Friday, December 19, 2008

The Rose of Medina

Whenever I commemorate You, all else fades from my mind,
Your phantasm treads on the hills of my mind;
Although a mirage, it assuages my affliction,
Whenever I commemorate You, all else fades from my mind.

I wish your love pervade each second of my life,
And I could soar like spirits and circumambulate your aurora,
And find some way to ooze into your heart,
I wish your love pervade each second of my life.

I avow it is too late to attain your blissful presence,
My heart will ceaselessly be lamenting still,
Forever anticipating you with the freshest hopes,
I avow it is too late to attain your blissful presence,


As my heart flutters like a dove, hankering for you,
I beg you to grant me a plume of yours!
So that I could flap after you forever,
As my heart flutters like a dove, hankering for you.

O Rose that turns scorching desert into Eden!
Come and lapse flow into my soul with your enchanting colors!
It is high time your smiles shone on the apples of my eyes.
O Rose that turns scorching desert into Eden!

Let me be your slave, like Majnun, in the quest for you,
Sprinkle embers on my soul, let me burn like a furnace.
And be relieved of this rancorous dream elapsing without you,
Let me be your slave, like Majnun, in the quest for you.

I count the days I have been severed from you,
That coil about my soul like gloomy dolor.
Let me see your face before the twilight unfolds,
I count the days I have been severed from you.

Let me see my dusk turn into dawn at my last gasp,
And my heart be filled with the newest colors of your horizon,
Lutes would be resounding then, and flutes would be heard,
Let me see my dusk turn into dawn at my last gasp.

- Fethullah Gulen
Translated from Turkish by Metin Bosnak

اللهم صل و سلم و بارك عليه



Spiritualitas Abu Yazid al-Busthami


Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Lahir di Bustham yang terletak di bagian timur Laut Persi. Meninggal di Bustham pada tahun 261 H/874 M. Beliau adalah salah seorang Sulton Aulia, yang merupakan salah satu Syech yang ada di silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah, Thoriqoh Suhrowardiyah dan beberapa thoriqoh lain. Tetapi beliau sendiri menyebutkan di dalam kitab karangan tokoh di negeri Irbil sbb:" ...bahwa mulai Abu Bakar Shiddiq sampai ke aku adalah golongan Shiddiqiah."

MASA REMAJA
Kakek Abu Yazid al Busthami adalah seorang penganut agama Zoroaster. Ayahnya adalah salah satu di antara orang-orang terkemuka di Bustham. Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya" , ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri.

Setelah sampai waktunya, si ibu mengirimkan Abu Yazid ke sekolah. Abu Yazid mempelajari Al Qur-an. pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Lukman yang berbunyi, "Berterimakasihlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu". Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "Ijinkanlah aku untuk pulang,. Ada yang hendak kukatakan pada ibuku".

Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumahnya. Ibunya menyambutnya dengan kata-kata,"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa?"

"Tidak" jawab Abu Yazid "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Alloh memerintahkan agar aku berbakti kepadaNya dan kepadamu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Alloh sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Alloh semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata".

"Anakku" jawab ibunya "aku serahkan engkau kepada Alloh dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Alloh.

Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, paling sepele di antara yang lain-lainnya, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segalasesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Alloh.

Kejadiannya adalah sebagai berikut:Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur"."malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tangaku kaku.

"Mengapa engkau tetap memegang kendi itu?" ibuku bertanya.
"Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku.Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka"
"Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali".

(Wahai ingatkah kita di Qur'an Surat Al-Baqoroh 255) Sedang Alloh tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Selalu terjaga. Mengapakah kita masih sering terlena??

Setelah si ibu memasrahkan anaknya pada Alloh, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negri ke negri lain selama tiga puluh tahun, dan melakukan disiplin diri dengan terus menerus berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Di antara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu".

"Jendela? Jendela yang mana?", tanya Abu Yazid.
"Telah sekian lama engkau belajar disini dan tidak pernah melihat jendela itu?"
"Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela.Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini"."Jika demikian", kata si guru," kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai".

(Wahai, bagaimanakah saat kita sholat? Bukankah saat itu kita menghadap pada Sang Maha Kuasa?) Mengapakah masih peduli terhadap lainnya? Pikiran masih melantur kemana-mana, hati masih diskusi sendiri?" Celakalah engkau yang sholat, yaitu engkau yang di dalam sholatmu lalai" Fawailulil musholin aladzinahum ansholatihim sahun". "Inna sholati li dzikri"

Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat tertentu ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Mekkah (diartikan menghina kota Mekah), karena itu segera ia memutar langkahnya.
"Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Alloh", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya"
Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah mesjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu.

(syari'at tanpa hakekat adalah kosong sedang hakekat tanpa syari'at adalah batal)

Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, sesaat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis.
"Mengapa engkau selalu berlaku demikian?" tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya.

(Lihatlah do'a Nabi Adam atau do'a Nabi Yunus a.s"Laa ilaha ila anta Subhanaka inni kuntum minadholimin", Tidak ada tuhan melainkan engkau yaa Alloh, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Atau lihat do'a Abunawas,' Ya Alloh kalau engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalam sorga.

Tetapi kalau aku kau masukkan ke dalam neraka, aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Alloh, maka terimalah saja taubatku)

Perjalanan Abu Yazid menuju Ka'bah memakan waktu dua belas tahun penuh. Hal ini karena setiap kali ia bersua dengan seorang pengkhotbah yang memberikan pengajaran di dalam perjalanan itu, Abu Yazid segera membentangkan sajadahnya dan melakukan sholat sunnah dua roka'at. Mengenai hal ini Abu Yazid mengatakan: "Ka'bah bukanlah serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat".

Akhirnya sampailah ia ke Ka'bah tetapi ia tidak pergi ke Madinah pada tahun itu juga. "Tidaklah pantas perkunjung an ke Madinah hanya sebagai pelengkap saja", Abu Yazid menjelaskan, "Saya akan mengenakan pakaian haji yang berbeda untuk mengunjungi Madinah".

Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah Haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeda untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah kota dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya

"Siapakah orang-orang ini?", ia bertanya sambil melihat kebelakang.
"Mereka ingin berjalan bersamamu", terdengar sebuah jawaban.
"Ya Alloh!", Abu Yazid memohon, "Janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hambaMu karenaku".

Untuk menghilangkan kecintaan mereka kepada dirinya dan agar dirinya tidak menjadi penghalang bagi mereka, maka setelah selesai melakukan sholat shubuh, Abu Yazid berseru kepada mereka, "Ana Alloh ,Laa ilaha illa ana, Fa'budni". Sesungguhnya Aku adalah Alloh, Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka Sembahlah Aku"

"Abu Yazid sudah gila!", seru mereka kemudian meninggalkannya.

Abu Yazid meneruskan perjalanannya. Di tengah perjalanan, ia menemukan sebuah tengkorak manusia yang bertuliskan, Tuli, bisu, buta ...mereka tidak memahami. Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciuminya."Tampaknya ini adalah kepala seorang sufi", gumamnya," yang menjadi tauhid di dalam Alloh ... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk memandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Alloh, dan tak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenung secuil pengetahuan Alloh yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya".

Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya."Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru.
Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban".
Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada di atas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut.

"Maha besar Alloh, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda.
"Jika kusembunyikan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya.
"Tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu?"

(Menuruti orang itu memang nggak ada benernya, seperti kisah Luqman saat mendidik anaknya, diajaknya anaknya kepasar dengan membawa keledai. Awalnya Luqman yang naik keledai itu. Lewatlah di suatu desa. Orang-orang disitu berteriak mencemooh. "Lihatlah itu, seorang Bapak yang tega pada anaknya. Udara panas begini, anaknya disuruh jalan kaki sedang Bapaknya enak-enak di atas keledai." . "Catat itu anakku "kata Luqman, kemudian ganti dia yang berjalan sedang anaknya dinaikkan keledai. Lewatlah mereka di satu desa lagi. Orang-orang di desa itu melihat mereka dengan mencemooh,"Lihat itu , jaman sudah edan, itulah contoh anak durhaka pada orang tua, anaknya enak-enak naik keledai, sedang Bapaknya yang sudah tua disuruh jalan kaki diudara panas seperti ini"."Catat itu anakku", kata Luqman lagi.

Kini, dua-duanya berjalan kaki. Jadi iring-iringan bertiga dengan keledainya berjalan kaki. Lewatlah mereka di satu desa. Orang-orang di desa itu mencemooh,"Lihat itu, orang-orang bodoh, mereka bercapek-capek jalan kaki sementara ada tunggangan keledai dibiarkan saja"."Catat itu anakku"kata Luqman . Mereka mencari bambu panjang, dan sekarang keledainya mereka panggul berdua. Lewatlah mereka disatu desa lain. Orang-orang di situ melihat mereka dan mencemooh,"Lihat itu Bapak dan anak sama-sama gila, Keledai tidak apa-apa dipanggul. Enaklah jadi keledainya." Lukman berkata pada anaknya" Catat itu waahai anakku. Kalau engkau menuruti omongan orang-orang, maka tidak akan pernah benar. Maka kuatkanlah keyakinanmu.)

MI'ROJ
Abu Yazid mengisah, "Dengan tatapan yang pasti aku memandang Alloh setelah Dia membebaskan diriku dari semua makhluq-Nya, menerangi diriku dengan Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasiaNya dan menunjukkan kebesaranNya kepadaku.

Setelah menatap Alloh akupun memandang diriku sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan CahayaNya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaranNya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaanNya. Di dalam Alloh segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan cemar.

Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena cahaya Alloh. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan dan kebesaranNya. Apapun yang telah kulakukan, hanya karena kemahakuasaanNya. Apapun yang telah terlihat oleh mata lahirku, sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas. Segala kebaktianku bersumber dari Alloh, bukan dari diriku sendiri, sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti kepadaNya.
Aku bertanya, "Ya Alloh, apakah ini?"

Dia menjawab, "Semuanya adalah Aku, tidak ada sesuatupun juga kecuali Aku. Dan sesungguhnya tidak ada wujud selain wujudKu"Kemudian Ia menjahit mataku sehingga aku tidak dapat melihat. Dia menyuruhku untuk merenungi akar permasalahan, yaitu diriNya sendiri. Dia meniadakan aku dari kehidupanNya sendiri, dan Ia memuliakan diriku.
Kepadaku dibukakanNya rahasia diriNya sendiri sedikitpun tidak tergoyahkan oleh karena adaku. Demikianlah Alloh, Kebenaran Yang Tunggal menambahkan realitas kedalam diriku. Melalui Alloh aku memandang Alloh, dan kulihat Alloh didalam realitasNya.

Di sana aku berdiam dan beristirahat untuk beberapa saat lamanya. kututup telinga dari derap perjuangan. Lidah yang meminta-minta kutelan ke dalam tenggorokan keputusasaan. Kucampakkan pengetahuan yang telah kutuntut dan kubungkamkan kata hati yang menggoda kepada perbuatan-perbuatan aniaya. Di sana aku berdiam dengan tenang. Dengan karunia Alloh aku membuang kemewahan-kemewahan dari jalan yang menuju prinsip-prinsip dasar.

Alloh menaruh belas kasih kepadaku. Ia memberkahiku dengan pengetahuan abadi dan menanam lidah kebajikanNya ke dalam tenggorokanku. Untuk diciptakanNya sebuah mata dari cahayaNya, semua makhluk kulihat melalui Dia. Dengan lidah kebajikan itu aku berkata-kata kepada Alloh, dengan pengetahuan Alloh kuperoleh sebuah pengetahuan, dan dengan cahaya Alloh aku menatap kepadaNya.

Alloh berkata kepadaku, "Wahai engkau yang tak memiliki sesuatupun jua namun telah memperoleh segalanya, yang tak memiliki perbekalan namun telah memiliki kekayaan".

"YaAlloh"jawabku" Jangan biarkan diriku terperdaya oleh semua itu. Jangan biarkan aku puas dengan diriku sendiri tanpa mendambakan diri Mu. Adalah lebih baik jika Engkau menjadi milikku tanpa aku, daripada aku menjadi milikku sendiri tanpa Engkau.Lebih baik jika aku berkata-kata kepadaMu melalui Engkau, daripada aku berkata-kata kepada diriku sendiri tanpa Engkau".

Alloh berkata, "Oleh karena itu perhatikanlah hukumKu dan janganlah engkau melanggar perintah serta laranganKu, agar Kami berterima kasih akan segala jerih payahmu"

"Aku telah membuktikan imanku kepadaMu dan aku benar-benar yakin bahwa sesungguhnya Engkau lebih pantas untuk berterimakasih kepada diriMu sendiri dari pada kepada hambaMu. Bahkan seandainya Engkau mengutuk diriku ini, Engkau bebas dari segala perbuatan aniaya"

"Dari siapakah engkau belajar?", tanya Alloh.

"Ia Yang Bertanya lebih tahu dari ia yang ditanya",jawabku," karena Ia adalah Yang Dihasratkan dan Yang Menghasratkan, Yang Dijawab dan Yang Menjawab, Yang Dirasakan dan Yang Merasakan, Yang Ditanya dan Yang Bertanya".

Setelah Dia menyaksikan kesucian hatiku yang terdalam, aku mendengar seruan puas dari Aloh. Dia mencap diriku dengan cap kepuasanNya. Dia menerangi diriku, menyelamatkan diriku dari kegelapan hawa nafsu dan kecemaran jasmani. Aku tahu bahwa melalui Dialah aku hidup dan karena kelimpahanNya-lah aku bisa menghamparkan permadani kebahagiaan di dalam hatiku.

"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki", kata Alloh. "Engkaulah yang kuinginkan",jawabku, "karena Engkau lebih dari kemurahan dan melalui Engkau telah kudapatkan kepuasan di dalam Engkau. Karena Engkau adalah milikku, telah kugulung catatan-catatan kelimpahan dan kemurahan. Janganlah Engkau jauhkan aku dari diriMu dan janganlah Engkau berikan kepadaku sesuatu yang lebih rendah daripada Engkau".

Beberapa lama Dia tak menjawab. Kemudian sambil meletakkan mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku, berkatalah Dia,:"Kebenaranlah yang engkau ucapkan dan realitaslah yang engkau cari, karena itu engkau menyaksikan dan mendengarkan kebenaran". "Jika aku telah melihat".,kataku pula, "melalui Engkau-lah aku melihat, dan jika aku telah mendengar, melalui Engkaulah aku mendengar. Setelah Engkau, barulah aku mendengar".

Kemudian kuucapkan berbagai pujian kepadaNya. Karena itu Ia hadiahkan kepadaku sayap keagungan, sehingga aku dapat melayang-layang memandangi alam kebesaranNya dan hal-hal menakjubkan dari ciptaanNya. Karena mengetahui kelemahanku dan apa-apa yang kubutuhkan, maka Ia menguatkan diriku dengan perhiasan-perhiasanNya sendiri.

Ia menaruh mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan membuka pintu istana ketauhidan untukku. Setelah Ia melihat betapa sifat-sifatku tauhid ke dalam sifat-sifaNya, dihadiahkanNya kepadaku sebuah nama dari hadiratNya sendiri dan berkata-kata kepadaku dalam wujudNya sendiri. Maka terciptalah Tauhid Dzat dan punahlah perpisahan.

"Kepuasan Kami adalah kepuasanmu", kataNya, "dan kepuasanmu adalah kepuasan Kami. Ucapan-ucapanmu tak mengandung kecemaran dan tak seorangpun akan menghukummu karena ke-aku-anmu".

Kemudian Dia menyuruhku untuk merasakan hunjaman rasa cemburu dan setelah itu Ia menghidupkan aku kembali. Dari dalam api pengujian itu aku keluar dalam keadaan suci bersih. Kemudian Dia bertanya,: "Siapakah yang memiliki kerajaan ini"
"Engkau", jawabku
"Siapakah yang memiliki kekuasaan?"

"Engkau", jawabku
"Siapakah yang memiliki kehendak?"
"Engkau", jawabku

Karena jawaban-jawabanku itu persis seperti yang didengarkan pada awal penciptaan, maka ditunjukkanNya kepadaku betapa jika bukan karena belas kasihNya, alam semesta tidak akan pernah tenang, dan jika bukan karena cintaNya segala sesuatu telah dibinasakan oleh keMahaPerkasaanNya. Dia memandangku dengan mata Yang Maha Melihat melalui medium Yang Maha memaksa, dan segala sesuatu mengenai diriku sirna tak terlihat.

Di dalam kemabukan itu setiap lembah kuterjuni. Kulumatkan tubuhku ke dalam setiap wadah gejolak api cemburu. Kupacu kuda pemburuan di dalam hutan belantara yang luas. Kutemukan bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada kepapaan dan tidak ada yang lebih baik dari ketidak berdayaan (fana-red). Tiada pelita yang lebih terang dari pada keheningan dan tiada kata-kata yang lebih merdu dari pada kebisuan. Dan tiada pula gerak yang lebih sempurna dari pada diam. Aku menghuni istana keheningan, aku mengenakan pakaian ketabahan, sehingga segala masalah terlihat sampai keakar-akarnya. Dia melihat betapa jasmani dan rohaniku bersih dari kilasan hawa nafsu, kemudian dibukakanNya pintu kedamaian di dalam dadaku yang kelam dan diberikanNya kepadaku lidah keselamatan dan ketauhidan.

Kini telah kumiliki sebuah lidah rahmat nan abadi, sebuah hati yang memancarkan nur ilahi, dan mata yang ditempa oleh tanganNya sendiri. Karena Dia-lah aku berbicara dan dengan kekuasaanNya-lah aku memegang. Karena melalui Dia aku hidup, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Menghidupi, maka aku tidak akan pernah mati. Karena telah mencapai tingkat keluhuran ini, maka isyaratku adalah abadi, ucapanku berlaku untuk selama-lamanya, lidahku adalah lidah tauhid dan ruhku adalah ruh keselamatan, ruh Islam,. Aku tidak berbicara mengenai diriku sendiri sebagai seorang pemberi peringatan. Dia-lah yang menggerakkan lidahku sesuai dengan kehendakNya, sedang aku hanyalah seseorang yang menyampaikan. Sebenarnya yang berkata-kata ini adalah Dia, bukan aku.

Setelah memuliakan diriku Dia berkata, "Hamba-hambaKu ingin bertemu denganmu". "Bukanlah keinginanku untuk menemui mereka", jawabku. "Tetapi jika Engkau menghendakiku untuk menemui mereka, maka aku tidak akan menentang kehendakMu. Hiaslah diriku dengan ke-esaanMu, sehingga apabila hamba-hambaMu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaanMu. Dan mereka akan melihat Sang Pencipta semata-mata, bukan diriku ini".

Keinginanku ini dikabulkanNya. DitaruhNya mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku.

Setelah itu Dia berkata, "temuilah hamba-hambaKu itu".Akupun berjalan selangkah menjauhi hadiratNya. Tetapi pada langkah yang kedua aku jatuh terjerumus. Terdengarlah seruan,:

"Bawalah kembali kekasihKu kemari. Ia tidak dapat hidup tanpa Aku dan tidak ada satu jalanpun yang diketahuinya kecuali jalan yang menuju Aku".

Setelah aku mencapai taraf tauhid Dzat-itulah saat pertama aku menatap Yang Esa-bertahun-tahun lamanya aku mengelana di dalam lembah yang berada dikaki bukit pemahaman. Akhirnya aku menjadi seekor burung dengan tubuh yang berasal dari ke-esa-an dan dengan sayap keabadian. Terus menerus aku melayang-layang di angkasa kemutlakan. Setelah terlepas dari segala sesuatu yang diciptakanNya, akupun berkata, " Aku telah sampai kepada Sang Pencipta. Aku telah kembali kepadaNya".

Kemudian kutengadahkan kepalaku dari lembah kemuliaan. Dahagaku kupuaskan seperti yang tak pernah terulang di sepanjang zaman. Kemudian selama tiga puluh ribu tahun aku terbang di dalam sifatNya yang luas, tigapuluh ribu tahun di dalam kemuliaan perbuatanNya, dan selama tiga puluh ribu tahun di dalam keesaan DzatNya. Setelah berakhir masa sembilan puluh ribu tahun, terlihat olehku Abu Yazid, dan segala yang terpandang olehku adalah aku sendiri.

Kemudian aku jelajahi empat ribu padang belantara. Ketika sampai diakhir penjelajahan itu terlihat olehku bahwa aku masih berada pada tahap awal kenabian. Maka kulanjutkan pula pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk beberapa lama, aku katakan, "Tidak ada seorang manusiapun yang pernah mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini. Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini".

Tetapi ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di tapak kaki seorang Nabi. Maka sadarlah aku bahwa tingkat terakhir yang dapat dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat kubayangkan.

Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan Alloh. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli?. Semua sukma yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika ruhku mencapai sukma manusia kesayangan Alloh, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu, niscaya aku hangus binasa. Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga aku menjadi sirna. Tetapi betapapun besar keinginanku, aku tidak berani memandang tiang perkemahan Muhammad. Walaupun aku telah berjumpa dengan Alloh, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad.

Kemudian Abu Yazid berkata, "Ya Alloh, segala sesuatu yang telah terlihat olehku adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepadaMu selama aku ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus kulakukan?"

Maka terdengarlah perintah, "Untuk melepas keakuanmu itu ikutilah kekasih Kami, Muhammad, si orang Arab. Usaplah matamu dengan debu kakinya dan ikutilah jejaknya.

Maka terjunlah aku ke dalam lautan api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku kedalam tirai-tirai cahaya yang mengelilingi Muhammad. Dan kemudian tak kulihat diriku sendiri, yang kulihat Muhammad. Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid berkata," aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak Muhammad.

PERANG TANDING ANTARA ABU YAZID DAN YAHYA BIN MU'ADZ
Yahya bin Mu'adz-salah seorang tokoh sufi, aulia, waliyulloh, jaman itu, menulis surat kepada Abu Yazid," Apakah katamu mengenai seseorang yang telah mereguk secawan arak dan menjadi mabuk tiada henti-hentinya?"
"Aku tidak tahu", jawab Abu Yazid."Yang kuketahui hanyalah bahwa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah mereguk isi samudra luas yang tiada bertepi namun masih merasa haus dan dahaga".

Yahya bin Mu'adz menyurati lagi," Ada sebuah rahasia yang hendak kukatakan kepadamu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam surga. Di sana, di bawah naungan pohon Tuba akan kukatakan rahasia itu kepadamu".

Bersamaan surat itu dia kirimkan sepotong roti dengan pesan,"Syech harus memakan roti ini karena aku telah membuatnya dari air zam-zam".

Di dalam jawabannya Abu Yazid berkata mengenai rahasia yang hendak disampaikan Yahya itu," Mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, dengan hanya mengingatNya, pada saat ini juga aku dapat menikmati surga dan puhon Tuba. tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat kunikmati. Engkau memang telah mengatakan air apa yang telah engkau pergunakan, tetapi engkau tidak mengatakan bibit gandum apa yang telah engkau taburkan".

Maka Yahya bin Mu'adz ingin sekali mengunjungi Abu Yazid. Ia datang pada waktu sholat Isya'. Yahya berkisah sebagai berikut,:" Aku tidak mau mengganggu Syech Abu Yazid. Tetapi aku pun tidak dapat bersabar hingga pagi. Maka pergilah aku ke suatu tempat di padang pasir di mana aku dapat menemuinya pada saat itu seperti dikatakan orang-orang kepadaku. Sesampainya ditempat itu terlihat olehku Abu Yazid sedang sholat Isya'. Kemudian ia berdiri di atas jari-jari kakinya sampai keesokan harinya. Aku tegak terpana menyaksikan hal ini. Sepanjang malam kudengar Abu Yazid berkata di dalam do'anya.," Aku berlindung kepadamu dari segala hasratku untuk menerima kehormatan-kehormatan ini".

Setelah sadar, Yahya mengucapkan salam kepada Abu Yazid dan bertanya apakah yang telah dialaminya pada malam tadi. Abu Yazid menjawab," lebih dari dua puluh kehormatan telah ditawarkan kepadaku. Tetapi tak satupun yang kuinginkan karena semuanya adalah kehormatan-kehormatan yang membutakan mata".

"Guru, mengapakah engkau tidak meminta pengetahuan mistik, karena bukankah Dia Raja diantara raja yang pernah berkata,"Mintalah kepadaKu segala sesuatu yang engkau kehendaki?" Yahya bertanya."Diamlah!", sela Abu Yazid," Aku cemburu kepada diriku sendiri yang telah mengenalNya, karena aku ingin tiada sesuatupun kecuali Dia yang mengenal diriNya. Mengenai pengetahuanNya, apakah peduliku. Sesungguhnya seperti itulah kehendakNya, Yahya. Hanya Dia, dan bukan siapa-siapa yang akan mengenal diriNya.

"Demi keagungan Alloh", Yahya bermohon,"berikanlah kepadaku sebagian dari karunia-karunia yang telah ditawarkan kepadamu malam tadi".

"Seandainya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibrahim, kedambaan Musa kepada Alloh, kekudusan Isa, dan kecintaan Muhammad, niscaya engkau masih merasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu", jawab Yazid." Tetaplah merenung Yang Maha Tingi dan jangan rendahkan pandanganmu, karena apabila engkau merendahkan pandanganmu kepada sesuatu hal, maka hal itulah yang akan membutakan matamu"

Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu.

Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata," Alloh Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhlukNya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu?"

Abu Yazid menjawab," Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku,'Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik?'. Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya".

Suatu ketika Abu yazid melakukan perjalanan menuju Ka'bah di Makkah, tetapi beberapa saat kemudian ia pun kembali lagi. "Di waktu yang sudah-sudah engkau tidak pernah membatalkan niatmu. Mengapa sekarang engkau berbuat demikian?", tanya seseorang kepaa Abu Yazid.

"baru saja aku palingkan wajahku ke jalan", jawab Abu Yazid,"terlihat olehku seorang hitam yang menghadang dengan pedang terhunus dan berkata,"Jika engkau kembali, selamat dan sejahtera-lah engkau. Jika tidak, akan kutebas kepalamu. Engkau telah meninggalkan Alloh di Bustham untuk pergi kerumahNya.

Hatim Tuli-salah seorang waliyulloh masa itu-, berkata kepada murid-muridnya," Barang siapa di antara kamu yang tidak memohon ampunan bagi penduduk neraka di hari berbangkit nanti, ia bukan muridku".

Perkataan Hatim ini disampaikan orang kepada Abu Yazid. kemudian Abu yazid menambahkan," Barang siapa yang berdiri di tebing neraka dan menangkap setiap orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, kemudian mengantarnya ke surga lalu kembali ke neraka sebagai pengganti mereka, ia adalah muridku".

ABU YAZID DAN SEORANG MURIDNYA
Ada seorang pertapa di antara tokoh-tokoh suci terkenal di Bustham. Ia mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.

Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid,"pada hari ini genaplah tigapuluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do'a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu".

"Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati".

"Mengapa demikian?",tanya si murid.
"Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid.
"Apakah yang harus kulakukan?",tanya si murid pula.
"Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid.
"Akan kuterima!. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan".
"Baiklah!", jawab Abu Yazid."Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan".

"Maha besar Alloh!Tiada Tuhan kecuali Alloh", cetus simurid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu.
"Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim",kata Abu Yazid."Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Alloh".
"Mengapa begitu?",tanya si murid.
"Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Alloh. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Alloh?".

"Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid berkeberatan.
"Hanya itu yang dapat kusarankan",Abu Yazid menegaskan.
"Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya.
"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku",kata Abu Yazid.
(Duhai, sadarlah aku bahwa kesombongan dalam diriku begitu tebal, betapa pentingnya aku, betapa mulianya aku, betapa orang lain berada lebih rendah dari aku.....lihat nggantengku, lihat kekayaanku, lihat kepandaianku,...lihat kekuatanku....lihat kekuasaanku......! Besi mesti dipanasi untuk dijadikan pedang, besi mesti ditempa untuk dibuat menjadi tajam. Batu kotor mesti digosok supaya jadi berlian. "Gosoklah berlian imanmu dengan Laa illaha ilalloh". 'Jadidu Imanakum bi Laa illaha ilalloh' )

"Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid.

"Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu"

"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam". " Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam".

"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab,"Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapapun dan apapun kecuali kepada Alloh".

Abu Yazid ditanya orang,"Bagaimanakah engkau mencapai tingkat kesalehan yang seperti ini?"
. "Pada suatu malam ketika aku masih kecil,", jawab Abu Yazid,"aku keluar dari kota Bustham. Bulan bersinar terang dan bumi tertidur tenang. Tiba-tiba kulihat suatu kehadiran. Di sisinya ada delapan belas ribu dunia yang tampaknya sebagai sebuah debu belaka. hatiku bergetar kencang lalu aku hanyut dilanda gelombang ekstase yang dahsyat. Aku berseru "Ya Alloh, sebuah istana yang sedemikian besarnya tapi sedemikian kosongnya. Hasil karya yang sedemikian agung tapi begitu sepi? " Lalu terdengar olehku sebuah jawaban dari langit." Istana ini kosong bukan karena tak seorangpun memasukinya tetapi Kami tidak memperkenankan setiap orang untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencuci muka-pun yang pantas menghuni istana ini".

"Maka aku lalu bertekat untuk mendo'akan semua manusia. Kemudian terpikirlah olehku bahwa yang berhak untuk menjadi penengah manusia adalah Muhammad SAW. Oleh karena itu aku hanya memperhatikan tingkah lakuku sendiri. Kemudian terdengarlah suara yang menyeruku.," Karena engkau berjaga-jaga untuk selalu bertingkah laku baik, maka Aku muliakan namamu sampai hari Berbangkit nanti dan ummat manusia akan menyebutmu

RAJA PARA MISTIK".

Abu Yazid menyatakan," Sewaktu pertama kali memasuki Rumah Suci (Ka'bah), yang terlihat olehku hanya Rumah Suci itu. Ketika untuk kedua kalinya memasuki Rumah Suci itu, yang terlihat olehku adalah Pemilik Rumah Suci. Tetapi ketika untuk ketiga kalinya memasuki Rumah Suci, baik si Pemilik maupun Rumah Suci itu sendiri tidak terlihat olehku".

Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Alloh, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya," Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid,"Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku".

"Anakku",Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku"

Abu Yazid mengisahkan:

Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Alloh mengutus seseorang untuk membukakan diriku.

Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku.

"Sejauh ini engkau memanggilku", katanya," hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid?"

"Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Dari manakah engkau datang?"

"Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu!"

Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu.

MASA AKHIR
Diriwayatkan bahwa Abu Yazid telah tujuh puluh kali diterima Alloh ke hadhiratNya. Setiap kali kembali dari perjumpaan dengan Alloh itu, Abu Yazid mengenakan sebuah ikat pinggang yang lantas diputuskannya pula.

Menjelang akhir hayatnya Abu Yazid memasuki tempat sholat dan mengenakan sebuah ikat pinggang. Mantel dan topinya yang terbuat dari bulu domba itu dikenakannya secara terbalik. Kemudian ia berkata kepada Alloh:

" Ya Alloh, aku tidak membanggakan disiplin diri yang telah kulaksanakan seumur hidupku, aku tidak membanggakan sholat yang telah kulakukan sepanjang malam. Aku tidak menyombongkan puasa yang telah kulakukan selama hidupku. Aku tidak menonjolkan telah berapa kali aku menamatkan Al Qur'an. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman spiritual khususku yang telah kualami, do'a- do'a yang telah kupanjatkan dan betapa akrab hubungan antara Engkau dan aku. Engkaupun mengetahui bahwa aku tidak menonjolkan segala sesuatu yang telah kulakukan itu.

Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk membanggakan diri atau mengandalkannya. Semua ini kukatakan kepadaMu karena aku malu atas segala perbuatanku itu. Engkau telah melimpahkan rahmatMu sehingga aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah itu tidak pernah terjadi. Aku adalah seorang Torkoman yang berusaha tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih di dalam kejahilan.

Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru,'Tangri-Tangri' Baru sekarang inilah aku dapat memutus ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam lingkungan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidahku untuk mengucapkan syahadat. Segala sesuatu yang Engkau perbuat adalah tanpa sebab. Engkau tidak menerima ummat manusia karena kepatuhan mereka dan Engkau tidak akan menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepadaMu limpahkanlah ampunanMu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhiMu.

Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Alloh pada tahun 261 H /874 M.

Diambil dari e-Book Kisah Islam Th. 2002


Thursday, December 18, 2008

Dzikir Jalalah


Tiada tuhan selain Allah
wujud sepanjang zaman

Tiada tuhan selain Allah
disembah setiap tempat

Tiada tuhan selain Allah
disebut setiap lidah

Tiada tuhan selain Allah
dikenali dengan keihsanan

Tiada tuhan selain Allah
setiap masa sentiasa mentadbir 'alam

Tiada tuhan selain Allah

(Kami mohon) keamanan, keamanan dari kehilangan iman dan dari fitnah godaan syaithan. Wahai Tuhan yang sifat keihsananNya kekal abadi, telah banyak keihsananMu terhadap kami, keihsananMu yang berkekalan. Wahai Tuhan yang Maha Penyayang, Wahai Tuhan yang Maha Penganugerah, Wahai Tuhan yang Maha Pengasih, Wahai Tuhan yang Maha Pemurah, Wahai Tuhan yang Maha Pengampun, Wahai Tuhan yang Maha Pemaaf, ampunkanlah kami dan rahmatkanlah kami, Engkaulah sebaik-baik Pengasih.

Dzikrul Jalaalah adalah satu doa yang biasa diamalkan oleh para ulama kita. ini merupakan amalan zikir dengan menyebut lafaz tahlil yang diikuti dengan permohonan untuk keamanan dari hilangnya keimanan dan keamanan dari fitnah godaan syaithan yang terkutuk. Dan ini diakhiri dengan memohon keampunan dan rahmat Allah s.w.t. Almarhum Buya al-Maliki rahimahUllah dalam "Khulaashatu Syawaariqil Anwaari min ad`iyatis Saadatil Akhyaar" menganjurkan agar dzikir ini dibaca setelah membaca asma-ul husna. Akan tetapi bisa saja dzikir dan doa ini dibaca tanpa didahului dengan asma-ul husna sebagaimana diamalkan oleh para ulama. Dzikir ini bisa diamalkan kapan saja, sebaiknya dengan dawam. Mudah-mudahan bisa terkabul dan terpelihara dari hilangnya iman tatkala menghembuskan nafas kita yang terakhir.... Allahumma aamiin.


Thursday, December 4, 2008

Jangan Mengklaim Diri sbg Seorang Syekh


Kutipan shuhba Mawlana Syekh Hisyam Kabbani QS
Indonesia , September 6, 2004

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. [4.59]

Kita berharap bahwa kita akan patuh pada Allah dan nabi-Nya, dan
pada shuyuk kita, karena kita tak ingin mengklaim sesuatu yg tidak
kita miliki.

Ada yg mengklaim bahwa diri mereka tahu sesuatu. Ada yg mengklaim
tahu banyak. Ada juga yg mengklaim tahu akan "segalanya" lalu mereka
menunjuk diri mereka sendiri sebagai syekh2 meskipun mereka jauh
dari predikat syekh. Tingkat seorang syekh sangat sulit di capai,
jadi janganlah mengklaim sesuatu yg tidak kita miliki.

Seperti firman Allah dalam kitab suci Al qur'an :
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahim, Wa la tuzakku anfusakum – janganlah
kamu mengatakan dirimu suci [53:32]

Jangan puji dirimu sendiri, atau janganlah mengklaim sesuatu yg
tidak kalian miliki.
Ada orang2 yg saat mendapat sebuah gelar dari suatu universitas (
bahkan belum menjadi seorang PhD ) mereka merasa mampu mengatur
dunia. Bahkan mereka yg telah meraih gelar PhD, mereka pikir bisa
mengatur negara.

Ada juga orang2 yg berpikir, jika mereka mengikuti orang suci (
syekh asli ) , mereka pikir telah mengetahui segalanya. Lalu
mulailah menyebarkan ego mereka yg telah terkontaminasi, ego mereka
adalah kesombongan, maka tersebarlah penyakit ini ke seluruh murid2
yg tidak menyadarinya.

Ada lagi orang2 yang setelah mengikuti suluk, mereka pikir diri
mereka telah jadi orang suci, dan nama mereka harus di cetak dan di
publikasikan dgn bersinar-sinar untuk menunjukkan bahwa mereka
adalah orang suci, dan masyarakat wajib mendengarkan mereka.

Kita harusnya sadar bahwa jika mengikuti seorg syekh sbg muridnya,
saat kita mendapat manfaat dari beliau atau kita melakukan suluk,
kita ini masih tak ada apa2nya, dan kita masih dlm proses pelatihan.
Kita belum menghilangkan penyakit2 kita. Kita masih harus
dikarantina agar setelah itu kita bisa dilepas pada masyarakat.

Beberapa orang , jika mereka menjadi imam di masjid, mereka pikir
bisa mengatur semua umat muslim. Mereka yg punya tanggung jawab pada
sekolah atau universitas, mereka kira dapat mengatur tiap orang.
Mereka tak merasa bahwa mereka bukanlah apa2.

Jika seseorang tahu cara berdzikir, saat dia duduk dan mulai
berdzikir, dia pikir dia akan menyebarkan spiritualitas pada semua
orang- dia tak sadar bahwa dirinya masih terkontaminasi dengan
kesombongan dan arogansi.

Otorisasi/ pengesahan adalah penting dlm Islam, dalam syariat dan
dalam tarekat. Kami menyebut ijin ini Ijazah ( bhs arab ). Artinya
sebuah limpahan wewenang untuk seorang calon yg telah belajar pada
para syekh, dari seorang syekh ke syekh-syekh berikutnya sampai
salah satu dari keempat Imam. Ini dalam Shariah. Seseorang harus
memilikinya- seperti saat ini ada universitas yg gelar PhDnya dari
Shariah Islam. HAL INI TAK ADA NILAINYA dibanding ajaran Shariah
dulunya.

Ajaran shariah dulunya harus mendapat transmisi langsung dari syekh
kalian, dari syekhnya lagi sampai grandsyekhnya, terus .. sampai
Imam Shafi'i.
Dia harus terhubung seperti itu. Dan Imam Shafi'i— dari Tabi'een yg
mana beliau mendapat instruksi itu? Dan beliau itu, dari kelompok
mana beliau mendapat instruksi ? harus punya silsilah seperti ini.
Silsilah ini dapat menuju Imam Abu Hanifa atau Imam Ibn Hanbal. Atau
Imam Malik. Harus mempunyai rantai transmisi. Kalau tidak, ijasah
mereka adalah nol, tak diperhitungkan.

Dalam Tariqah, sama. Dalam spiritualitas. Dalam realitas ruh diatas
ruh, dalam mempelajari makrifat. Pelajaran ini harus melalui sebuah
silsilah, rantai para syekh. Dari satu syekh ke syekhnya lagi
seterusnya..sampai para grand syekh, sampai Sayyidina Abu Bakr as-
Siddiq (ra) atau Sayyidina `Ali (ra), karena dari merekalah asal
tariqah, ke 41 tariqah.
Mereka semua bisa berasal dari Sayyidina Abu Bakr (ra) atau dari
Sayyidina `Ali (ra). Beliau yang memimpin langsung menuju hati Nabi
Muhammad saw. Jika silsilah tsb tidak ada, berarti orang2 yg merasa
diri mereka telah di beri pengesahan – maka pengesahannya itu adalah
nol.

Tak seorangpun bisa mengatakan dan mengklaim bahwa " Nabi datang
lewat mimpi saya" atau mengklaim bahwa Nabi mendatangi ini itu,
atau mengatakan " Saya pergi ke sana dan mendapati diri saya
menerima wewenang dalam hal ini dan itu" . Hal ini tidak dapat
diterima.

Sekarang ini , para syekh yg mengira diri mereka ( karena mereka
bermimpi, atau sedang tidur, dan saat bangun mereka melihat
sesuatu ) lalu seketika itu mereka menjadi orang yg punya wewenang.

Jika demikian, lebih baik Sayyidina Muhammad (saw) diberi wewenang
melalui sebuah mimpi atau sebuah penglihatan. Namun bukan terjadi
seperti itu. Beliau membutuhkan Sayyidina Jibril (as). Sayyidina
Muhammad (s), bermeditasi selama 40 th, ber khalwat, suluk, di Gua
Hira, dan beliau membutuhkan…

Beliau tak pernah mengatakan : " Saya melihat ini, saat berdoa pada
Allah, saat bersujud pada Allah,"
Sampai Jibril (as) datang pada beliau dan memberinya ( wahyu )
secara nyata/fisik. Tidak mungkin lewat mimpi ! bukan pula dlm
kondisi koma! Tidak mungkin pula saat pingsan! Tak mungkin dlm
keadaan apapun kecuali secara fisik/nyata. Hal itu harus diberikan.

Dan kita mengikuti jejak nabi saw. Hal itu diberikan pada nabi (
saw ) – dari Allah ( swt ) pada Jibril(as); kemudian dari Jibril
kepada nabi ( saw ). Sebuah rantai penerus.
Jika kita katakan segala sesuatu datang lewat mimpi, itu boleh saja.
Tapi mengapa nabi (saw ) tidak menerima wahyu lewat mimpi ?
Atau saat beliau koma, hasha ? Atau mengapa beliau tidak menerima
wahyu dgn memakai cara berbeda tanpa arti yg menggambarkan secara
fisik ? Beliau melihat Jibril (as) secara nyata! Jibril (as)
memeluknya.

Beliau mengatakan, Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahim, dgn sebuah pesan
Islam, "Iqra'." Iqra bismi Rabbik alladhee khalaq." -
"Bacalah dengan nama Allah, Tuhan Maha Pencipta."
Sayyidina Jibreel datang dari kaki langit, menutup seluruh horizon,
dan beliau datang pada Nabi Muhammad (saw) seraya berkata :

"Ya Muhammad (s), Iqra - bacalah."
Nabi saw bertanya , "Apa yg akan ku baca? "
Jawab Jibril as : " Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. [96.5]

Secara nyata Jibril mengajari Nabi saw.
Saat Ramadan, Nabi as sering mempelajari Quran dari Jibreel (as).
Dalam Hadist nabi : kaana yatadarras al-Qur'an ma` Jibreel. " Dia
sering belajar Qur`an dgn Jibril."

Untuk itu nabi saw membutuhkan pembukaan batin secara fisik, wahyu,
dari Allah (swt). Allah (swt) mengutus Jibril untuk menemui Nabi
saw.

Bagaimana dgn kita sekarang ini, orang2 di seluruh dunia, yang
telah mendapat sebuah mimpi atau diperintah oleh mimpinya.
Ya, hal ini boleh saja. Jika kalian diminta melakukan sesuatu,
kalian laksanakan. Namun yang kalian lakukan terbatas. Tak ada
sebuah dukungan. Tak ada pendukung dibelakangnya. Tanpa dukungan,
suatu saat hal itu akan rusak, habis sudah. Musnah.

Bahkan saat datang dgn wahyu, Jibril melatih Nabi saw, beliau angkat
nabi, beliau kirimkan pesan2 dari Allah swt. Setelah 2 th, Jibril
dikirim secara fisik/nyata. Tiap beliau datang membawa wahyu,
biasanya selalu secara nyata. Tak pernah Nabi saw mengatakan
" Saya menerima Qur'an lewat mimpi."
Nabi menerima Quran lewat wahyu melalui Jibril as.


Dan dhikrullah diambil dari Qur'an, nama2 Allah yg indah. Jadi untuk
melakukan dzikir, harus secara fisik melalui seorang guru. Kalian
tak bisa mengatakan, " Saya tak butuh seorang guru. Saya tak butuh
seorang pemandu!" Allah meminta Jibreel sebagai pemandu nabi
(saw).

Dalam waktu 2 tahun setelah nabi saw menyampaikan wahyu, Allah
memanggil Nabi saw menuju kehadapan-Nya.
Maka Jibreel (as) harus membawa beliau secara fisik pada malam
Isra'i wa 'l-Mi`raaj. Seperti bulan ini kita berada dlm Lailatu 'l-
Isra'i wa 'l-Mi`raj. Secara fisik Jibril as membawa beliau dan
Allah memberinya kendaraan , al-buraaq. Nabi saw mampu pergi tanpa
buraaq. Nabi mampu "naik" lewat mimpi, tanpa tubuh beliau mampu
naik ke atas. Namun, malam itu beliau bersama raganya. Ruh beliau
menuju ke hadapan Allah.

Artinya secara fisik kalian membutuhkan seorang guru untuk mengajari
dan memandu kalian seperti halnya Nabi yg membutuhkan buraaq, dan
membutuhkan Jibril (as), untuk mengantar beliau sampai ke hadapan
Ilahi.

Ada buah2an asli dan buah2an plastik. Buah asli ada rasanya, saat
kalian makan, kalian rasakan manisnya buah itu. Buah dari plastik,
atau yg terbuat dari kertas – bisa kalian memakan kertas, namun tak
ada rasa. Kalian dapat memakan plastik tapi tak ada rasanya.

Jadi Dhikrullah dengan syekh yg telah diberi wewenang melalui rantai
orang2 suci sampai menuju Nabi saw— itulah dhikir yg punya rasa.
Dhikrullah, tiap Asmullah ul-Husna— nama2 indah & atribut milik
Allah swt — rahasia nama2 Allah akan dihiaskan pada kalian. Kalian
akan mendapatkan penampilan itu dan Allah akan melimpahkan rahmatnya
pada seseorang saat dia berdhikr, karena dia terhubung, melalui
hatinya, melalui shaykhnya, pada grandshaykh, dan seterusnya
sampai Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq (ra) ataupun Sayyidina `Ali
(ra), dan kemudian pada Nabi Muhammad saw.

Syekh yg lain, yg mengira dirinya seorang syekh namun tanpa wewenang
ataupun melalui sebuah silsilah, yg mengklaim diri sendiri sebagai
seorang syekh – dhikirnya tak berasa manis. Suatu saat akan hilang.
Allah swt memberi sebuah karakteristik pada nabi saw yg Dia tak
memberikannya pada siapapun. Kerendahan hati.

Sayyidina Muhammad (s) adalah orang yg paling rendah hati. Jika
kalian rendah hati, kalian akan mendapat pengetahuan spiritual.
Saat kalian arogan dan bangga pada diri sendiri, kalian akan
dilemparkan seperti mereka yg punya gelar yg didapat dari belajar
Islam di universitas, namun tanpa ruh , tanpa jiwa – tak ada
kemanisan disana atau rasa didalamnya.
Mereka mempelajari huruf2 yg digabung bersama.

Di lain pihak, seorang `Arif billah— ahli makrifat, dia tidak
mempelajari huruf2. Namun guru mereka mengajari makna dan rahasia
dibalik huruf2. Mereka mulai memilah arti yg tak seorangpun dapat
memilahnya. Dan ini dilakukan dgn rendah hati.

Jika sombong, kalian akan jadi iblis. Iblis adalah sombong. Jadi
jangan menjadi seorang yg arogan. Rendah hatilah. Saat kalian
merendahkan diri, orang akan mencintaimu. Saat orang2 mencintaimu,
syekh kalian akan membawa kalian mendekati beliau. Saat beliau
membawa kalian utk mendekat, beliau akan membawa kalian melewati
silsilah untuk mencapai cinta dan penglihatan akan nabi Muhammad
saw.

Dulu ada seorang raja yg dikirimi seorang budak- raja pada masa itu
biasanya punya banyak budak.
Orang2 biasa membeli budak dari berbagai negara di dunia. Hal itu
seperti sebuah perdagangan, dalam suatu periode. Jadi mereka
memberi raja sebuah hadiah, seorang budak. Namun pembantu itu ( yg
dikirim pada raja ) adalah seorang yg baik - jika kalian tak mau
menyebutnya sbg seorang budak.

Lalu raja menanyakan beberapa pertanyaan. Beliau bertanya saat
mereka menghadirkan pembantu itu, "Siapa namamu? "
Jawabnya, " Tuanku, seorang budak tidak punya sebuah nama. Apapun yg
tuan sebut dia, dia harus menjawabnya. Sebelum anda, saya pernah
bersama tuan2 yg lain. Dan mereka memanggil saya berbeda-beda. Tugas
saya adalah menjawab tuan. Tugas saya bukanlah untuk mempunyai
sebuah identitas, sebuah nama. Saya tak punya nama."

Lalu raja bertanya , "Pakaian apa yg sepantasnya saya berikan
padamu ?"
Jawab si budak, "Oh tuanku, saya tak punya pilihan. Di hadapan
baginda, saya tak punya pilihan, juga saat di hadapan tuan2 saya
sebelumnya, saya tak punya pilihan. Seorang budak mengiyakan apa yg
dikatakan tuannya. Jika tuan saya berkata: Pakai baju merah ini.
Maka saya melakukannya. Pakai baju biru ini. Sayapun memakainya.
Jika hijau, saya pakai itu. Jika beliau menyuruh untuk tak memakai
apapun, saya tak akan memakai apapun. Hal ini adalah pilihan tuan.
Bukan pilihan saya. "

Dengar baik2.

Beliau bertanya, " Makanan apa yg paling kamu suka ?"
Jawabnya, " Oh tuan, makanan apapun yg mereka berikan pada saya utk
dimakan, saya makan. Jika mereka memberi nasi, saya makan nasi. Jika
mereka memberi roti, saya makan roti, jika mereka memberi daging,
saya makan daging. Jika mereka memberi rumput, saya makan rumput.
Jika mereka memberi buah, saya makan buah. Tak ada pilihan buat saya
di hadapan tuan."

Lalu raja akhirnya berkata, " Budakku, pembantuku, jadi apa yg bisa
kulakukan untukmu ?
Jawabnya, "Oh Tuanku, apakah seorang budak punya keinginan dihadapan
tuannya ? Budak adalah dibawah kehendak raja, tuannya. Anda memilih
apa yg bagus buat saya, lalu anda beri itu pada saya. "

Kata raja, "Oh pembantuku, kamu seorang muslim sejati. Dan lebih
baik kamu memimpin negara ini daripada aku. Kamu seorang raja, dan
saya pendukungmu."

Saat seorang hamba memperlihatkan tak punya keinginan, dalam
berbagai cara Allah membuat mereka menjadi raja. Saat kalian tidak
menunjukkan keinginan…. Nabi saw tak pernah punya suatu keinginan.
Allah membuatnya beliau sebagai Rasul terakhir. Orang suci, mereka
tunduk pada kehendak Allah (swt) dan kehendak nabi saw.
Allah menjadikan mereka orang2 suci. Saat kalian menundukkan diri
pada kehendak guru kalian, maka beliau akan mengangkat kalian dan
mempercayai kalian untuk membawa amanah umat dibawah pengajaran
kalian.Itulah hal yg penting, tunduk. Tidak bangga akan gagasan dan
pikiran kalian sendiri.

Ini adalah suatu kutukan, jika kalian bangga dgn pikiran dan gagasan
diri sendiri. Kalian seorang pecundang.
Saat ini, karena arogansi, kesombongan, anak2 tidak menerima apa yg
orang tua katakan. Orang tua tidak menerima apa yg orang yg lebih
tua katakan. Tiap orang berlari dalam jalan mereka sendiri2. Mereka
tidak mau mendengar apa yg Islam dan Qur'an katakan.
Mereka mendengarkan hanya yg dunia katakan pada mereka, dan apa yg
setan katakan pada mereka, dan nafsu2 buruk yg dibisikkan.

Lihat anak laki2 itu. Siapa namanya ? Hamdaan. Bagaimana dia
membawakan ( bacaan qur'an. Pentj )? Berapa umurmu ? 12 tahun. Dia
membaca lebih baik dari semua yg berada diruangan ini. Dia berumur
12 th, dan kita ini berumur 70, 80, 90, 60, 50, 40, 30. Dunia ini
tak ada dihatinya.

Yg lain, Allah memberi mereka – bukannya belajar membaca seperti
Hamdaan, mereka sedang belajar bagaimana menyanyikan lagu-lagu, MTV,
video klip, diskotik, mengejar wanita cantik, artis, aktris. Ini
gaya hidup yg seorang yg masih sangat muda dlm meningkatkan
kepatuhan pada Allah. Dia akan berada dalam bayang2 singgasana Allah
saat kiamat nanti.

Nabi bersabda, " Yang tujuh akan berada dibawah bayang2 Allah saat
kiamat. " Saat matahari akan membakar otak tiap orang. Allah akan
menaungi ke tujuh kelompok itu. Salah satu dari mereka
adalah "waladun nasha `ala ta`atillah," – seorang anak yg tumbuh
dalam kepatuhan pada Allah."
Yang lain adalah walad , yang tak pernah mengatakan "huh" pada ayah
bundanya saat dia hidup. Allah menaunginya.

Orang kaya saat ini atau mereka yg berpenghasilan menengah sedang
mengejar segala yg kotor; dan anak tadi yg tak punya apa2 mengejar
kepatuhan pada allah, sangat berlawanan.

Namun kita masih mengatakan bahwa Allah ( swt ) selalu penuh
ampunan. Dan Allah swt telah mengatakan pada Nabi saw:
"wa maa arsalnaaka illa Rahmatan lil `aalameen."
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam. [21.107]

Jadi insya Allah kita akan, masing2 dari kita akan berada dibawah
ampunan Allah swt. Mereka yg sedang berlari kesana dan kemari, Allah
memberi mereka ampunanNya ( amin ).
Wa min Allahi 't-tawfiq, bi hurmati 'l-Fatiha