Assalamualaikum,
Sy ikut mengabarkan acara Ziarah Kubro di Palembang pada tanggal 28 dan 30 Juni 2013 di undangan idbawah. Semoga yang hadir bisa mendapatkan keberkahan. Amin
UNDANGAN HAUL DAN ZIARAH KUBRA
‘ULAMA & AULIYA’ PALEMBANG DARUSSALAM 1434 H – 2013 M
===========================================================
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bersama ini, dengan kerendahan hati kami mengundang para pencinta Sunnah Rasulullah s.a.w, para pencinta Waliyullah untuk dapat menghadiri acara HAUL DAN ZIARAH KUBRA ‘ULAMA & AULIYA’ PALEMBANG DARUSSALAM, yang insya Allah tahun ini akan dilaksanakan pada hari Jum’at, Sabtu dan Minggu tanggal 28 – 30 Juni 2013 M ( 19 -21 Sya’ban 1434H)
Perlu diketahui bahwa Haul dan Ziarah Kubra ‘Ulama dan Auliya’ Palembang Darussalam :
Kegiatan ini sudah dilaksanakan bertahun-tahun oleh salaf Baalawi di Kota Palembang menjelang masuknya bulan Ramadhan. Sejak Tahun 2004 kegiatan ini lebih semarak dan menjadi sebuah event akbar karena telah banyak dihadiri habaib dan tamu dari berbagai daerah di Indonesia, terutama dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan, dan juga dari luar negeri seperti dari Malaysia, Singapura, Thailand, Yaman, Arab Saudi dan negara-negara lainnya.
<
Merupakan tradisi yang kaya ilmu dari salafunassholeh yang unik dan patut untuk disebarluaskan keberadaannya demi menambah khazanah pengetahuan dan Kebudayaan Islam di Nusantara dan di Dunia
Demikian undangan ini kami sampaikan kepada segenap pencinta Rasulullah s.a.w., segenap pencinta Waliyullah . Peta Lokasi Acara, Pamflet Undangan, dan Buku Panduan Acara kami ada dalam Lampiran Undangan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
PANITIA HAUL DAN ZIARAH KUBRA
‘ULAMA & AULIYA’ PALEMBANG DARUSSALAM 1434 H – 2013 M
http://ziarahkubrapalembang.files.wordpress.com
Jalan orang-orang sufi.. Pecinta menuju makrifatullah Blog ini saya persembahkan untuk saudara2ku sesama muhibbun pencari cinta dan makrifatullah,belajar dan mengikuti jalan tasawuf. Meneladani dan mengikuti jalan para Awlia Allah. Semua Artikel dan foto didalam blog ini dibuat untuk pecinta ilmu dan penambah wawasan keislaman. sy perbolehkan untuk dicopy atau didownload dengan tetap mencantumkan sumber artikel
Showing posts with label Ziarah. Show all posts
Showing posts with label Ziarah. Show all posts
Thursday, June 27, 2013
Sunday, July 29, 2012
Makam Awlia di India
Assalamualaikum
Berikut adalah beberapa foto makam dari Wali-Wali di Tanah India. Sebagai wawasan buat kita di Indonesia. Semoga Allah terus menjaga makam2 tersebut dan memberkahi orang2 yang menziarahinya.
Wassalam.















Hazrat Maulana Naqi Ali Khan, Braeli (Father of M.Ahmed Raza Khan)
Sumber: http://www.aulia-e-pakistan.com/International.php
Berikut adalah beberapa foto makam dari Wali-Wali di Tanah India. Sebagai wawasan buat kita di Indonesia. Semoga Allah terus menjaga makam2 tersebut dan memberkahi orang2 yang menziarahinya.
Wassalam.
Sultan-ul-Hind Hazrat Khawaja Moinuddin Chishti aka Khawaja Gharib Nawaz, Ajmer
Sultan-ul-Hind Hazrat Khawaja Moinuddin Chishti aka Khawaja Gharib Nawaz, Ajmer

Ala Hazrat Imam Ahmad Raza Khan, Braeli

Maqam Ala Hazrat Imam Ahmad Raza Khan, Braeli

Hazrat Baqi Bil Allah - Dehli

Hazrat Pir Villayat Inayat Khan - Dehli

Hazrat Bu Ali Shah Qalander - Panipat - India

Hazrat Khawaja Nizamuddin Aulia - Dehli

Hazrat Khawaja Nizamuddin Aulia - Dehli

Hazrat Amir Khusro, Dehli

Hazrat Amir Khusro, Dehli

Hazrat Sarmad Shaheed - Dehli - India

Hazrat Baba Tajuddin Nagpuri - India

Hazrat Bibi Fatima in Dehl

Hazrat Qutbuddin Bakhtiar Kaki - Dehli - India

Demo Mazar of Hazrat Shiekh Ahmad Serhindi (Mujadad Alif Sani) on 1st Floor, Serhind

Saturday, March 31, 2012
Mengenang Syeikh Raja Ashman Perak


Innalillahi wa Inna ilaihi Ro ji'uun..
Telah berpulang Raja Ashman Shah Sultan Azlan Muhibbudin Shah yang merupakan anak dari raja perak. beliau meninggal pada Hari Jumat 30 Maret 2012. Beliau adalah salah satu representatif dari tarekat Naqsybandi Haqqani.
Semoga Allah memberkahi dan memberikan kedudukan yang tertinggi bersama para WAli2 Allah.. Amien..
Berikut adalah pernyataan dari Syaikh Hisyam Kabbani..
Bismillahi’ r-Rahmani ‘r-Raheem
إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
Inna lillahi wa inna ilayhi raji`oon. To Allah we belong and unto Him do we return.
On behalf of Mawlana Shaykh Nazim al-Haqqani and his family: Hajjah Naziha, Shaykh Muhammad, Hajj Baheddin, Hajjah Ruqiyya, Shaykh Hisham and Feridun and all grandchildren of Mawlana Shaykh Nazim and on behalf of all Naqshbandis around the world we express our deepest condolences for the passing of His Royal Highness Raja Ashman bin Azlan Shah.
The tongue cannot express the warm sympathy and love that we all had for Raja Ashman. It is an extraordinary tragedy and a great loss to Mawlana Shaykh Nazim and all his mureeds and everyone of us feels it intensely.
He left this life immediately after doing dhikr tonight. We request all mureeds to make salat al-janaza al-ghaib for him in their mosques or homes, asking Allah that his soul be with the Prophet Sallallahu Alayhi Wassallam and with Grandshaykh `Abdullah al-Fa’iz ad-Daghestani Alayhi Rahma. We ask everyone to do tahlil by reciting Surah Yasin and dhikr and dedicating it to his soul.
We express the deep condolences of all the mureeds of Mawlana Shaykh Nazim around the world and especially in Malaysia.
We ask Allah swt to give patience and perseverance to his family, his wife, his children, his father Sultan of Perak and his mother the Queen of Perak and all his sisters and his brother Raja Muda.
Sincerely,
Shaykh Muhammad Hisham Kabbani









Labels:
Ziarah
Thursday, March 1, 2012
Mengenang KH. Abdullah Faqih "Langitan"

29 Feb 2012 menjadi hari berduka bagi bangsa ini karena telah ditinggalkan oleh ulama besar KH Abdullah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur,
"Wafatnya beliau merupakan kehilangan besar bagi kita, bukan hanya NU, tapi juga bangsa Indonesia," Kiprah beliau membesarkan NU dan menanamkan pentingnya rasa kebangsaan ke santri, menjadikannya sebagai sosok kiai yang sangat disegani," ujar Kiai Said Aqil.
Kiai Faqih memimpin Pondok Pesantren Langitan sejak tahun 1971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid. Ia didampingi pamannya, KH Ahmad Marzuki Zahid.
Ponpes Langitan sendiri didirikan 1852 oleh KH Muhammad Nur asal Tayuban, Rembang, Jawa Tengah. Saat dipimpin KH Faqih ponpes lebih terbuka, termasuk mengembangkan ilmu komputer, tetapi tetap mempertahankan salafiyah. Saat ini di Ponpes Langitan ada sekitar 3.000 santri.
Kiai Faqih lahir di Dusun Mandungan, Desa Widang, Tuban. Saat kecil, ia lebih banyak belajar kepada ayahandanya sendiri, KH Rofi`i Zahid.
Ketika beranjak remaja, Kiai Faqih "nyantri" kepada Mbah Abdur Rochim di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Faqih juga pernah tinggal di Mekkah, Arab Saudi, untuk belajar kepada Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ayah Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.
Setelah itu, Kiai Faqih kembali ke Pesantren Langitan yang didirikan pada l852 oleh KH Muhammad Nur, asal Desa Tuyuban, Rembang. Pesantren Langitan yang terletak di tepi Bengawan Solo yang melintasi Desa Widang (dekat Babat Lamongan) itu dikenal sebagai pesantren ilmu alat.
Para generasi pertama NU pernah belajar di Langitan, di antaranya KH Muhammad Cholil (Bangkalan), KH Hasyim Asy`ari, KH Wahab Hasbullah, KH Syamsul Arifin (ayah KH As`ad Syamsul Arifin), dan KH Shiddiq (ayah KH Ahmad Shiddiq).
Kiai Faqih pernah berguru ke Mbah Abdur Rochim, di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Ia juga pernah tinggal di Mekkah, Arab Saudi, belajar ke Sayid Alwi bin Abbas Al Maliki, ayah Sayid Muhammad bin Alwi Al Maliki. Sayid Muhammad bin Alwi Al Maliki tercatat lima kali berkunjung ke Ponpes Langitan.
KH Faqih menikah dengan Hj Hunainah dan dikaruniai 10 anak, di antaranya Ubaidillah Faqih, Mujab Faqih, Abdullah Faqih, Abdillah Faqih, dan Maksum Faqih.
Kiai Faqih termasuk salah satu kiai khos atau kiai utama. Syarat kiai khos punya wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi dan jauh dari keinginan duniawi.
Ia tokoh sederhana, istiqomah, dan alim yang bukan sekadar pandai mengajar. Ia sekaligus menjadi teladan di antaranya selalu shalat berjamaah dan menjaga kebersihan.
Nama KH Faqih dikenal luas saat Pemilihan Presiden 1999. Saat itu ada perbedaan pendapat terkait pencalonan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden yang dipelopori poros tengah. Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama mengadakan pertemuan di Langitan, yang memunculkan Poros Langitan.
Dua hari menjelang Pilpres 1999, KH Hasyim Muzadi menemui Gus Dur untuk menyampaikan pesan Kiai Faqih. Isinya, jika Gus Dur maju dalm pilpres, ulama akan mendoakan, Gus Dur harus menjaga keutuhan di Partai Kebangkitan Bangsa yang mulai retak, serta menjaga hubungan baik kalangan nahdliyin dan pendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Menurut Gus Dur (almarhum), KH Faqih termasuk seorang wali. Kewaliannya bukan lewat tariqat atau tasawuf, tapi karena kedalaman ilmu fiqihnya. Gus Dur sangat hormat dan patuh kepada Kiai Faqih.
Sebagai sosok seorang ulama besar, KH Abdullah Faqih dikenal sebagai seorang yang Istiqomah. Bahkan, sebagai seorang ulama besar yang sering menerima tamu berbagai tokoh bangsa, Kiai Faqih tidak pernah meninggalkan untuk mengajar santri.
"Kata Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid-red) beliau ini sosok Kiai yang sangat istiqomah. Bahkan ketika ada tamu-tamu penting yang berkunjung ke Ponpes Langitan, Kiai Faqih tidak pernah meninggalkan rutinitas untuk mengajar santri," kata KH Maman Imanul Haq kerabat dekat Kiai Faqih asal Cirebon, Rabu (1/3/2012).
Karena kekharismatikkannya itu banyak sejumlah partai politik melirik sang kiai. Menurut Maman, Kiai Faqih bukanlah seorang politikus. Sang Kiai hanya ingin memberi ruang bagi pesantren untuk ikut serta dalam menata kebijakan publik.
"Maka beliau mendorong politisi santri untuk mengisi ruang yang kosong itu. Sayangnya, para politisi sering banyak memanfaatkan beliau," katanya.
Sementara, pelajaran yang dapat diambil dari sosok KH Abdullah Faqih adalah sikap Keikhlasan dan kelapangan jiwa. "Dengan sikap itu membuat beliau tetap berwibawa penuh kharisma," tambahnya.

Kiai Faqih (generasi kelima) memimpin Pesantren Langitan sejak l971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid yang meninggal dunia karena usia lanjut. Kiai Faqih didampingi KH Ahmad Marzuki Zahid, yang juga pamannya.
Meski tetap mempertahankan nilai-nilai salaf, Pesantren Langitan di era Kiai Faqih lebih terbuka. Ia mendirikan pusat pelatihan bahasa Arab, kursus komputer, mendirikan taman tanak-kanak (TK) dan taman pendidikan Al Quran (TPA). Ada juga badan usaha milik pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel.
Kiai bersahaja itu juga mengarahkan pesantrennya agar lebih dekat dengan masyarakat, di antaranya ia mengirim dai ke daerah-daerah sulit di Jawa Timur dan luar Jawa.
Selain itu, Kiai Faqih juga menginstruksikan para santrinya shalat Jumat di kampung-kampung, lalu membuka pengajian umum di pesantren di dekatnya.
Di balik kesederhanaan dan sikap antipublikasi, Kiai Abdullah Faqih juga merupakan sosok teladan yang mementingkan masyarakat luas.
Untuk kepentingan masyarakat itulah, Kiai Faqih pernah meminta Gus Dur mencium tangan pamanda KH Yusuf Hasyim yang saat itu berseberangan dengannya. Gus Dur pun patuh kepada "sang guru".
Tidak jauh dari itu, Kiai Faqih jugalah yang mengajak Gus Dur dan KHA Hasyim Muzadi untuk bersalaman ketika keduanya "bermasalah".
Sikap Kiai Faqih yang sederhana, antipublikasi, dan juga suka damai itu diakui Ketua Umum DPP PKNU H Choirul Anam yang akrab disapa Cak Anam.
"Saya sendiri sempat menjenguk beliau pada hari Ahad (26/2) lalu," kata salah seorang tokoh Ansor NU Jatim yang dikenal sebagai "orang dekat" Kiai Abdullah Faqih itu.
Pada pertemuan terakhir itu, katanya, dirinya sempat bertemu selama lima menit, tetapi dirinya sempat tertegun karena Kiai Abdullah Faqih sempat menangis.
"Almarhum mengatakan kamu ke sini (meminta untuk mendekat). Beliau meminta saya untuk berjuang terus. Saya izinkan kamu, saya ridhoi, kamu berjuang terus, jangan khilaf, ajak bersatu semua kawan," katanya, mengutip pesan almarhum.
Ditanya tentang sosok Kiai Abdullah Faqih, Cak Anam yang juga mantan wartawan itu menilai Kiai Abdullah Faqih merupakan sosok yang jarang berbicara tentang kedudukan (jabatan) dan "dunia" (uang).
"Beliau selalu mementingkan kejujuran dan moralitas. Kalau mendapat sumbangan dari orang, beliau selalu memilah, menyisihkan, dan akhirnya dikembalikan kepada kepentingan masyarakat," katanya.
Bahkan, kata penulis buku "babon" tentang NU itu, Kiai Abdullah Faqih sering menyumbang kegiatan PKNU dengan uang pribadi.
"Ketika PKNU akan bermuktamar, beliau bertanya apa sudah siap? Beliau pun menyerahkan sumbangan," katanya.
Oleh karena itu, kepergian Kiai Abdullah bukan hanya PKNU yang kehilangan. "Bukan hanya PKNU atau NU yang kehilangan beliau, melainkan bangsa ini kehilangan sosok teladan yang lebih memikirkan orang lain daripada dirinya," katanya.
Rasa kehilangan juga dilontarkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. Ia menyatakan wafatnya KH Abdullah Faqih merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia.
"Wafatnya beliau merupakan kehilangan besar bagi kita, bukan hanya NU, melainkan juga bangsa Indonesia," katanya.
Hal senada juga diungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa. Ia mengatakan, Indonesia kehilangan salah satu tokoh penyangga kekuatan spiritual dengan wafatnya KH Abdullah Faqih.
"Kiai Faqih merupakan salah satu penyangga kekuatan spiritual bangsa Indonesia. Saat negara mengalami berbagai krisis, beliau menggerakkan istighatsah dan berbagai wirid atau amalan keagamaan untuk memohon pertolongan Allah," katanya.
Di lingkungan NU, kata Khofifah, Kiai Abdullah Faqih merupakan sosok kiai sepuh yang menjadi panutan, sedangkan di pentas nasional Kiai Faqih mulai dikenal dan didengar serta diperhatikan berbagai pemikiran kebangsaannya saat awal reformasi.
"Gus Dur sendiri sering menjadikan fatwa Kiai Faqih sebagai referensi gerakan reformasi, misalnya saat mendirikan PKB dan saat mengambil keputusan pencalonan sebagai presiden," katanya.
Semoga Allah memberikan beliau kedudukan yang terbaik di sisiNya.. dan semoga umat bisa mengikuti semua ajaran2 beliau..
==" Dari berbagai Sumber
Labels:
Ziarah
Monday, November 21, 2011
Sufi Road: Video Makam Masyaikh Naqybandi
Assalamualaikum Wr Wb
berikut adalah video ziarah yang dilakukan oleh jamaah naqsybandi ke makam2 para masyaikh naqsybandi yaitu:
1. Syeikh bahaudin nasybandi di bukhara
2. Shaykh Abdul Khaliq al-Ghujdawani
3. Sheikh Sayyid Amir Kulal of Sukhar Sharif, Bukhara
4. Shaikh Muhammad Baba as-Samasi
5. Shaykh Ali ar-Ramitani
6. Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi
7. Shaykh Khwaja Sufi Arif Ar-Riwagari
8. Salman Farsi
9. Bayazid Bustami
10. Sayyid Alauddin Al-Attar
11. Noor Muhammad Badayuni
12. Abu Ali Farmadi
13. Abul Hasan Kharqani
14. Darwaish Muhammad and khwaja Muhammad al-Amkanaki
15. Baqi Balla
16. Hazrat Mirza Mazhar Jaan-e-Jaanan Shaheed, india
17 Khawaja Yaqoob Chrkhi
Semoga Allah terus memberikan keberkahan bagi mereka dan bagi umat yang menziarahinya..
1. Syeikh bahaudin nasybandi di bukhara
2. Shaykh Abdul Khaliq al-Ghujdawani
3. Sheikh Sayyid Amir Kulal of Sukhar Sharif, Bukhara
4. Shaikh Muhammad Baba as-Samasi
5. Shaykh Ali ar-Ramitani
6. Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi
7. Shaykh Khwaja Sufi Arif Ar-Riwagari
8. Salman Farsi
9. Bayazid Bustami
10. Sayyid Alauddin Al-Attar
11. Noor Muhammad Badayuni
12. Abu Ali Farmadi
13. Abul Hasan Kharqani
14. Darwaish Muhammad and khwaja Muhammad al-Amkanaki
15. Baqi Balla
16. Hazrat Mirza Mazhar Jaan-e-Jaanan Shaheed, india
17 Khawaja Yaqoob Chrkhi
berikut adalah video ziarah yang dilakukan oleh jamaah naqsybandi ke makam2 para masyaikh naqsybandi yaitu:
1. Syeikh bahaudin nasybandi di bukhara
2. Shaykh Abdul Khaliq al-Ghujdawani
3. Sheikh Sayyid Amir Kulal of Sukhar Sharif, Bukhara
4. Shaikh Muhammad Baba as-Samasi
5. Shaykh Ali ar-Ramitani
6. Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi
7. Shaykh Khwaja Sufi Arif Ar-Riwagari
8. Salman Farsi
9. Bayazid Bustami
10. Sayyid Alauddin Al-Attar
11. Noor Muhammad Badayuni
12. Abu Ali Farmadi
13. Abul Hasan Kharqani
14. Darwaish Muhammad and khwaja Muhammad al-Amkanaki
15. Baqi Balla
16. Hazrat Mirza Mazhar Jaan-e-Jaanan Shaheed, india
17 Khawaja Yaqoob Chrkhi
Semoga Allah terus memberikan keberkahan bagi mereka dan bagi umat yang menziarahinya..
1. Syeikh bahaudin nasybandi di bukhara
2. Shaykh Abdul Khaliq al-Ghujdawani
3. Sheikh Sayyid Amir Kulal of Sukhar Sharif, Bukhara
4. Shaikh Muhammad Baba as-Samasi
5. Shaykh Ali ar-Ramitani
6. Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi
7. Shaykh Khwaja Sufi Arif Ar-Riwagari
8. Salman Farsi
9. Bayazid Bustami
10. Sayyid Alauddin Al-Attar
11. Noor Muhammad Badayuni
12. Abu Ali Farmadi
13. Abul Hasan Kharqani
14. Darwaish Muhammad and khwaja Muhammad al-Amkanaki
15. Baqi Balla
16. Hazrat Mirza Mazhar Jaan-e-Jaanan Shaheed, india
17 Khawaja Yaqoob Chrkhi
Labels:
Naqsybandi Haqqani,
Sufi Tomb,
Video,
Ziarah
Thursday, November 10, 2011
Sufi Road : Makam Wali di Kota Banjarmasin
Didalam kitab tanwirul Qulub oleh syeikh Amin Kurdi menjelaskan:
Karena itulah sebagian Syeikh Tasawuf berkata "Barangsiapa yang tidak nampak karomahnya setelah wafatnya sebagaimana nampaknya karomah pada saat wali tersebut hidup, maka ia bukanlah seorang shadiq (wali sejati)"
Berkata sebagian Syeikh Tasawuf, "Sesungguhnya Allah menugaskan malaikat pada qubur seorang Wali yang bertugas untuk memenuhi berbagai hajat, dan terkadang Sang Wali keluar dari quburnya dan memenuhi hajat tersebut oleh dirinya sendiri"
Kota Banjarmasin adalah salah satu kota wali di negri ini. banyak sekali ulama-ulama besar yang menyebarkan islam di kota ini. Berikut adalah beberapa makam dari wali-wali yang ada di kota Banjarmasin yaitu:
1. Sultan Suriansyah, 2. Surgi Mufti, 3. Guru Sekumpul, 4. Datu Kalampayan 5. Datu Abulung, 6. Habib Basirih, 7. Khatib Dayan
1.Sultan Suriansyah
Makam Sultan Suriansyah terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Sultan Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Sewaktu kecil namanya adalah Raden Samudera, setelah diangkat menjadi raja namanya menjadi Pangeran Samudera dan setelah memeluk Islam namanya menjadi Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang.
Sultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.
Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
Sultan Rahmatullah, putera Sultan Suriansyah, beliau raja Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun 1550-1570.
Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, cucu Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun 1570-1595. Ia senang memperdalam syiar agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan.
Pada tahun 1521 datanglah seorang tokoh ulama besar dari Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat istana, sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Jawa Barat. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam bahasa Jawa. Ia seorang ulama dan pahlawan yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
Patih Kuin adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di daerah Kuin. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
Patih Masih adalah seorang pemimpin orang-orang Melayu yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun 1640.
Haji Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan Brunei Darussalam. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji Al-Qur'an dan mengajarkan tentang keislaman seperti ilmu tauhid dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun 1825.
Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun 1630.
Pangeran Muhammad, adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun 1645.
Sayyid Ahmad Iderus, adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal pada tahun 1681.
Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran Pangeran Antasari melawan penjajah Belanda. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke Cianjur beserta anak buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada thaun 1938.
Kiai Datu Bukasim merupakan seorang menteri di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun 1681.
Anak Tionghoa Muslim. Pada permulaan abad ke-18, seorang Tionghoa datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk Islam sebagai muallaf. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi sungai, hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.
2. Surgi Mufti
Makam ini terletak di Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatam Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin . Tuan Guru H. Surgi Mufti atau Mufti Jamaluddin adalah cicit Al-Banjari dari garis istri beliau yang keenam, bernama Ratu Aminah binti Pangeran Thaha (seorang bangsawan Kerajaan Banjar). Silsilah Tuan Guru Surgi Mufti ini adalah: Mufti Jamaluddin bin Zalekha binti Pangeran Mufti H. Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (datu kalampayan).
Semasa hidupnya, Tuan Guru H. Surgi Mufti dikenal sebagai seorang ulama besar yang pemurah, ramah-tamah, dan disegani oleh semua kalangan, termasuk oleh Belanda.
Banyak orang-orang yang belajar dan menuntut ilmu kepada beliau. Beliau ini menurut Abu Daudi, diangkat menjadi mufti oleh pemerintah Belanda dan berkedudukan di Banjarmasin pada tahun 1896. Beliau wafat pada tanggal 8 Muharram 1348 H (1902) dan dimakamkan di depan rumah beliau di Jalan Masjid Jami Banjarmasin. Oleh Pemerintah, makam beliau kemudian ditetapkan sebagai salah satu peninggalan dan cagar budaya yang dilindungi hingga sekarang dikenal oleh masyarakat Banjar dengan nama Kubah Sungai Jingah. Gelar beliau juga diabadikan menjadi nama satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara, yakni Kelurahan Surgi Mufti.
3. Guru Sekumpul
Makam guru sekumpul terletak didekat rumah beliau dibelakang mushalla tempat beliau mengajar.Dikenal dengan sebutan Abah Guru Sekumpul,karena tempat beliau berada di kelurahan Sekumpul sekitar 2 km dari pusat kota Martapura.Disamping makam beliau juga ada makam KH Seman Jalil,kemudian paman beliau Alimul fadhil KH Seman Mulia,dan maqam ibu beliau.
Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi adalah anak dari perkawinan Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama H Rahmah.
Beliau dilahirkan di Tunggul Irang, Dalam Pagar, Martapura pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 M.
Kalau kita cermati deretan guru-guru beliau pada saat itu adalah tokoh-tokoh besar yang sudah tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya. Walaupun saya tidak begitu mengenal secara mendalam tetapi kita mengenal Ulama yang tawadhu KH. Husin Qadri lewat buku-buku beliau seperti Senjata Mukmin yang banyak dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh Salman Jalil, ingin rasanya berguru dan bertemu muka ketika masih hidup. Syaikh Seman Mulya adalah paman beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak.
Sedangkan al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu beliau dan al-marhum KH. Hanafiah Gobet). Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Beliau ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada kami agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri.
Selain itu, di antara guru-guru beliau lagi selanjutnya adalah Syaikh Syarwani Abdan (Bangil) dan al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah). Dari beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil. (Selain ini, masih banyak tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan sebagian lagi tidak sempat karena waktu itu beliau menyebutkannya dengan sangat cepat. Sempat saya hitung dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar 179 orang sepesialis bidang keilmuan Islam terdiri dari wilayah Kalimantan sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari Makkah).
Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Syekh Muhammad Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada kami lewat cerita-cerita itu.
Tuan Guru H.M. Zaini Abdul Ghani telah menulis beberapa buah kitab, antara lain:
- Risalah Mubaraqah.
-Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muharnmad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani.
- Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.
- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy.
Sebelum beliau wafat, beliau memberikan wasiat kepada seluruh kerabat, para murid dan kaum muslimin. yang di buat pada hari Ahad Tanggal 11 Jumadil Akhir 1413 H , yang isi wasiatnya berbunyi:
1. Menghormati ulama
2. Murah diri, murah hati, manis muka.
3. Memaafkan segala kesalahan orang lain.
4. Jangan bersifat tamak dan memakan harta riba.
5. Jangan menyakiti orang lain.
6. Jangan merasa baik dari orang lain.
7. Berpegangn kepada Allah segala hajat yang dikehendaki.
8. Baik sangka terhadap muslim.
9. Banyak-banyak sabar apabila mendapat musibah, banyak-banyak syukur atas nikmat.
10. Tiap-tiap orang yang iri dengki atau adu asah jangan dilayani, serahkan segala sesuatu kepada Allah (tawakkal)
Pada hari Rabu 10 Agustus 2005 jam 05.10 pagi beliau telah berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun.
4. Datu Kalampayan
Makam datu kalampayan di Kalampayan, Astambul, Banjar, Kalimantan Selatan (sekitar 56 km dari Kota Madya Banjarmasin).
Datu kalampayan atau syekh Muhammad Arsyad AlBanjari adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh dan mempunyai peran penting dalam sejarah pengembangan syiar agama Islam,khususnya di bumi Kalimantan .Seorang yang sangat gigih mempertahankan dan mengembangkan faham Ahlus Sunah Wal jama'ah dengan faham Asy'ariah untuk Ilmu Tauhid,dan Mazhab Imam syafi'i untuk bidang Ilmu fiqih.Beliau juga seorang mufti (penasehat agama) pada Kesultanan Banjar,dan juga seorang penulis yang produktif.
Sejak kecil, tepatnya pada umur sekitar 7 tahun Muhammad Arsyad kecil sudah fasih dalam membaca Selanjutnya menjelang usia 30 tahun Muhammad Arsyad diberangkatkan ketanah suci Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dengan biaya sultan (kerajaan),karena sultan berharap dengan ilmu yang diperolehnya ditanah suci itu kelak akan dapat membimbing dan mengajarkan kepada rakyat Banjar dan sekitarnya dalam hal ke agamaan (Islam)
Ketika di Mekkah beliau berkenalan dan bersahabat dengan penuntut-penuntut setanah air,antara lain: Abdul Wahhab Bugis dari Makasar,Abdus Samad dari Palembang (pengarang kitab Siyarus Salikin dan Hidayatus Salikin) dan Abdur Rahman Masri dari Betawi (jawi).Konon di Mekkah itu pula sempat berkenalan dan sekaligus berguru kepada Datu Sanggul (Abdus Samad),yang pada akhirnya beliu diberi kitab yang terkenal dengan sebutan Kitab Barencong oleh Datu Sanggul.
Setelah lebih 30 tahun belajar ditanah suci beliau akhirnya dapat menguasai keahlian diberbagai bidang ilmu agama seperti:ilmu fiqih,ilmu tasawuf,usul fiqih,cabang -cabang bahasa Arab seperti: nahwu,sharaf,balaghah dan lain-lain,serta ilmu falak (astronomi) dan ilmu umum seperti politik serta pemerintahan . Selesai mempelajari yang disebut diatas beliau pulang ketanah air bersama kawan-kawannya.
Karamah (Kemulian) beliau adalah makam datu kalampayan yang sampai sekarang sangat ramai diziarahi orang.Dengan ziarahnya orang-orang yang datang dari segala penjuru Kalimantan dan Luar Kalimantan,mereka membagi - bagikan hadiah pada penduduk Kalampayan yang ada disekitar makam itu, walau beliau sudah lama meninggal dunia, beliau masih dapat membantu penduduk kampung sekitar makam beliau.
5. Datu Abulung
Makam datu abulung terletak di kampung Sungai Batang, Martapura, Kalimantan Selatan. Sukar melacak kapan tepatnya saat Syekh 'Abd Al-Hamid dilahirkan. Seperti halnya Syekh Siti Jenar, kehidupan Syekh 'Abd Al-Hamid pun secara umum sukar dilacak datanya. Namun demikian, yang pasti ia menyaksikan Kesultanan Banjar dipimpin oleh Sultan Tamhid Allah, yang berkuasa pada 1778-1808 M.
Abd Al-Hamid pernah leluasa mengajarkan pandangan tasawuf wahdah al-wujud (wujudiyyah) Ibn 'Arabi' (1165-1240). Pandangan tasawuf wahdah al-wujud yang dianut Syekh 'Abd Al-Hamid ini dipengaruhi aliran ittihad-nya Abu Yazid Al-Busthami (w. 873 H) dan hulul-nya Al-Hallaj (w. 923 H) yang masuk ke Indonesia melalui Hamzah Fansuri dan Syams Al-Din Al-Sumatrani serta Syekh Siti Jenar dari jawa.
Kesempatan Syekh 'Abd Al-Hamid mengembangkan ajaran wujudiyyah mulai mendapatkan sandungan ketika tersiar sampai ke telinga Sultan Tamhid Allah dan Syekh Arsyad Al-Banjari bahwa ajaran yang dibawanya dianggap meresahkan masyarakat Dilaporkan, 'Abd Al-Hamid mengajarkan orang-orang, bahwa "tidak ada wujud kecuali Allah. Tidak ada 'Abd Al-Hamid kecuali Allah; Dialah aku dan akulah Dia. Dan sangat kebetulan, Syekh Muhammad Arsyad, sebagai penganut ajaran Syekh b. 'Abd Al-Karim Al-Sammani Al-Madani guru dari tokoh-tokoh tarekat Sammaniyyah Nusantara memang tidak sepakat dengan Wujudiyyah-nya Syekh 'Abd Al-Hamid dan bahkan menganggapnya musyrik.
Akibat dari pernikirannya inilah, Syekh 'Abd Al-Hamid Abulung hidupnya di tangan para algojo Kesultanan Banjar. la dihukum mati oleh keputusan Sultan Tamhid Allah, atas Pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar (Alfani Daud, 1997). Peristiwa ini, hingga kini belum bisa ketahui secara pasti, kecuali hanya dugaan terjadi pada awak abad ke-18, dimana eksekusinya dilakukan di Abulung. Makamnya sendiri sempat tidak diketahui oleh masyarakat, seperti dalam kasus kematian Syekh Siti Jenar, yang hingga kini makamnya masih menjadi misteri.
Baru belakangan makamnya diketahui terletak kira-kira dua atau tiga kilometer di sebelah hilir Dalam Pagar -kampung yang dikenal sebagai tempat menuntut ilmu keagamaan di Kalimantan Selatan (A. Steenbrink, 1984), dalam kondisi tidak berpagar. Kuburan ini ditemukan atas petunjuk tuan guru (kiai) Haji Muhammad Nur, seorang ulama dan guru tarekat di Takisung (Kabupaten Tanah Laut), yang kemudian dibangunkan kubah-nya. Tuan guru Haji Muhammad Nur sendiri mengaku sebagai keturunan langsung dari Syekh 'Abd Al-Hamid.
Hingga kini, makam datu abulung masih banyak dikunjungi umat Islam karena dianggap memiliki karamat. Di antara karamat-nya yang nampak adalah makamnya, yang berada di pinggir sungai, tak bisa dihanyutkan air. Padahal makam tersebut sering tergerus air. Namun ketika makam itu telah turun, secara ajaib makam itu naik lagi dan tanah pun menyangga makam itu lagi.
6. Habib Basirih
makam Habib Hamid bin Abbas Bahasyim atau lebih dikenal dengan sebutan Habib Basirih, letaknya tidak begitu jauh dari jembatan tol menuju kawasan Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin. Kubah ini berada di Jl Keramat RT 13, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Silsilahnya, Habib Hamid bin Abbas bin Abdullah bin Husin bin Awad bin Umar bin Ahmad bin Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Aqil bin Alwi bin Muhammad bin Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad Al Faqih bin Abdurrahman bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.
Konon, antara Habib Basirih dengan salah satu wali songo, Sunan Ampel (Raden Rahmat), masih ada hubungan kekeluargaan. Sama-sama keturunan dari Waliyullah Muhammad Shahib Mirbath (keturunan generasi ke-16 dari Rasulullah Muhammad SAW).
Kedua tokoh ulama besar di jamannya ini, bertemu pada Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath. Sunan Ampel jalur putra Alwi Umul Faqih yang bernama Abdul Malik sedang Habib Basirih jalur putra Alwi Umul Faqih yang bernama Abdurrahman. Lalu, jika Sunan Ampel adalah keturunan ke 23 dari Rasulullah Muhammad SAW, maka Habib Basirih merupakan keturunan ke 36.
Untuk menuju kubah Habib Basirih, bisa ditempuh lewat jalur darat dan sungai. Menggunakan angkutan darat melalui Jl Gubernur Subardjo, Lingkar Selatan (jalan tol), Jl Trisakti, Komplek Lumba-Lumba atau memanfaatkan Sungai Basirih.
Kemudian, saat berada di kubah Habib Basirih, kita akan melihat beberapa makam keramat lainnya. makam keponakan Habib Basirih, yakni Habib Batilantang (Habib Ahmad bin Hasan bin Alwi bin Idrus Bahasyim) yang berada di seberang Sungai Basirih, juga makam ibunda Habib Basirih, Syarifah Ra’anah dan makam-makam lainnya didekat Kubah Habib Basirih.
Kelurahan Basirih dikenal luas tak pernah bisa dilepaskan dengan kebesaran nama Habib Basirih. Setiap hari tak pernah sepi, berpuluh-puluh pengunjung, berziarah di makam Habib yang banyak mempunyai karomah ini
7. Khatib Dayan

http://wisatareligibanjarmasin.weeblyMakam khatib dayan bersebelahan dengan makam sultan suriansyah. Di balik Hikayat Banjar, ada figur dari Demak yang memberi warna keislaman di daerah ini. Khatib Dayan, namanya. Boleh dibilang, Khatib yang dikirim secara khusus sebagai utusan dari kerajaan Demak ini yang menjadi penatagama (penghulu) pertama di Tanah Banjar.
Siapa Khatib Dayan? Menurut Arthum Artha, wartawan yang juga penulis buku tentang budaya dan sejarah Banjar, Khatib Dayan adalah Sayyid Abdurrahman. Menurut orang Jawa dan babad Banjar, kata dia, ditulis Ngabdulrahman Penatagama. Abdurrahman, sangat setia kepada Sultan Suriansyah. Dialah yang selalu mendampingi raja.
Sedang menurut Amir Hasan Kiai Bondan (Suluh Sedjarah Kalimantan, 1957), pemuka Banjar lainnya yang berperan dalam syiar Islam adalah Haji Batu. Haji Batu (Syekh Abdul Malik) menjadi pembantu Khatib Dayan dalam mengislamkan penduduk dalam lingkungan kerajaan.
Menurut versi Kuin, Khatib Dayan merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati. Pendiri keraton Cirebon ini aslinya bernama Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati, yang dikenal sebagai salah satu Wali Songo yang bertugas di Cirebon merupakan keturunan dari waliyullah Muhammad Shahib Mirbath. Muhammmad Shahib Mirbath adalah keturunan generasi ke-16 dari Nabi Muhammad SAW.
Silsilah Syarif Hidayatullah (keturunan ke-24) tersambung dari orangtuanya Abdullah bin Ali Nurul Alam bin Jamaluddin Husin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah Khan bin Abdul Malik bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.
Sunan Gunung Jati, memiliki putra bernama Sultan Hasanudin (Sultan Banten I). Khatib Dayyan, menurut sumber Kuin, merupakan buyut dari Sultan Hasanudin. Ayah dari Khatib Dayan adalah Sultan Maulana Ahmad (Cirebon) bin Sultan Yusuf (Cirebon) bin Sultan Hasanudin.
“Khatib Dayan kawin dengan seorang anak Sultan Suriansyah. Dari perkawinan itu lahir Khatib Hamid yang tinggal di Kuin Utara,” ujar Syarif, warga Kuin sambil membuka silsilah keluarganya.
Khatib Hamid menurunkan anak cucu yang juga berprofesi sebagai Khatib. Putranya yang bernama Khatib Muhidin memiliki anak yang juga meneruskan jabatan sebagai Khatib yakni Jamain.
Sumber: http://wisatareligibanjarmasin.weebly.com

Berkata sebagian Syeikh Tasawuf, "Sesungguhnya Allah menugaskan malaikat pada qubur seorang Wali yang bertugas untuk memenuhi berbagai hajat, dan terkadang Sang Wali keluar dari quburnya dan memenuhi hajat tersebut oleh dirinya sendiri"
Kota Banjarmasin adalah salah satu kota wali di negri ini. banyak sekali ulama-ulama besar yang menyebarkan islam di kota ini. Berikut adalah beberapa makam dari wali-wali yang ada di kota Banjarmasin yaitu:
1. Sultan Suriansyah, 2. Surgi Mufti, 3. Guru Sekumpul, 4. Datu Kalampayan 5. Datu Abulung, 6. Habib Basirih, 7. Khatib Dayan
1.Sultan Suriansyah

Sultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun 1550, berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.
Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
Sultan Rahmatullah, putera Sultan Suriansyah, beliau raja Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun 1550-1570.
Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, cucu Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun 1570-1595. Ia senang memperdalam syiar agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan.
Pada tahun 1521 datanglah seorang tokoh ulama besar dari Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat istana, sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Jawa Barat. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam bahasa Jawa. Ia seorang ulama dan pahlawan yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
Patih Kuin adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di daerah Kuin. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
Patih Masih adalah seorang pemimpin orang-orang Melayu yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun 1640.
Haji Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan Brunei Darussalam. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji Al-Qur'an dan mengajarkan tentang keislaman seperti ilmu tauhid dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun 1825.
Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun 1630.
Pangeran Muhammad, adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun 1645.
Sayyid Ahmad Iderus, adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal pada tahun 1681.
Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran Pangeran Antasari melawan penjajah Belanda. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke Cianjur beserta anak buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada thaun 1938.
Kiai Datu Bukasim merupakan seorang menteri di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun 1681.
Anak Tionghoa Muslim. Pada permulaan abad ke-18, seorang Tionghoa datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk Islam sebagai muallaf. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi sungai, hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.
2. Surgi Mufti

Semasa hidupnya, Tuan Guru H. Surgi Mufti dikenal sebagai seorang ulama besar yang pemurah, ramah-tamah, dan disegani oleh semua kalangan, termasuk oleh Belanda.
Banyak orang-orang yang belajar dan menuntut ilmu kepada beliau. Beliau ini menurut Abu Daudi, diangkat menjadi mufti oleh pemerintah Belanda dan berkedudukan di Banjarmasin pada tahun 1896. Beliau wafat pada tanggal 8 Muharram 1348 H (1902) dan dimakamkan di depan rumah beliau di Jalan Masjid Jami Banjarmasin. Oleh Pemerintah, makam beliau kemudian ditetapkan sebagai salah satu peninggalan dan cagar budaya yang dilindungi hingga sekarang dikenal oleh masyarakat Banjar dengan nama Kubah Sungai Jingah. Gelar beliau juga diabadikan menjadi nama satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara, yakni Kelurahan Surgi Mufti.
3. Guru Sekumpul

Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi adalah anak dari perkawinan Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama H Rahmah.
Beliau dilahirkan di Tunggul Irang, Dalam Pagar, Martapura pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 M.
Kalau kita cermati deretan guru-guru beliau pada saat itu adalah tokoh-tokoh besar yang sudah tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya. Walaupun saya tidak begitu mengenal secara mendalam tetapi kita mengenal Ulama yang tawadhu KH. Husin Qadri lewat buku-buku beliau seperti Senjata Mukmin yang banyak dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh Salman Jalil, ingin rasanya berguru dan bertemu muka ketika masih hidup. Syaikh Seman Mulya adalah paman beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak.
Sedangkan al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu beliau dan al-marhum KH. Hanafiah Gobet). Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Beliau ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada kami agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri.
Selain itu, di antara guru-guru beliau lagi selanjutnya adalah Syaikh Syarwani Abdan (Bangil) dan al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah). Dari beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil. (Selain ini, masih banyak tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan sebagian lagi tidak sempat karena waktu itu beliau menyebutkannya dengan sangat cepat. Sempat saya hitung dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar 179 orang sepesialis bidang keilmuan Islam terdiri dari wilayah Kalimantan sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari Makkah).
Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Syekh Muhammad Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada kami lewat cerita-cerita itu.
Tuan Guru H.M. Zaini Abdul Ghani telah menulis beberapa buah kitab, antara lain:
- Risalah Mubaraqah.
-Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muharnmad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani.
- Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.
- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy.
Sebelum beliau wafat, beliau memberikan wasiat kepada seluruh kerabat, para murid dan kaum muslimin. yang di buat pada hari Ahad Tanggal 11 Jumadil Akhir 1413 H , yang isi wasiatnya berbunyi:
1. Menghormati ulama
2. Murah diri, murah hati, manis muka.
3. Memaafkan segala kesalahan orang lain.
4. Jangan bersifat tamak dan memakan harta riba.
5. Jangan menyakiti orang lain.
6. Jangan merasa baik dari orang lain.
7. Berpegangn kepada Allah segala hajat yang dikehendaki.
8. Baik sangka terhadap muslim.
9. Banyak-banyak sabar apabila mendapat musibah, banyak-banyak syukur atas nikmat.
10. Tiap-tiap orang yang iri dengki atau adu asah jangan dilayani, serahkan segala sesuatu kepada Allah (tawakkal)
Pada hari Rabu 10 Agustus 2005 jam 05.10 pagi beliau telah berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun.
4. Datu Kalampayan

Datu kalampayan atau syekh Muhammad Arsyad AlBanjari adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh dan mempunyai peran penting dalam sejarah pengembangan syiar agama Islam,khususnya di bumi Kalimantan .Seorang yang sangat gigih mempertahankan dan mengembangkan faham Ahlus Sunah Wal jama'ah dengan faham Asy'ariah untuk Ilmu Tauhid,dan Mazhab Imam syafi'i untuk bidang Ilmu fiqih.Beliau juga seorang mufti (penasehat agama) pada Kesultanan Banjar,dan juga seorang penulis yang produktif.
Sejak kecil, tepatnya pada umur sekitar 7 tahun Muhammad Arsyad kecil sudah fasih dalam membaca Selanjutnya menjelang usia 30 tahun Muhammad Arsyad diberangkatkan ketanah suci Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dengan biaya sultan (kerajaan),karena sultan berharap dengan ilmu yang diperolehnya ditanah suci itu kelak akan dapat membimbing dan mengajarkan kepada rakyat Banjar dan sekitarnya dalam hal ke agamaan (Islam)
Ketika di Mekkah beliau berkenalan dan bersahabat dengan penuntut-penuntut setanah air,antara lain: Abdul Wahhab Bugis dari Makasar,Abdus Samad dari Palembang (pengarang kitab Siyarus Salikin dan Hidayatus Salikin) dan Abdur Rahman Masri dari Betawi (jawi).Konon di Mekkah itu pula sempat berkenalan dan sekaligus berguru kepada Datu Sanggul (Abdus Samad),yang pada akhirnya beliu diberi kitab yang terkenal dengan sebutan Kitab Barencong oleh Datu Sanggul.
Setelah lebih 30 tahun belajar ditanah suci beliau akhirnya dapat menguasai keahlian diberbagai bidang ilmu agama seperti:ilmu fiqih,ilmu tasawuf,usul fiqih,cabang -cabang bahasa Arab seperti: nahwu,sharaf,balaghah dan lain-lain,serta ilmu falak (astronomi) dan ilmu umum seperti politik serta pemerintahan . Selesai mempelajari yang disebut diatas beliau pulang ketanah air bersama kawan-kawannya.
Karamah (Kemulian) beliau adalah makam datu kalampayan yang sampai sekarang sangat ramai diziarahi orang.Dengan ziarahnya orang-orang yang datang dari segala penjuru Kalimantan dan Luar Kalimantan,mereka membagi - bagikan hadiah pada penduduk Kalampayan yang ada disekitar makam itu, walau beliau sudah lama meninggal dunia, beliau masih dapat membantu penduduk kampung sekitar makam beliau.
5. Datu Abulung

Abd Al-Hamid pernah leluasa mengajarkan pandangan tasawuf wahdah al-wujud (wujudiyyah) Ibn 'Arabi' (1165-1240). Pandangan tasawuf wahdah al-wujud yang dianut Syekh 'Abd Al-Hamid ini dipengaruhi aliran ittihad-nya Abu Yazid Al-Busthami (w. 873 H) dan hulul-nya Al-Hallaj (w. 923 H) yang masuk ke Indonesia melalui Hamzah Fansuri dan Syams Al-Din Al-Sumatrani serta Syekh Siti Jenar dari jawa.
Kesempatan Syekh 'Abd Al-Hamid mengembangkan ajaran wujudiyyah mulai mendapatkan sandungan ketika tersiar sampai ke telinga Sultan Tamhid Allah dan Syekh Arsyad Al-Banjari bahwa ajaran yang dibawanya dianggap meresahkan masyarakat Dilaporkan, 'Abd Al-Hamid mengajarkan orang-orang, bahwa "tidak ada wujud kecuali Allah. Tidak ada 'Abd Al-Hamid kecuali Allah; Dialah aku dan akulah Dia. Dan sangat kebetulan, Syekh Muhammad Arsyad, sebagai penganut ajaran Syekh b. 'Abd Al-Karim Al-Sammani Al-Madani guru dari tokoh-tokoh tarekat Sammaniyyah Nusantara memang tidak sepakat dengan Wujudiyyah-nya Syekh 'Abd Al-Hamid dan bahkan menganggapnya musyrik.
Akibat dari pernikirannya inilah, Syekh 'Abd Al-Hamid Abulung hidupnya di tangan para algojo Kesultanan Banjar. la dihukum mati oleh keputusan Sultan Tamhid Allah, atas Pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar (Alfani Daud, 1997). Peristiwa ini, hingga kini belum bisa ketahui secara pasti, kecuali hanya dugaan terjadi pada awak abad ke-18, dimana eksekusinya dilakukan di Abulung. Makamnya sendiri sempat tidak diketahui oleh masyarakat, seperti dalam kasus kematian Syekh Siti Jenar, yang hingga kini makamnya masih menjadi misteri.
Baru belakangan makamnya diketahui terletak kira-kira dua atau tiga kilometer di sebelah hilir Dalam Pagar -kampung yang dikenal sebagai tempat menuntut ilmu keagamaan di Kalimantan Selatan (A. Steenbrink, 1984), dalam kondisi tidak berpagar. Kuburan ini ditemukan atas petunjuk tuan guru (kiai) Haji Muhammad Nur, seorang ulama dan guru tarekat di Takisung (Kabupaten Tanah Laut), yang kemudian dibangunkan kubah-nya. Tuan guru Haji Muhammad Nur sendiri mengaku sebagai keturunan langsung dari Syekh 'Abd Al-Hamid.
Hingga kini, makam datu abulung masih banyak dikunjungi umat Islam karena dianggap memiliki karamat. Di antara karamat-nya yang nampak adalah makamnya, yang berada di pinggir sungai, tak bisa dihanyutkan air. Padahal makam tersebut sering tergerus air. Namun ketika makam itu telah turun, secara ajaib makam itu naik lagi dan tanah pun menyangga makam itu lagi.
6. Habib Basirih
Silsilahnya, Habib Hamid bin Abbas bin Abdullah bin Husin bin Awad bin Umar bin Ahmad bin Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Aqil bin Alwi bin Muhammad bin Hasyim bin Abdullah bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad Al Faqih bin Abdurrahman bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.
Konon, antara Habib Basirih dengan salah satu wali songo, Sunan Ampel (Raden Rahmat), masih ada hubungan kekeluargaan. Sama-sama keturunan dari Waliyullah Muhammad Shahib Mirbath (keturunan generasi ke-16 dari Rasulullah Muhammad SAW).
Kedua tokoh ulama besar di jamannya ini, bertemu pada Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath. Sunan Ampel jalur putra Alwi Umul Faqih yang bernama Abdul Malik sedang Habib Basirih jalur putra Alwi Umul Faqih yang bernama Abdurrahman. Lalu, jika Sunan Ampel adalah keturunan ke 23 dari Rasulullah Muhammad SAW, maka Habib Basirih merupakan keturunan ke 36.
Untuk menuju kubah Habib Basirih, bisa ditempuh lewat jalur darat dan sungai. Menggunakan angkutan darat melalui Jl Gubernur Subardjo, Lingkar Selatan (jalan tol), Jl Trisakti, Komplek Lumba-Lumba atau memanfaatkan Sungai Basirih.
Kemudian, saat berada di kubah Habib Basirih, kita akan melihat beberapa makam keramat lainnya. makam keponakan Habib Basirih, yakni Habib Batilantang (Habib Ahmad bin Hasan bin Alwi bin Idrus Bahasyim) yang berada di seberang Sungai Basirih, juga makam ibunda Habib Basirih, Syarifah Ra’anah dan makam-makam lainnya didekat Kubah Habib Basirih.
Kelurahan Basirih dikenal luas tak pernah bisa dilepaskan dengan kebesaran nama Habib Basirih. Setiap hari tak pernah sepi, berpuluh-puluh pengunjung, berziarah di makam Habib yang banyak mempunyai karomah ini
7. Khatib Dayan

http://wisatareligibanjarmasin.weeblyMakam khatib dayan bersebelahan dengan makam sultan suriansyah. Di balik Hikayat Banjar, ada figur dari Demak yang memberi warna keislaman di daerah ini. Khatib Dayan, namanya. Boleh dibilang, Khatib yang dikirim secara khusus sebagai utusan dari kerajaan Demak ini yang menjadi penatagama (penghulu) pertama di Tanah Banjar.
Siapa Khatib Dayan? Menurut Arthum Artha, wartawan yang juga penulis buku tentang budaya dan sejarah Banjar, Khatib Dayan adalah Sayyid Abdurrahman. Menurut orang Jawa dan babad Banjar, kata dia, ditulis Ngabdulrahman Penatagama. Abdurrahman, sangat setia kepada Sultan Suriansyah. Dialah yang selalu mendampingi raja.
Sedang menurut Amir Hasan Kiai Bondan (Suluh Sedjarah Kalimantan, 1957), pemuka Banjar lainnya yang berperan dalam syiar Islam adalah Haji Batu. Haji Batu (Syekh Abdul Malik) menjadi pembantu Khatib Dayan dalam mengislamkan penduduk dalam lingkungan kerajaan.
Menurut versi Kuin, Khatib Dayan merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati. Pendiri keraton Cirebon ini aslinya bernama Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati, yang dikenal sebagai salah satu Wali Songo yang bertugas di Cirebon merupakan keturunan dari waliyullah Muhammad Shahib Mirbath. Muhammmad Shahib Mirbath adalah keturunan generasi ke-16 dari Nabi Muhammad SAW.
Silsilah Syarif Hidayatullah (keturunan ke-24) tersambung dari orangtuanya Abdullah bin Ali Nurul Alam bin Jamaluddin Husin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah Khan bin Abdul Malik bin Alwi Umul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath.
Sunan Gunung Jati, memiliki putra bernama Sultan Hasanudin (Sultan Banten I). Khatib Dayyan, menurut sumber Kuin, merupakan buyut dari Sultan Hasanudin. Ayah dari Khatib Dayan adalah Sultan Maulana Ahmad (Cirebon) bin Sultan Yusuf (Cirebon) bin Sultan Hasanudin.
“Khatib Dayan kawin dengan seorang anak Sultan Suriansyah. Dari perkawinan itu lahir Khatib Hamid yang tinggal di Kuin Utara,” ujar Syarif, warga Kuin sambil membuka silsilah keluarganya.
Khatib Hamid menurunkan anak cucu yang juga berprofesi sebagai Khatib. Putranya yang bernama Khatib Muhidin memiliki anak yang juga meneruskan jabatan sebagai Khatib yakni Jamain.
Sumber: http://wisatareligibanjarmasin.weebly.com
Labels:
Ziarah
Wednesday, October 26, 2011
Sufi Road : Ziarah ke Makam Keramat Pantai Seseh- Pangeran Mas Sepuh

Pawa wali di pulau bali ini biasa disebut Wali Pitu yaitu wali yang berjumlah 7 orang yaitu :
1. Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat
2. Habib Umar Maulana Yusuf
3. Habib Ali Bin Abu Bakar Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid
4. Habib Ali Bin Zaenal Abidin Al Idrus
5. Syeh Maulana yusuf Al Magribi
6. Habib Ali Bin Umar Bafaqih
7. Syeh Abdul Qodir Muhammad
Ketujuh wali tersebut tersebar di pulau bali. Ada didaerah pantai, ada juga diatas pegunungan dan didaerah utara serta selatan. Keberadaan makam2 wali pitu memang tidak seperti wali songo yang benar-benar dirawat dan dijaga dengan baik, akan tetapi kondisi makam tetap masih terawat bahkan ada juru kunci yang berasal dari pendeta hindu yang setia menjaga makam turun menurun.
Perjalanan ke Keramat Pantai Seseh
Salah satu dari wali pitu ini adalah Pangeran Mas Sepuh atau biasa disebut dengan keramat pantai seseh. Letak makanya yaitu di pantai Seseh di Desa Munggu Kec. Mengwi Kab. Badung. Lokasi pantai ini cukup dekat dengan pura tanah lot, yaitu sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Kuta Bali kearah utara menyusuri pantai barat.
Tidak banyak travel ataupun driver yang mengerti makam ini karena biasanya biro pariwisata hanya mengantar ke tempat-tempat wisata pada umumnya. Keberadaan pantai seseh sekitar 5 Km dari Tempat wisata tanah lot, yaitu disebuah pertigaan yang turun ke bawah di kecamatan Mengwi. Jalan yang ditempuh cukup kecil melewati sawah-sawah yang hijau menguning cukup indah, yang selanjutnya memasuki sebuah desa adat hindu yang sangat kultural. Di desa tersebut terdapat banyak pura-pura keramat yang berjejeran sampai ke Pantai. Makam Keramat pantai seseh terletak diujung jalan disamping pantai.
Sekilas kita bisa melihat makam ini seperti sebuah pura yang tertutup dan terkunci. Kita bisa meminta kunci kepada juru kuncinya seorang pendeta hindu yang berada tidak jauh dari makam. Keluarga pendeta tersebut atau biasa disebut Engku telah menjaga makam ini turun menurun. Dan ada satu hal yang menarik yaitu di keluarga mereka dilarang memakan babi sebagai perhormatan kepada makam pangeran mas sepuh.
Sejarah Pangeran Mas Sepuh

Tidak banyak sejarah yang bisa ditemukan dari kisah Pangeran Mas sepuh. Nama beliau sebenarnya adalah Pangeran Mangkuningrat atau Raden Mas Sepuh yang berasal dari Belambangan ( Jawa ). Beliau berketurunan dari ibunya yang beragama islam berasal dari Belambangan, dan ayahnya seorang Raja dari Kerajaan Mengwi di Bali yang masih beragama Hindu.
Pangeran Mas Sepuh merupakan gelar. Nama sebenarnya adalah Raden Amangkuningrat, yang terkenal dengan nama Keramat Pantai Seseh. Ia merupakan Putra Raja Mengwi I yang beragama Hindu dan ibunya berasal dari Blambangan (Jatim) yang beragama Islam. Sewaktu kecil, beliau sudah berpisah dengan ayahandanya dan diasuh oleh ibundanya di Blambangan. Setelah dewasa, Pangeran Mas Sepuh menanyakan kepada ibunya tentang ayahandanya itu. Setelah Pangeran Mas Sepuh mengetahui jati dirinya, ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya, dengan niat akan mengabdikan diri. Semula, sang ibu keberatan, namun akhirnya diizinkan juga Pangeran Mas Sepuh untuk berangkat ke Bali dengan diiringi oleh beberapa punggawa kerajaan sebagai pengawal dan dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari Kerajaan Mengwi.
Setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman karena baru sekali ini mereka berdua bertemu. Akhirnya, Pangeran Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberi tahu ibunya tentang peristiwa yang telah terjadi. Dalam perjalanan pulang, sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang oleh sekelompok orang bersenjata tak dikenal sehingga pertempuran tak dapat dihindari. Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan diacungkan ke atas dan seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa. Setelah mengetahui hal tersebut, Pangeran Mas Sepuh berkata, “Hai, Ki Sanak! mengapa kalian menyerang kami dan apa kesalahan kami?” Mereka diam tak menjawab. Akhirnya diketahui bahwa penyerang itu masih memiliki hubungan kekeluargaan, dilihat dari pakaian dan juga dari pandangan batiniah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya, keris pusaka dimasukkan kembali ke dalam karangkanya dan kelompok penyerang tersebut dapat bergerak kemudian memberi hormat kepada Pangeran Mas Sepuh. Tidak lama setelah kejadian tersebut, Pangeran Mas Sepuh meninggal dunia dan dimakamkan di tempat itu juga. Sampai sekarang, makamnya terpelihara dengan baik dan selalu diziarahi oleh umat Islam dari berbagai wilayah di Nusantara.
Kisah Pangeran Mas sepuh

Satu karomah yang diberikan Allah kepada Pangeran Mas Sepuh ialah kemampuan berjalan diatas permukaan air. Kesaktian yang luar biasa yang dimiliki Paneran Mas Seph ternyata memunculkan rasa kecemburuan dianara putra-putra Raja Mengwi. Bahkan suatu ketika saat Pangeran Mas Sepuh diperintahkan untuk menuju Taman Ayun (tempat peristirahatan keluarga Raja) di Mengwi. Taman Ayun dikelilingi danau mengitari bangunan lengkap dengan taman indahnya. Tanpa diduga, saat Pangeran Mas Sepuh berjalan diatas air danau dan bersila diatas bunga teratai, terlihat oleh prajurit kerajaan. Tentu apa yang disaksikan prajurit kerajaan tersebut sungguh menggegerkan seluruh Istana. Selain karomah tersebut, Panggran Mas Sepuh juga dikenal mampu mengobati berbagai macam penyakit. Bahkan, tak sedikit ‘dukun’ yang mencari ilmu untuk belajar cara pengobatan. Namun, yang paling mencengangkan serta sempat disaksikan pasukan kerajaan Mengwi ialah saat Pangeran Mas Sepuh dalam perjalanan menuju Bali dari Kerajaan Blambangan (Jawa) terlihat hanya berjalan diatas air laut. Pangeran Mas Sepuh tampak tenang beralan diantara deburan serta gulungan ombak.
Cerita lain adalah sewaktu Panegran Mas sepuh teh dewasa Setelah Pangeran Mas Sepuh dan mengetahui jati dirinya yang merupakan putra Raja Mengwi Bali , maka ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya, Raja Mengwi ke-I, dengan dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari Kerajaan Mengwi dan niat akan mengabdikan diri.
Namun, setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman. Akhirnya Pangeran Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberitahu ibunya tentang peristiwa yang telah terjadi. Namun dalam perjalanan pulang, sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal, sehingga pertempuran tak dapat dihindari lagi. Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan diacungkan ke atas, seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa. Akhirnya diketahui kalau penyerang itu masih ada hubungan kekeluargaan, hal ini dilihat dari pakaian dan juga dari pandangan bathiniyah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya keris pusaka dimasukkan kembali dalam karangkanya, dan kelompok penyerang tersebut dapat bergerak dan kemudian memberi hormat kepada Pangeran Mas Sepuh.
>> Cerita dari beberapa sumber
Labels:
Ziarah
Friday, September 9, 2011
Makam Syeikh Abdul Qadir Jilani
Kampung tcmpat al-Jilani dimakamkan dinamakan Bab al-Chaykh yang berarti "pintu gerbang sang Syekh" sebagai penghormatan kepada wali ini. dan pcnduduk kampung itu, kaum Chayhiliyye, di mata masyarakat tampil sebagai "penduduk asli Bagdad". Orang Kurdi dari Irak Utara, menyebut sueilh Abdul Qadir Jilani sebagai Ghauts, Jailani (atau "penyelamat besar Jilani") kampung itu juga dihuni oleh wakil dari etnis Kurdi. Para Fuayliyah yang beretnis Kurdi itu merupakan golongan sosial yang miskin dan tidak lebih dari minoritas kecil di Bab al-Chaykh; selain itu mereka beraliran Syiah dan oleh karena itu tidak begitu menyanjung-nyanjung sang syekh.


Di halaman makam terdapat sebuah menara jam dan sebuah kolam untuk berwudu; dua madrasah serta satu perpustakaan yang masih dikelola oleh pimpinan keluarga Jilani. Beberapa gedung bertingkat ditata sebagai asrama. Peziarah datang dari seluruh dunia Islam tapi orang-orang Turki- yang paling sering mengunjungi kompleks al-Jilani! dalam pcrjalanan haji ke Mekkah; ketika pulang mereka lalu mengunjungi kompleks makam Ibn 'Arabi di Damaskus. Selain itu. banyak pula peziarah yang datang dari India, dari Asia Tenggara, atau malah dari Magribi dan Afrika Hitam. Maka jumlah orang Irak konon tidak lebih dari seperempat jumlah keseluruhan pengunjung kompleks yang datang untuk salat Jumat. Dengan demikian berbagai bangsa berbagi penginapan: sejumlah penganut Qadiri ditanggung oleh wakil setempat selama sebagian besar hidupnya; ada pula yang tinggal di situ selama bcberapa bulan atau hanya beberapa hari.
Tcmpat yang paling ramai di seluruh kompleks tcntu saja makam 'Abd al-Qadir sendiri. Makam dan pagarnya berwarna perak; sedangkan pada tembok ruangan makam dan kubah terpasang banyak kaca kecil segi empat yang memantulkan cahaya tanpa henti. Kesan umum adalah kemegahan, tetapi juga kesejukan, yang mengingatkan kita pada suasana kompleks makam Syiah. Di Timur Tengah, tidak ada makam (maztir) sunni yang semegah kompleks ini.
Setelah memasuki kompleks. Jamaah ziarah mengucapkan ayat Kursi sebelum bcrpaling kc makam, dan mengucapkan salam (taslimah); mereka kemudian maju tujuh langkah menuju makam, sambil mengucapkan salam lagi pada sctiap langkah; dengan ritus ini para peziarah yakin bahwa permohonan mereka akan dikabulkan. Kini, para pegunjung mengelilingi makam satu kali, seperti biasanya pada ziarah di kcbanyakan makam Sunni lainnya.
Pengunjung yang datang berziarah ke makam Syeikh Abd al-Qadir al-Jilani berasal dari berbagai daerah. Penduduk setempat, dan terutama kaum perempuan, sering ke makam untuk menyampaikan permohonannya kepada wali. Hal itu mereka lakukan dengan cara berpegang pada terali pagar berwarna perak itu. Banyak pengunjung juga menyampaikan nazar dengan mengaitkan sepotong kain—kerap berwarna hijau—pada pagar tersebut. Kain itu sering diberikan oleh salah satu khadim penjaga makam. Dapat dicatat bahwa pada makam Abu Hanifa penjaga setempat membagi-bagikan potongan kain berwarna hijau yang disentuhkan pada makam. dan hal itu juga berlaku, pada makam-makam Syiah; maka praktik itu adalah khas Irak, atau paling sedikit tidak berlaku di Bilad al-Syam. Ada ritus lainnya yang berlaku baik untuk kalangan Sunni maupun kalangan Syiah Irak lainnya, yaitu kebiasaan orang memasang gembok (qifl) pada pagar, untuk memperkuat hubungan mercka dengan wali, atau untuk memperkuat nazar mereka. Memang, potongan kain dapat dtlcpaskan dengan mudah oleh para penjaga, namun lain halnya dengan gembok, yang harus dibuka dengan gunting besi... Para peziarah pun tidak kurang akal dalam hal ini: karena terali pagar memang amat tebal, dan tidak bisa digembok oleh semua jenis gembok. maka mereka memasang gemboknya yang kecil pada gembok yang lebih besar yang sudah tergantung pada pagar.
Semangat religius setempal juga nampak pada berbagai pemberian: wangi-wangian yang disebar-sebarkan, manisan yang dilemparkan dari atas makam dan jatuh di alas para pemohon (karena penutup makam miring). Apabila ada nazar yang terkabul, biasanya orang-orang membagikan manisan, atau kaum pcrcmpuan mcmekikkan sebuah lolongan khas ("ulululu") yang nyaring. Sesungguhnya, walilah yang menjamu dan bersikap royal; kctika scorang pcziarah dari jauh sedang mengeluh dalam hati karena belum mendapalkan perhatian Al Jilani,, konon mendadak akan jatuh sebuah manisan dari atas makam. dekat tempat dia duduk, dan manisan itu menggelinding sampai ke kakinya...
Para sufi, datang menghormati sang syekh pertama-tama atas dorongan adab, yaitu kcsopanan spiritual. Pada umumnya, permohonan yang diajukan oleh kaum sufi itu tidak mcnyangkut hal-hal yang berkaitan dengan dunia yang fana ini (kemandulan, penyakit, pernikahan atau perceraian, ujiandan sebagainya), melainkan yang berkaitan dengan "pencerahan" (al-fatt?), atau kalau tidak bisa, tuniunan dalam jalan tasawuf, atau bahkan penampakan wali dalam mimpi malam.

Para sufi memandang al-Jilani sebagai satu "kutub" universal, dan jangan dianggap bahwa dalam hal ini ada perbedaan sikap di antara tarekat-tarekat: scperti dikatakan kaum Bcktasyi, "Wali adalah milik semua orang". Maka banyak sufi yang bukan Qadiri juga berkunjung dari jauh untuk berbagi berkah sang wali serta berzikir di makam. Menurut kabar yang beredar di kalangan sufi, orang-orang tarekat tertentu dapat melihat Al Jilani berwujud fisik di samping makamnya, dengan badannya tertutupi kain hijau. Menurut bahasan tasawuf, para wali, kendati telah wafat, mempertahankan kekuatan spiritualnya (tasfynf atau tasfyarruf)t bahkan ada penulis yang mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan itu malah bertambah.
>buku Ziarah Wali di Dunia Islam
Friday, September 2, 2011
Sufi Road : Tabarukan ke Raja Ali Haji Gurindam 12

Berikut adalah Gurindam 12
Gurindam Pasal 1
Barangsiapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilangkan nama
Barangsiapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barangsiapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barangsiapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan yang bahri
Barangsiapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya
Barangsiapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat
Gurindam Pasal 2
Barangsiapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut
Barangsiapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang
Barangsiapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa
Barangsiapa meninggalkan zakat
Tidaklah hartanya boleh berkat
Barangsiapa meninggalkan haji
Tidaklah ia menyempurnakan janji
Gurindam Pasal 3
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Kabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Gurindam Pasal 4
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Disitulah banyak orang tergelincir
Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala
Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka
Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah
Barangsiapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar
Barangsiapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor
Dimana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi
Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih
Gurindam Pasal 5
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Gurindam Pasal 6
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
Gurindam Pasal 7
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
Gurindam Pasal 8
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka
Gurindam Pasal 9
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru
Gurindam Pasal 10
Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.
Gurindam Pasal 11
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujah.
Hendak dimulai,
jangan melalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
Gurindam Pasal 12
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
kepada hati yang tidak buta
Labels:
Sastra Sufistik,
Ziarah
Subscribe to:
Posts (Atom)