamu.

Kemudian Syaikh Yusuf al-Hamdani al-Ghaus melihat kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, lantas berkata: Wahai anakku Abdul Qadir, Engkau diridhai Allah dan RasulNya dengan adabmu yang baik. Aku melihat engkau kelak akan mendapat kedudukan di Baghdad dan memberi petunjuk kepada manusia. Apa yang kamu ingin kan insyaallah akan tercapai. Aku melihat bahawa kamu nanti akan berkata “Kedua kakiku ini berada di atas pundak setiap para wali”.

Mereka bertiga kemudian keluar dari rumah al-Ghaus.

Beberapa tahun kemudian, Ibnu as-Saqa diperintahkan raja untuk berdebat dengan pemuka agama Nashrani. Perdebatan ini atas permintaan Raja kaum Nashrani. Penduduk negeri telah sepakat bahawa mereka sebaiknya diwakili oleh Ibn Saqa. Dialah orang yang paling cerdas dan alim di antara kita, kata mereka. Maka berangkatlah Ibn Saqa untuk berdebat dengan pemuka agama Nashrani. Sesampainya Ibnu Saqa di negeri kaum Nashrani, dia terpikat dengan seorang wanita pada pandangan pertamanya. Lalu dia menghadap ayah si wanita untuk meminangnya. Ayah perempuan itu menolak, melainkan jika Ibn Saqa terlebih dahulu memeluk agama mereka (nashrani). Dia pun dengan serta merta menyatakan persetujuan dan memeluk agama mereka, menjadi seorang Nashrani.

kemudian Ibnu Abi Usrun, dia ditugaskan raja iaitu Sultan as-Shaleh Nuruddin asy-Syahid, untuk menangani urusan wakaf dan sedekah. Akan tetapi kilauan dunia selalu datang menggodanya dari berbagai penjuru hingga akhirnya ia jatuh dalam pelukannya.

Adapun Shaikh Abdul Qadir, kedudukannya terus menjulang tinggi disisi Allah juga disisi manusia sehingga sampai suatu hari beliau berkata “Kedua kakiku ini berada di atas leher setiap wali”. Suara beliau didengar dan dipatuhi oleh seluruh wali ketika itu. –

Demikian kisah diatas, kita bisa melihat bagaimana berkah yang didapat oleh syeikh abdul qadir al jilani yang menjadikannya seorang sulthon Awlia di jamannya.
Mudah-mudahan kita bisa mencontoh Syeh Abul Qadir Al Jilani untuk menjaga ADAB ketika bertemu dengan seorang Ulama

Sumber : Alfanshuri

Bela Sungkawa K.H. Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi

إنا لله وإنا إليه راجعون

Selasa (18/8), pukul 04:03 WIB-- Mursyid (guru) Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah Jawa Timur dan pengasuh Pesantren Al-Fitroh, Kedinding Lor, Semampir, Surabaya, K.H. Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi, meninggal dunia.

kiai Asrori merupakan putra keenam dari mursyid tarekat K.H. Utsman yang merupakan generasi penerus ayahandanya untuk mengajar tarekat kepada masyarakat, sehingga jemaahnya mencapai puluhan ribu orang.


Jenazah beliau telah dimakamkan di dalam serambi Masjid Kompleks Ponpes jam 10.00.
Bangsa Indonesia sangat kehilangan sosok ulama kharismatik yang ihlas dan jujur dalam mengembangkan tarekat ini
Semoga Allah menerima amal beliau, segala kebajikan beliau dilipatgandakan ganjarannya oleh Allah, segala dosa kesilapan kekhilafan beliau diampuni dan semoga Allah menempatkan beliau di jajaran Auliya yang mulia. Semoga ada penerus yang dapat mewarisi keilmuan dan kharisma Beliau
.
اللهم اغفر له و ارحمه ...بحرمة الفاتحة

Tuesday, August 11, 2009

Syekh Bahauddin Naqshaband, Mahaguru Pembaru Tasawuf

Makam Syekh Syekh Bahauddin Naqshaband

Sejak kecil sudah menunjukkan dirinya sebagai orang yang cerdas dan berilmu tinggi.

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad Al-Husayni Al-Uwaysi Al-Bukhari. Ia lahir di Qasrel Arifan, sebuah desa di kawasan Bukhara, Asia Tengah, pada bulan Muharram tahun 717 H/1317 M. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Sayyidina Al-Husain RA.

Semua keturunan Al-Husain di Asia Tengah dan anak benua India lazim diberi gelar shah, sedangkan keturunan Al-Hasan biasa dikenal dengan gelar zadah dari kata bahasa Arab saadah (bentuk plural dari kata sayyid) sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tentang Al-Hasan RA, ''Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyid.''

Shah Naqshaband diberi gelar Bahauddin karena berhasil menonjolkan sikap beragama yang lurus, tetapi tidak kering. Kemudian, sikap beragama yang benar, tetapi penuh penghayatan yang indah.

Pada masanya, tradisi keagamaan Islam di Asia Tengah berada di bawah bimbingan para guru besar sufi yang dikenal sebagai khwajakan (bentuk plural dari 'khwaja' atau 'khoja' dalam bahasa Persia berarti para kiai agung). Dan, pembesar mereka adalah Khoja Baba Sammasi yang ketika Muhammad Bahauddin lahir, ia melihat cahaya menyemburat dari arah Qasrel Arifan, yaitu saat Sammasi mengunjungi desa sebelah.

Sammasi lalu memberitahukan bahwa dari desa itu akan muncul seorang wali agung. Sekitar 18 tahun kemudian, Khoja Baba Sammasi memanggil kakek Bahauddin agar membawanya ke hadapan dirinya dan langsung dibaiat. Ia lalu mengangkat Bahauddin sebagai putranya.

Sebelum meninggal dunia, Baba Sammasi memberi wasiat kepada penggantinya, Sayyid Amir Kulali, agar mendidik Bahauddin meniti suluk sufi sampai ke puncaknya seraya menegaskan, "Semua ilmu dan pencerahan spiritual yang telah kuberikan menjadi tidak halal bagimu kalau kamu lalai melaksanakan wasiat ini!"

Sejak kecil sudah menunjukkan dirinya sebagai orang yang cerdas dan berilmu tinggi.

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad Al-Husayni Al-Uwaysi Al-Bukhari. Ia lahir di Qasrel Arifan, sebuah desa di kawasan Bukhara, Asia Tengah, pada bulan Muharram tahun 717 H/1317 M. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Sayyidina Al-Husain RA.

Semua keturunan Al-Husain di Asia Tengah dan anak benua India lazim diberi gelar shah, sedangkan keturunan Al-Hasan biasa dikenal dengan gelar zadah dari kata bahasa Arab saadah (bentuk plural dari kata sayyid) sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tentang Al-Hasan RA, ''Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyid.''

Shah Naqshaband diberi gelar Bahauddin karena berhasil menonjolkan sikap beragama yang lurus, tetapi tidak kering. Kemudian, sikap beragama yang benar, tetapi penuh penghayatan yang indah.

Pada masanya, tradisi keagamaan Islam di Asia Tengah berada di bawah bimbingan para guru besar sufi yang dikenal sebagai khwajakan (bentuk plural dari 'khwaja' atau 'khoja' dalam bahasa Persia berarti para kiai agung). Dan, pembesar mereka adalah Khoja Baba Sammasi yang ketika Muhammad Bahauddin lahir, ia melihat cahaya menyemburat dari arah Qasrel Arifan, yaitu saat Sammasi mengunjungi desa sebelah.

Sammasi lalu memberitahukan bahwa dari desa itu akan muncul seorang wali agung. Sekitar 18 tahun kemudian, Khoja Baba Sammasi memanggil kakek Bahauddin agar membawanya ke hadapan dirinya dan langsung dibaiat. Ia lalu mengangkat Bahauddin sebagai putranya.

Sebelum meninggal dunia, Baba Sammasi memberi wasiat kepada penggantinya, Sayyid Amir Kulali, agar mendidik Bahauddin meniti suluk sufi sampai ke puncaknya seraya menegaskan, "Semua ilmu dan pencerahan spiritual yang telah kuberikan menjadi tidak halal bagimu kalau kamu lalai melaksanakan wasiat ini!"

Meniti jalan spiritual
Bahauddin pun berangkat ke kediaman Sayyid Amir Kulali di Nasaf dengan membawa bekal dasar yang telah diberikan oleh Baba Sammasi. Sammasi menyatakan jalan tasawuf dimulai dengan menjaga kesopanan tindak-tanduk dan perasaan hati agar tidak lancang kepada Allah, Rasulullah, dan guru.

Bahauddin juga percaya bahwa sebuah jalan spiritual hanya bisa mengantarkan tujuan kalau dilalui dengan sikap rendah hati dan penuh konsistensi. Karena itu, melakukan makna eksplisit dari sebuah perintah barangkali harus diundurkan demi menjaga kesantunan.

Inilah yang dilakukan oleh Bahauddin ketika dihentikan oleh seorang lelaki berkuda yang memerintahkan dirinya agar berguru pada orang tersebut. Dengan tegas, tetapi sopan; ia menolak seraya menyatakan bahwa dia tahu siapa lelaki itu. Masalah berguru kepada seorang tokoh adalah persoalan jodoh; meskipun lelaki berkuda tadi sangat mumpuni, ia tidak berjodoh dengan Bahauddin.

Setelah tiba di hadapan Sayyid Amir Kulali, Bahauddin langsung ditanya mengapa menolak perintah lelaki berkuda yang sebenarnya adalah Nabi Khidir AS? Beliau menjawab, "Karena, hamba diperintahkan untuk berguru kepada Anda semata!"

Di bawah asuhan Amir Kulali, Bahauddin mengalami berbagai peristiwa yang mencengangkan. Di antaranya, beliau pernah ditangkap oleh dua orang tak dikenal dan dikirimkan ke makam seorang wali. Di sana, dia mendapatkan lentera yang minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang, tetapi apinya hampir padam.

Bahauddin mendapat ilham untuk menggerakkan sedikit sumbu itu agar aliran bahan bakar menjadi lancar. Dengan khusyuk, ia melakukannya, tahu-tahu sekat pembatas antara dunia nyata dan alam barzakh terbuka di hadapan beliau. Di balik tabir ruang dan waktu itu, Bahauddin mendapatkan semua mahaguru khawajakan yang sudah meninggal dunia, termasuk guru pertamanya, Khoja Baba Sammasi.

Oleh salah seorang guru mereka, Bahauddin dihadapkan kepada kepala aliran khawajakan, yaitu Khoja Abdul Khaliq Gujdawani. Dari mahaguru yang agung ini, Bahauddin mendapatkan bimbingan langsung dalam meniti suluk sufi. Sejak saat itu, Bahauddin dikenal dengan gelar Al-Uwaysi karena mendapatkan pelajaran spiritual langsung dari seorang guru yang sudah meninggal dan tidak pernah ditemuinya di dunia. Hal ini sama dengan Uways Al-Qarny, seorang tabiin yang mendapatkan pelajaran spiritual langsung dari roh Sayyidina Rasulillah SAW.

Di bawah bimbingan Amir Kulali pula, Bahauddin terus mempraktikkan semua ajaran Abdul Khaliq Gujdawani, sebagaimana beliau juga mempelajari dengan tekun ilmu-ilmu Islam lainnya, khususnya akidah, fikih, hadis, dan sirah Nabi SAW.

Dan, karena wasiat dari Baba Sammasi, tidak heran kalau Amir Kulali memberikan perhatian khusus kepada Bahauddin. Setelah semua ilmu dan pencerahan spiritual yang ada pada gurunya diserap habis, Sayyid Amir Kulali memerintahkan Bahauddin untuk mengembara seraya menunjuk ke puting dadanya dan berkata, "Semua yang ada di sumber ini sudah habis kamu sedot, maka mengembaralah!"

Bahauddin kemudian belajar kepada beberapa mahaguru lain, seperti Khoja Arif Dikkarani dan Hakim Ata, hingga beliau menjadi mahaguru sufi terbesar yang pernah muncul dari kawasan Asia Tengah (sekarang adalah negara-negara persemakmuran bekas USSR), Persia, Turki, dan Eropa Timur. Beliau meninggal pada malam Senin, 3 Rabiul Awwal 791 H/1391 M.

Karena di dadanya terukir Lafdzul Jalalah (Allah) yang bercahaya, ia dikenal juga sebagai "Naqshaband" (bahasa Persia yang berarti: gambar yang berbuhul). Dan, kepada beliau, dinisbahkan Tarekat Naqshabandiyah yang merupakan salah satu tarekat terbesar di dunia. Tarekat ini tersebar luas di Turki, Hejaz, kawasan Persia, Asia Tengah, serta anak benua India dan Indonesia.

Adanya Tarekat Naqshabandiyah ternyata mampu mempertahankan identitas keislaman di Asia Tengah dan Eropa Timur, di tengah prahara komunisme yang menerpa selama lebih dari setengah abad. Para pemimpin kebangkitan Islam di Turki, seperti Erbakan dan Erdogan, juga berafiliasi kepada tarekat ini. Bahkan, akhir-akhir ini, Tarekat Naqshabandiyah memainkan peranan sangat penting dalam penyebaran Islam di Eropa dan Amerika.

Sementara itu, di Indonesia, ada beberapa cabang Tarekat Naqshabandiyah, seperti Khalidiyah, Mujaddidiyah, dan Muzhariyah. Yang terbesar adalah Tarekat Qadiriyah-Naqshabandiyah yang--sesuai namanya--merupakan hasil simbiosis dua tarekat terbesar di dunia.


Mengembalikan Esensi Tasawuf

Shah Naqshaband muncul untuk merevitalisasi perilaku beragama dengan mengajak kembali kepada tradisi yang hidup pada zaman Nabi SAW. Bagi Shah Naqshaband, hakikat sebuah tarekat adalah penerapan ajaran syariat dalam wujud yang paling sempurna dan konsisten. Sementara itu, hakikat adalah terealisasikannya "maqam kehambaan" seorang anak manusia di hadapan Allah semata.

Shah Naqshaband menyatakan bahwa tasawuf adalah inti agama dan inti terdalam dari tasawuf itu sendiri adalah muraqabah, musyahadah, dan muhasabah. Muraqabah adalah melupakan segala sesuatu yang selain Allah dengan hanya memfokuskan hati dan perbuatan hanya kepada-Nya.

Musyahadah adalah menyaksikan keagungan dan keindahan Allah dalam seluruh eksistensi. Sementara itu, muhasabah adalah instropeksi diri yang terus-menerus agar tidak lalai dari jalan yang mulia ini. Dengan ketiga inti tasawuf itu, hati seorang saleh terus hidup dan dihidupkan oleh zikir dan kebersamaan bersama Allah dalam setiap detak jantung dan embusan napasnya sampai dia tertidur sekalipun!

Agar mencapai maqam tersebut, seorang saleh harus menjalani pelatihan di bawah bimbingan seorang mahaguru spiritual. Dialah yang akan mengajarkannya prosesi berzikir dalam hati sesuai dengan firman Allah, "Dan, sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan penuh kesungguhan dan rasa takut (akan tidak diterima amal perbuatanmu), tanpa mengangkat suara pada siang dan sore hari dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah" (QS Al-A`raaf: 205).

Zikir dalam hati dipilih karena silsilah utama tarekat ini bersambung melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq. Metode zikir ini diajari oleh Rasulullah dan berbeda dengan tarekat lain yang semuanya bersambung melalui Ali bin Abi Thalib yang diajari berzikir dengan menggunakan suara jelas. Zikir dalam hati adalah ibadah yang terbesar (sesuai dengan bunyi tekstual QS Al-`Ankabuut: 45) dan bisa dilaksanakan dalam keadaan apa pun.

Zikir dalam hati yang dilakukan oleh seorang Naqsyabandi menggunakan Lafdzul Jalalah (Allah) dan Laa Ilaaha illalLaah yang dilafalkan dengan cara tertentu sebagaimana diajarkan langsung oleh seorang mahaguru sufi (syekh). Dengan prosesi zikir ini, seorang Naqshabandi meniti tangga-tangga makrifat.

Shah Naqshaband pernah menyatakan bahwa shalat adalah titian spiritual yang paling efektif bagi seorang saleh asalkan shalatnya khusyuk. Untuk mewujudkannya, seorang saleh diharuskan mengonsumsi makanan yang halal baginya dan tidak pernah lalai mengingat atau "bersama" dengan Allah dalam kesehariannya, lebih khusus lagi saat berwudhu serta bertakbiratul ihram.

Di sisi lain, bertasawuf bagi Shah Naqshaband adalah sebuah perilaku sosial yang positif. Bukan sekadar berbudi pekerti yang luhur, melainkan juga berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Seorang saleh tidak boleh merasa dirinya lebih mulia dari seekor anjing sekalipun. Dia juga selalu siap mengulurkan tangan kepada siapa pun yang membutuhkan bantuan. Bahkan, bantuan tersebut bukan sekadar diberikan dalam bentuk material semata, tetapi juga rohaniah dan spiritual.

Selain itu, bertasawuf juga berarti menghormati waktu. Shah Naqshaband pernah menegaskannya dalam bahasa Persia, "Orang yang berakal pasti tidak suka berkawan dengan seorang yang suka menunda-nunda pekerjaan jika mampu dilakukannya hari ini." Waktu harus digunakan untuk ibadah dalam pengertiannya yang paling komprehensif: berbuat kebajikan, baik yang ritual maupun yang sosial. Dan, tidak boleh ada waktu yang berlalu sedetik pun tanpa yakin bahwa kita selalu "mengingat" dan "bersama" Allah.

Dengan demikian, bertasawuf bagi Shah Naqshaband adalah mewujudkan ketundukan penuh kepada Nabi Muhammad SAW secara paripurna: menjalankan perintahnya, menghindari larangannya, meneladani perbuatannya, dan menghayati spiritualitasnya, sesuai dengan ajaran Islam menurut mazhab ahlussunnah wal jamaah.

Tidak heran kalau banyak ulama yang mengakui bahwa Tarekat Naqshabandiyah adalah saripati semua tarekat sufi. Dan, barang siapa yang suluknya tidak sesuai dengan ajaran Shah Naqshaband di atas berarti sudah keluar dari jalur yang benar meskipun mengaku sebagai pengikut beliau. Shah Naqshaband pernah menegaskan, "Tasawuf adalah syariat. Dan, barang siapa yang mengaku sebagai pengikut tasawuf, tetapi tidak menerapkan syariat, berarti dia telah tersesat!"

Sumber : Newsroom Republika
aunul abied shah/taq