Jalan orang-orang sufi.. Pecinta menuju makrifatullah Blog ini saya persembahkan untuk saudara2ku sesama muhibbun pencari cinta dan makrifatullah,belajar dan mengikuti jalan tasawuf. Meneladani dan mengikuti jalan para Awlia Allah. Semua Artikel dan foto didalam blog ini dibuat untuk pecinta ilmu dan penambah wawasan keislaman. sy perbolehkan untuk dicopy atau didownload dengan tetap mencantumkan sumber artikel
Thursday, December 15, 2016
Keutamaan Wirid
Dalam setiap keadaan, manusia pasti membutuhkan tobat. Tidak ada seorang pun yang terlepas dari kebutuhan untuk bertobat, meskipun ia seorang yang Nabi yang ma’shum (terlindung dari perbuatan dosa), apalagi selainnya. Karena itulah para Malaikat, para Nabi dan Rasul, serta kaum Shiddiqin yang terjaga dari perbuatan dosa, mereka senantiasa memohon ampun (istighfar) dan bertobat kepada Allah. Jika demikian adanya, maka orang-orang yang suka mencampuradukkan kebaikan dan keburukan, yang suka bermaksiat dengan melakukan berbagai perbuatan dosa seperti kita ini, seharusnya lebih membutuhkan dan lebih wajib untuk bertobat. Oleh karena itu, jika memperoleh kemudahan, kita harus segera menyusul manusia-manusia terbaik tersebut. Dan hal ini dapat dilaksanakan jika kita senantiasa mau meneliti niat, perbuatan maupun ucapan kita. Jika kita mampu memperbaiki dan meluruskan ketiga hal tersebut, maka kita akan memperoleh waridat yang indah.
Waridat yang kita peroleh adalah sesuai dengan amal yang kita kerjakan. Karena itulah, orang-orang yang memiliki waridat tersebut menyatakan bahwa waridat yang tiba ke dalam hati adalah sesuai dengan macam wirid yang kita amalkan. Jika kita melakukan hal-hal yang baik, maka kita juga akan memperoleh hal yang baik. Wirid merupakan tubuh waridat. Sebagaimana ruh tidak akan masuk ke dalam jasad janin yang berada di perut ibu, kecuali setelah sempurnanya jasad tersebut, maka waridat juga tidak akan tiba di hati seorang hamba sebelum tubuhnya dihias dengan berbagai wirid. Oleh karena itu, orang-orang yang mengabaikan dan meremehkan wirid, mereka adalah orang-orang yang sangat bodoh, lalai dan sangat lemah pemahamannya.
Orang-orang yang berjalan menuju Allah memiliki perhatian, semangat dan ketekunan dalam membaca berbagai wirid. Mereka menikmati wirid-wirid tersebut. Inilah tanda kesungguhan mereka di dalam berjalan menuju Allah dan kemampuan pemahaman mereka yang besar. Barang siapa memahami kedudukan wirid, maka ia akan menaruh perhatian yang besar terhadap berbagai macam wirid dan dzikir. Sehingga perjalanannya menuju Allah berlangsung dengan baik dan ia akan senantiasa memperoleh limpahan karuria-Nya.
Adapun seseorang yang berada di dalam kebodohan, sedikit pun ia tidak akan menaruh perhatian terhadap berbagai macam wirid tersebut. Dan seandainya ia membaca salah satu wirid itu, maka ringan baginya untuk meninggalkannya. Jika salah satu wirid yang ia baca terlewatkan karena suatu sebab, maka ia tidak akan pernah merasa kehilangan maupun merindukannya. Ini merupakan tanda kebodohannya. Seseorang yang demikian keadaannya, sebenarnya ia tidak berjalan menuju Allah Ta’ala.*
Oleh karena itu, kalian pasti akan melihat keutamaan dan manfaat nyata yang akan diperoleh mereka yang suka membaca wirid, di dunia ini sebelum di Akhirat nanti. Kalian akan melihat perbedaan yang sangat besar antara orang-orang yang mengisi hari-hari mereka di tempat seperti ini dengan membaca, memuliakan dan mengagungkan wirid — ikut membaca wirid sebelum dan setelah subuh, sebelum dan setelah shalat dhuhur, dzikir sebelum shalat ashar, doa ketika berjabat tangan selepas shalat ashar dan wirid setelah ashar dengan hati yang khusyuk — dengan orang-orang yang mengabaikan berbagai macam wirid tersebut. Di antara mereka pasti tampak perbedaan yang sangat besar yang akan tampak dalam perjalanan kehidupan mereka di dunia maupun di Akhirat. Kedua kelompok manusia ini tidak dapat disamakan.
Orang yang memiliki ikatan hati dengan kaum sholihin tidak mungkin dapat disamakan dengan orang yang tidak memiliki ikatan hati dengan mereka.
yang menyandang akhlak mulia tidak mungkin dapat disamakan dengan mereka yang tidak menyandangnya. Orang yang beramal tidak mungkin dapat disamakan dengan orang yang tidak beramal. Bagaimana mungkin keduanya dapat disamakan. Allah Ta’ala mewahyukan:
ام حسب الذين اجترحوا السيئات ان نجعلهم كالذين ءامنوا وعملواالصلحت سواء محياهم ومماتهم ساء ما يحكمون(21
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Al-Jatsiah, 45:21)
Dapatkah disamakan seseorang yang ketika turun hujan rahmat hatinya khusyuk (ingat kepada Allah) dengan seseorang yang lalai? Apakah keduanya dapat disamakan? Yang satu hatinya selalu berhubungan dengan Allah sedangkan yang lain hatinya putus hubungan dengan-Nya. Yang satu menghadapkan diri kepada Allah sedangkan yang lain berpaling dari-Nya. Keduanya tidak mungkin dapat disamakan. Sudah menjadi ketentuan Allah di alam semesta, kedua jenis manusia ini tidak mungkin dapat disamakan. Tidaklah sama kegelapan dengan cayaha, orang yang normal penglihatannya dengan tuna netra, dan yang hidup dengan yang mati, meskipun semuanya adalah makhluk Allah. Karena itu, jika kalian perhatikan, orang-orang yang bertobat senantiasa menekuni berbagai wirid dan dzikir. Mereka akan banyak beristighfar memohon ampun kepada Allah. Rasulullah saw bersabda:
طوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا
. (HR Ibnu Majah)
‘Sungguh beruntung seseorang yang mendapati istighfar yang banyak dalam buku catatan amalnya
Setelah Rasulullah saw menyatakan mereka sebagai seorang yang sangat beruntung, maka mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Sumber : Obat Hati 1 Saduran Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz
http://www.alhabibahmadnoveljindan.org
Saturday, March 10, 2012
Sholawat Mudhariyah
Seperti halnya di Hadhramaut, di daerah-daerah lain di Yaman, qashidah Burdah biasa dibaca setiap Jumat subuh atau Senin sore (ashar). Bahkan para ulama Al-Azhar, Mesir, meluangkan waktu khusus pada hari Kamis untuk membaca, mempelajari, dan menerang-kan makna-makna yang terkandung didalamnya. Hingga saat ini pengajian Burdah masih terns dilakukan di masjid-masjid besar di Mesir, seperti Masjid Al-Husain dan Masjid Zainab.
Shalawat Mudhariyah adalah salah satu syair shalawat karya Imam Al-Bu-shiri yang sangat besar keutamaannya. Shalawat ini dibaca secara rutin oleh ulama besar di banyak tempat. Keberkah annya banyak dirasakan para pembaca-nya dari waktu ke waktu.
Disebut Shalawat Mudhariyah karena salah satu datuk Nabi Muhammad, yang bernama Mudhar disebutkan dalam shalawat ini, hingga kemudian menjadi nama populer qashidah ini. Biasa-nya shalawat ini dibaca setelah pembacaan qashidah Burdah, sebelum majelis diakhiri dengan pembacaan qashidah Al-Muhammadiyah yang juga salah satu syair karya beliau.
Shalawat Mudhariyah juga bagus bila dibaca sendiri, dan lebih bagus lagi bila dibaca bersama-sama setelah mendengarkan pengajian rutin mingguan atau bulanan. Baik juga dibaca pada waktu-waktu utama, seperti Jumat sore sesudah ashar atau pada malam Jumat-nya.
Salah satu keistimewaan shalawat ini disebutkan dalam kitab Bughyah Ahl Al-'Ibadah wa Al-Aurad Syarh Ratib Quthb Zamanih Al-Haddad, karya Al-Habib Alwi bin Ahmad Al-Haddad. Dikisahkan, Al-Imam Muhammad Al-Bushiri menyusun shalawat ini di pinggir pantai. la memulai tulisanya dengan kata-kata shalawat seperti yang terdapat mulai pada bait pertama sampai kedua dan seterusnya. Ketika sampai pada syair nomor 34 yang berbunyi "Tsummash-shalatu ‘alal-mukhtari ma tala’at, syamsun-na-hdri wa ma qad syasya’al-qamaru, kemudian sebagai penutup cucurkan shalawat-Mu imtuk Al-Mukhtar (rasul pilihan) selama masih terbit matahari dan selama bulan masih memancarkan cahaya sinarnya", tiba-tiba dari tengah laut datang seorang laki-laki yang ber-lari di atas air menghampirinya sampai berdiri di hadapannya, lalu berkata, "Cukup, akhirilah shalawatmu sampai bait ini, karena kamu telah membuat lelah para malaikat yang mencatat ke-utamaan pahala shalawat ini."
Imam Bushiri pun segera menutup shalawatnya dengan permohonan ridha Allah untuk keluarga Rasulullah dan para sahabatnya.
Al-Imam Al-Bushiri mengembuskan napasnya yang terakhir di kota Iskan-dariyah, Mesir, pada tahun 696 H atau 1296 M. la dimakamkan di samping sebuah masjid besar yang bersambung dengan makamnya, tak jauh dari masjid dan makam sang guru, Syaikh Al-Imam Abu Al-'Abbas Al-Mursi.
Di tembok kubah makamnya terda pat tulisan-tulisan syair qashidah Burdah karya beliau dengan kaligrafi yang indah menawan. Sampai sekarang makam beliau masih ramai diziarahi umat Islam dari berbagai penjuru dunia.
Berikut dibawah adalah sholawat Muhdariyan untuk kita amalkan, Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya untuk Imam Bushiri, guru-gurunya, dan umat Islam pada umumnya. Amin


Monday, March 5, 2012
Tawasul Al-Habib Abdurahman Asegaf

Berikut adalah TAwasul dari Al Habib Abdurahman Assegaf Bukit Duri Jakarta.
Tawasul ini sangat bagus dibaca oleh kita dalam meminta wasilah melalui para Wali, Anbia dan Malaikat...
Semoga Allah terus melimpahkan Keberkahan kepada Beliau dan kita yang mengamalkan tawasul ini.. Amien
إِلَهِى بِجاَهِ الأَنْبِياَءِ وَالمَلاَئِكَةِ | وَبِالأَوْلِياَءِ جُدْ لَناَ بِالإِجاَبَةِ |
Wahai Tuhanku, dengan keagungan para nabi dan malaikat | Juga dengan keagungan para wali, sayangi kami dengan senantiasa memenuhi permohonan kami |
إِلَهِى تَوَسَّلْناَ بِقُرْآَنِكَ الكَرِيْمِ | تُنَوِّرْ بَصِيْرَتِى وَسَمْعِى وَمُقْلَتِى |
Wahai Tuhan kami, kami bertawasul dengan Qur’an yang mulia | Agar ia bisa menerangi jiwaku, juga menerangi pendengaranku dan lisanku |
وَتُلْهِمُنِى رُشْدِى وَتَرْزُقْنِى عِلْمَ | اليَقِيْنِ تُوَفِّقْنِى لِحُسْنِ العِباَدَةِ |
Agar ia bisa memberikan ilham kepadaku akan kecerdasan dan memberiku ilmu yaqin | Dan juga bisa memberiku taufiq (kemampuan taat) untuk dapat beribadah dengan baik |
بِأَسْماَئِكَ الحُسْنَى تَجُوْدُ بِتَوْبَةٍ | نَصُوْحٍ تَغْفِرُ لىِ ذُنُوْبِى وَزَلَّتِى |
Dengan nama-namaMu yang sangat baik, Engkau pasti menerima akan taubat | Yang baik, ampunilah aku segala dosa-dosaku dan semua kehilafanku |
وَتَنْظُرْنِى فىِ كُلِّ حاَلٍ وَلَمْحَةٍ | تُنَجِّى بِهاَ مِنْ هَوْلِ يَوْمِ القِياَمَةِ |
Engkau mengawasi ku di setiap keadaan dan setiap detik waktu | Dengan nama-namaMu Engkau selamatkan aku dari kerusuhan hari qiyamah |
وَبِالمُصْطَفَى الرَّسُوْلِ تَشْرَحُ لىِ صَدْرِى | تُيَسِّرُ لىِ أَمْرِى وَتَكْشِفُ كُرْبَتِى |
Dengan Nabi terpilih yang menjadi Rasul, lapangkanlah buatku akan jiwaku | Mudahkanlah buatku semua urusanku, serta lepaskanlah semua keresahanku |
وَبِالأَنْبِياَءِ وَالمَلاَئِكَةِ الكِراَمِ | تُحَقِّقْ بِالتَّقْوَى وَإِدْراَكِ غاَيَتِى |
Dengan keberkahan serta kemuliaan para nabi dan malaikat yang mulia | Nyatakan kami mendapatkan ketaqwaan dan dapat mencapai harapanku |
بِهِمْ وَبِالإَوْلِياَءِ تُلْحِقُنِى بِهِمْ | وَذُرِّيَتِى وَشِيْعَتِى وَعَشِيْرَتِى |
Berkat mereka dan para wali izinkan aku agar bisa bersama mereka selalu | Juga bias berkumpul bersama keturunanku, kumpulanku dan kawan-kawanku |
وَتَصْرِفُ عَنِّى كُلَّ شَرٍّ بِحَقِّهِمْ | وَشَرًّا لِذِى شَرٍّ مِنْ إِنْسٍ وَجِنَّةِ |
Jauhkan dariku segala keburukan, berkat kemuliaan mereka | Segala keburukan yang berbuat jahat, baik dari manusia ataupun jin |
بِفَضْلِكَ بَشِّرْنِى بِحُسْنِ الخَواَتِمِ | وَبِالرَّحْمَةِ ادْخِلْنِى بِداَرِ الإِقاَمَةِ |
Dengan keutamaanMu kruniakan kebahagiaan kepadaku dengan baik akhir hayatku | Dengan kasih saying masukkan aku ke dalam tempat tinggal yang abadi (sorga) |
عَلَيْهِمْ مِنَ المَوْلىَ صَلاَةٌ وَتَسْلِيْمٌ | وَرِضْواَنُ انِ سْتَجِبْ إِلَهِى مُناَجاَتِى |
Untuk mereka dari Allah SWT semoga kasih sayang dan keselamatan dilimpahkan | Juga keridloan dari Allah, kabulkanlah wahai Tuhanku atas semua permohonan munajatku..amien |
Untuk dalam bahasa Arab full dibawah ini.

Sumber:
basaudan.wordpress.com
arbabulhija.blogspot.com
Thursday, December 8, 2011
Sufi Road : Tidak Melupakan Dzikir

Seseorang yang meniti jalan Allah, hendaknya tidak melupakan dzikir (ingat kepada Allah). Ini sangat penting. Para ulama menyatakan "Siapa yang lupa Allah, berarti ia telah menjadi kufur".
Dzikir menyebabkan seseorang selalu terjaga dan dilindungi Tuhan.
Para ulama menyatakan, orang-orang arif senantiasa berdzikir kepada Tuhan.
Bila melupakan-Nya, walau hanya satu dua nafas, Allah menyerahkan--nasib--mereka kepada setan sehingga setan menjadi temannya.Adapun orang-orang yang belum mencapai tingkatan tersebut, Allah tidak sampai berbuat demikian. Semua menurut tingkatan dan derajat masing-masing.
Dzikir adalah sebuah bentuk ibadah yang sangat agung derajat dan pahalanya. Dalam riwayat Muslim, Nasai dan al-Bazzar dikatakan: Maukah aku beritahu tentang suatu amal yang paling baik, paling suci disisi Tuhan, yang mampu meningkatkan derajat, lebih baik dari memberi sedekah emas dan perak, bahkan lebih baik daripada bertempur dengan musuh? Baiklah ya Rasul, jawab sahabat. 'Dzikir kepada Allah'
Dzikir juga merupakan pembeda antara iman dan kufur, hakikat hidup dan kematian. Dalam riwayat at-Tabrani, Rasul menyatakan tidak, "Siapa yang ingat Allah dengan tidak berdzikir, berarti terlepas imannya".
Pada kesempatan lain Rasul juga bersabda: "Siapa yang mengerjakan shalat subuh secara jamaah, lalu berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian melakuakan shalat dua rakaat, maka ia diberi pahala seperti pahala orang yang melakukan haji dan umrah secara sempurna"
Seseorang harus terus berusaha berdzikir untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, walau dalam keadaan sempit atau sakit. Jangan menunggu sampai sehat. Sebab menanti sampai sehat berarti pengangguran.
Sejalan dengan itu, Athaillah, pengarang kitab Al-Hikam menyatakan, "Seseorang hendaknya terus berdzikir. Jangan sampai tidak mau dzikir dengan alasan belum bisa khusyuk. Sebab meninggalkan dzikir adalah lebih parah daripada dzikir yang tidak khusyuk. Dari model dzikir yang tidak khusyuk tersebut, Insya Allah akan bisa naik menjadi dzikir yang disertai dengan kesadaran hati. Dari situ kemudian naik
lagi menjadi dzikir yang benar-benar khusyuk kepada Allah.
Manfaat atau faedah dzikir amat banyak. Antara lain,
pertama, bahwa dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya, siapa yang
senatiasa berdzikir kepada Allah, maka ia akan bisa mencapai derajat kekasih Tuhan dan itu menjadi salah satu ciri utamanya. Sebaliknya, siapa yang lupa atau berhenti dari berdzikir berarti ia lepas dari deradjat kewalian.
Kedua, Dzikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain. Dzikir merupakan jalan yang paling cepat untuk membuka rahasia-rahasia ibadahyang lain.
Syyid Ali al-Mursifi menyatakan, banyak guru thariqat yang merasa tidak mampu merawat--hati--muridnya sampai bersih. Mereka tidak menemukan obat yang lebih baik untuk itu, kecuali dengan cara terus-menerus melakukan dzikir. Maka, dalam soal pembersihan hati ini, dzikir bisa diumpamakan sebagai alat gosok khusus yang dapat secara cepat membersihkan kerak tembaga. Sedang ibadah-ibadah lain bagai alat gosok biasa yang lama sekali bila digunakan untuk membersihkan kotoran tembaga.
Ketiga, bahwa dzikir merupakan syarat atau perantara untuk bisa masuk dalam hadirat Ilahi.
Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Suci. Dia tidak akan bisa didekati kecuali oleh orang-orang yang suci. Seseorang yang senantiasa melakukan dzikir, hatinya akan menjadi bening dan bersih. Maka, dengan itu, ia akan bisa mencapai Tuhan dengan baik dan cepat.
Keempat, dzikir akan membuka hijab dan menciptakan keihlasan hati yang sempurna. Kasyah (terbuka hijab) ada dua macam: hissi dan khayali. Kasyaf hissi adalah terbukanya pandangan karena penglihatan mata, sedang kasyaf khayali terbukanya tabir hati sehingga mampu mengetahui kondisi di luar alam inderawi; mahluk halus atau yang
lain-lain. Akan tetapi, siapa yang mempunyai kasyaf sehingga mampu melihat gerak-gerik orang lain di rumah mereka, maka itu berarti kasyaf syaitani. Ia harus bertaubat dari kasyaf sesat tersebut.
Kelima, menurunkan rahmat. Rasullulah bersabda, "Orang-orang yang duduk untuk berdzikir, maka malaikat mengitari mereka, Allah melimpahkan rahmat-Nya, dan Allah juga menyebut (membanggakan) mereka kepada para malaikat di sekitarnya".
Keenam, menghilangkan kesusahan hati. Sesungguhnya, kesusahan dan kesedihan adalah akibat lupa kepada Allah. Seseorang hendaknya tidak mencaci dan menyalahkan orang lain ketika bertubi-tubi mendapat celaka, tertimpa musibah dan kesusahan. Semua itu, sebenarnya, merupakan pembalasan atas perbuatannya yang memalingkan diri dari
Allah. Siapa yang menghendaki kebahagiaan dan ketenangan, hendaknya memperbanyak dzikir.
Ketujuh, melunakkan hati. Al-Hakim Abu Muhhamad at-Turmudzi berkata, "dzikir kepada Allah bisa membasahi hati dan melunakkannya. Sebaliknya, bila hati kosong dari dzikir, ia akan menjadi panas oleh dorongan nafsu dan api syahwat. Sehingga hatinya menjadi kering dan keras. Anggota badannya menjadi sulit (menolak) untuk diajak taat
kepada Allah". Selain itu, dzikir juga bisa meredakan berbagai macam penyakit hati,
seperti sombong, riya, ujub, hasud, dendam, suka menipu, dan lain-lain.
Kedelapan, memutuskan ajakan setan. Ada perbedaan antara kehendak nafsu dengan kehendak setan. Kehendak setan biasanya mengajak kepada kemaksiatan dan kedurhakaan, sedang kehendak kehendak nafsu biasanya mengajak untuk menurutkan sahwat.
Kesembilan, dzikir bisa menolak bencana. Dzunnun al-Misri berkata:
"Siapa yang berdzikir, Allah senantiasa menjaganya dari segala sesuatu".
Para ulama menyatakan, dzikir merupakan pedang bagi para pemula. Dengan dzikir ia memerangi musuh-musuhnya; jin dan manusia. Dengan dzikir pula, ia menolak segala macam bencana. Sesungguhnya, bencana, bila bertemu dengan orang-orang yang berdzikir, ia akan menyimpang. Dzikir yang telah kokoh dalam hati, membuat setan menjadi pingsan bila mendekat.
Demikian di antara faedah-faedah dzikir. Karena itu, hendaknya seseorang senantiasa membiasakan dzikir kepada Allah. Dengan dzikir, setan tidak akan bisa mengendalikan manusia.
Sumber : Sayyid Abdul Wahab asy-Sya'rani dalam bukunya"Al-Minah as-Saniyah".
Di Indonesia buku tersebut diterjemahkan oleh Ach. Khudori Soleh dengan judul "Menjadi Kekasih Tuhan" dan diterbitkan oleh Mitra Pusaka, Yogyakarta 55167
Saturday, November 26, 2011
Dzikir Qolbi Mengantar Kepada Allah

Dalam kitab Tanwirul Qulub, Syaikh Muhammad
Amin Al-Kurdi, pengarangnya, memberikan sejumlah
petunjuk tentang cara melakukan dzikr qalbi.
Perkembangan tasawuf meng-alami pasang surut hing-ga sekarang. Pada akhir abad ke-19, ketika tasawuf mengalami masa surut, di dunia sufi masih muncul seorang tokoh sufi yang cemerlang. Yaitu Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi An-Naqsyabandi dari Irbil, Irak. Pencantuman Al-Naqsyabandi pada namanya merupakan pertanda bahwa ia pengikut Tarekat Naqsyabandiyah, sekaligus keturunan pendiri langsung terekat Syalh An-Naqsyabandi Baha'uddin Muhammad bin Muhammad Al- Uwaisy Al-Bukhari.
Syaikh Muhammad Amin menyebut-nyebut bahwa jalur spiritualnya adalah seorang alim dari India, yaitu Ahmad Al-Faruqi As-Sirhindi, yang mendapat gelar Mujadiddul Fathani, dan putranya, yaitu Muhammad Ma'shum, hingga ke atas ke-pada Syaikh Naqsyabandi, Salman Al-Farisi (sahabat Nabi SAW), Abu Bakar, sampai kepada Nabi, Jibrii, dan terakhir Allah SWT.
Para pengikut dan orang zaman sekarang mengenal dirinya dari karyanya yang berjudul Tanwirul Qulub, yang di-sunting, dengan disertai biografi, oieh penggantinya, Syaikh Salama Al-Azzami dari Al-Azhar (edisi keenam, Kairo, 1348 H/1929 M).
Dalam buku itu, sang penulis biografi menuturkan berbagai kisah karamah dari sang guru. Seperti, saat sang guru, Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi, makan bersa-mamurid-muridnya, meski dengan sedikit roti, anehnya makanan itu memadai bagi mereka semua. Bahkan roti itu masih tersisa.
Dalam kisah lain diceritakan, seorang pesaing Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi, yang diangkat sebagai imam masjid tertentu, jatuh terkulai pada malam pengangkatan, dan tidak pernah sembuh. Sementara Syaikh dikenal sebagai orang yang mampu menyembuh penyakit-penyakit yang divonis dokter tidak bisa disembuhkan.
Pernah, kala Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi berada di Kairo, Mesir, para pengikutnya di Makkah melihat sosok (ruh)-nya. la sering meramalkan dengan tepat kejadian-kejadian yang akan datang. Selama hari-hari terakhir dalam hi-dupnya, ia tak pernah terlihat tanpa selubung hangat cahaya gemerlapan yang menyilaukan bagi yang memandangnya.
Tanwirul Qulub diawali dengan se-buah tinjauan tentang asas-asas theologi dan yurisprudensi Islam. Sebuah buku tasawuf klasik yang memang harus ada, untuk menangkis tuduhan pada uraian tasawuf yang menyimpang dari risalah syariat. Bagian ketiga, halaman 404-565, tentang tasawuf, agak global dan banyak mengutip para pendahulunya.
Salah satu bagian kitab Tanwirul Qulub yang dipandang unik oleh peneliti sufi dari Inggris, A.J. Arberry, dalam buku Pasang-Surut Aliran Tasawuf, adalah bahwa di dalamnya pengarang memberikan sejumlah petunjuk tentang cara melakukan dzikr qalbi (zikir hati).
Dzikir ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, dzikir dengan nama Allah; ke-dua, dengan LA ILAHA ILLALLAH puncaknya ILLALLAH. Keseluruhan ini merupakan bagian pertama pengakuan keimanan seorang muslim, syahadat: La ilaha Wallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).
Sebelas Persiapan
Dzikir Qolbi Ini terdiri dari sebelas praktek persiap¬an (adab). Yakni,
satu, berwudhu.
Dua shalat dua rakaat.
Tiga, menghadap kiblat (Makkah) di tempat sunyi.
Empat, duduk dengan kaki terlipat, seperti kala shalat.
Lima, meminta pengampunan bagi segala dosa sambil menggambarkan semua perbuatan keji seakan-akan semua itu ber-ada di hadapan kita, dan dilihat oleh Allah
Enam, membaca surah Al-Fatihah se-kali dan Al-lkhlash tiga kali, dan dihadiahkan kepada ruh Muhammad dan ruh-ruh semua guru Naqsyabandi.
Tujuh, memejamkan kedua mata Mulut tertutup rapat, lidah ditekan ke la-ngit-langit mulut, untuk menyempurna-kan sikap tawadhu', dan mengusir semua gangguan yang datang.
Delapan, melakukan "praktek kubur" yaitu berkhayal seolah-olah telah mati' telah dimandikan, terbungkus kain kafan, dan dibaringkan di dasar liang lahat, dan para pengantar telah beranjak, sedang ia sendirian menghadapi "pengadilan", yaitu prosesi "pertanyaan dan siksa kubur".
Sembilan, melakukan "praktek tuntunan" (tawasul). Bila hati si taubat (taib) menghadap hati gurunya, dengan mem-bayangkannya walau dia telah tiada, dan mengharapkan berkat sang guru, se-olah-olah hati ini luruh (fana) ke dalam dirinya.
Sepuluh, memusatkan segenap indra jasmani, membuang dorongan hati yang cenderung melawan, dan mengarahkan segenap persepsi kepada Allah. "Ya Allah, Engkaulah Tamuku, dan keridhaan-Mu-lah yang kudambakan." Lalu mencamkan nama Allah dalam hati, dengan memba-yangkan bahwa Allah hadir dan meng-awasi kita (gejala pertama batiniah).
Sebelas, memejamkan mata, me-nunggu "kunjungan" (warid, yakni gejala kedua batiniah) dzikir, yang berlangsung sejenak sebelum membuka mata.
Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi menyertakan sebuah gambaran ringkas tentang simbol-simbol di dalam tubuh.
Qalb bentuknya mirip pohon cemara. Berada di bawah kaki (yaitu, kendali agama") Adam, berwarna kuning.
Ruh (ruh, jiwa), berada di bawah kaki Nuh dan Ibrahim, wamanya merah.
Sirr (kata hati, nurani), berada di bawah telapak kaki Musa, dan berwarna putih.
Khafi (lubuk tersembunyi), berada di oawah telapak kaki Isa, dan berwarna hitam.
Akhfah (lubuk paling dalam), berada ? Tengah-tengah dada, di bawah telapak kaki Muhammad, dan berwarna hijau.
Setelah menerangkan hal ini, Syaikh Muhammad Amin memberi petunjuk pentang cara menafakuri dzikr LAA ILAAHA ILLALLAH
Teserap Tarikan Hakikat Ilahi
Usahakan agar lidah menekan kuat-kuat langit-langit mulut. Setelah menatik nafas yang dalam tahanlah, mulailah dengan kata LA, seakan akan kita memasuki dari bawah pusar. Biarkan ia merasuk kesepanjang organ-organ yang telah disebutkan diatas, dan terakhir angkatlah ia menuju “jiwa rasional” 9an-nafsul an natiqah) yang ebrada dibelahan pertama otak .
Ikutilah hal ini dengan membentuk huruf Hamzah dari Ilaha (dalam khayalan) dari otak, lalu biarkanlah turun hingga berakhir pada tulang belikat kanan, allu tarik ke bawah menuju ruh. Lantas bayangkanlah bahwa kita seolah-olah sedang emngambil huruf hamzah dari kata ILLALLAH dari tulang belikat.
Biarkanlah ia meliuncur kebawah sepanjang tepi dari tengah dada dan berakhir di latifah qolb. Yang terbayang di Qolb adalah Denyutan kalimat keagungan, dengan segenap tekanan nafas pada ulu hati hingga panas terasa disekujur tubuh. Panas ini akan membakar butiran-butiran yang baik akan tersinari oleh cahaya keagungan.
Proses ini harus diulang-ulang sebanyak dua puluh satu kali secara sadar dengan emmperhatikan dan merenungkan kalimat yang ditafakuri.
Dipenghujung penyerahannya akan mengalami rahasia dari zikir qolbi. Disini dia akan kehilangan kesadarannya sebagai seorang manusia dan sebagai ciptaan dan akan terserap oleh tarikan hakikat ilahi.
Demikian sekilas Dzikkir qolb yang dituliskan oleh syeikh Muhammad Amin Kurdi didalam kitab Tanwirul Qulub.
Sumber: Al Kisah
Thursday, November 10, 2011
Sufi Road : Doa Keselamatan Nabi Khidir AS

Doa Al Faraj li Sayyidina Al Khidir Alaihissalam
Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam, Allahumma kamaa lathafta fii ‘adhamatika duunalluthafaa, wa ‘alawta bi‘adhamatika alal ‘udhamaa, wa ‘alimta maa tahta ardhika ka’ilmika bimaa fauqa ‘arsyika, wa kaanat wasaawisasshuduuri kal’alaniyyati ‘indaka, wa ‘alaa niyyatilqauli kassirri fii ilmika, wanqaada kullu syay’in li ‘adhamatika, wa khadha’a kullu dzi sulthaanin li sulthaanika, wa shaara amruddunya wal akhirati kulluhu biyadika.Ij’al lii min kulli hammin ashbahtu aw amsaiytu fiihi farajan wa makhrajaa,Allahumma inna ‘afawaka ‘an dzunuubiy, wa tajaawazaka ‘an khathii’athiy, wa sitraka alaa qabiihi a’maaliy, athmi’niy ‘an as’aluka maa laa astawjibuhu minka mimma qashhartu fiihi, ad’uuka aaminan, wa as;aluka musta;anisaa. Wa innakalmuhsinu ilayya, wa analmusii’i ilaa nafsiy fiima bayniy wa bainaka, atawaddaduu ilayya bini’matika, wa atabagghadhu ilaika bilma’ashiy, alakinnattsiqata bika hamalatniy alal Jaraa’ati ‘alaika, fa’ud bifadhlika wa ihsaanika alayya. innaka antattawaburrahiim ,wa shalallahu alaa Sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallim.
Artinya
Wahai Allah, Sebagaimana Engkau telah berlemah lembut dalam Keagungan Mu melebih
segenap kelembutan, dan Engkau Maha Luhur dan Keagungan Mu melebihi semua Keagungan,
Dan Engkau Maha Mengetahui terhadapa apa apa yg terjadi di Bumi sebagaimana Engkau
Maha Mengetahui apa apa yg terjadi Arsy Mu, dan semua yg telah terpendam merisaukan hati adalah jelas terlihat dihadapan Mu, dan segala yg terang terangan diucapkan adalah Rahasia Yang terpendam dalam Pengetahuan Mu, dan patuhlah segala sesuatu pada Keagungan Mu, dan tunduk segala penguasa dibawah Kekuasaan Mu, maka jadilah segenap permasalahan dunia dan akhirat dalam Genggaman Mu, Maka jadikanlah segala permasalahanku dan kesulitanku segera terselesaikan dan termudahkan pada pagiku atau soreku ini, Wahai Allah kumohon maaf Mu atas dosa dosaku, dan kumohon pengampunan Mu atas kesalahan kesalahanku, dan kumohon tabir penutup Mu dari keburukan amal amalku, berilah aku dan puaskan aku dari permohonanku yg sebenarnya tidak pantas diberikan pada Ku karena kehinaanku, kumohon pada Mu keamanan, dan kumohon pada Mu Kedamaian bersama Mu, Sungguh selalu berbuat baik padaku, sedangkan aku selalu berbuat buruk terhadap diriku atas hubunganku dengan Mu, Kau Ulurkan Cinta kasih sayang lembut Mu padaku dengan kenikmatan kenikmatan Mu, sedangkan aku selalu memancing kemurkaan Mu dg perbuatan dosa, namun kuatnya kepercayaanku pada Mu membawaku untuk memberanikan diri lancang memohon pada Mu, maka kembalikanlah dengan Anugerah Mud an Kebaikan Mu padaku, Sungguh Engkau Maha Menerima hamba hamba yg menyesal dan Engkau Maha Berkasih sayang, Dan shalawat serta salam atas Sayyidina Muhammad serta keluarga dan limpahan salam, dan segala puji bagi Allah Pemilik Alam semesta.
Kenalilah Aqidahmu : Haib Munzir Al Musawa
Saturday, August 6, 2011
Sufi Road : NUR DI ATAS NUR

Dalam praktik-praktik keruhanian Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”
Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.
Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8).
Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.
hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:
Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.
Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).
ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.
Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.
Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.
Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)
==> Rumah Cahaya
Thursday, June 2, 2011
Sufi Road : Doa Rajab
diwasiatkan oleh Maulana Syaikh Muhammad Nazhim. Al Haqqani
Doa tersebut adalah:
Bismillah ir-Rahman ir-Rahiim
Allaahumma innii astaghfiruka min kulli maa tubtu lahu ilayka tsumma 'udtu
fiih. wa astaghfiruka min kulli maa 'aradtu bihi wajhika wa-khaalatanii fiihi
maa laysa fiihi ridaak. wa astaghfiruk li-ni`am allatii taqawwaytu biha `ala
ma`asiiyatik. wa astaghfiruka min aadz-dzunub allatii laa ya`lamahu ghayruka wa
laa yattali`u `alayha ahadun siwaak wa laa yasa`uha illa rahmatika wa la tunjii
minha illa maghfiratuka wa hilmuka. laa ilaha illa-Anta, subhaanaka innii kuntu min adz-dzaalimiin.
Allaahumma innii astaghfiruka min kulli dzulmin dzalamtu bihi `ibadaka. Fa
ayyaama `abdin min `ibaadik aw `amatin min 'imaa'ika dzalamtu fii badanihi aw
`irdihi aw maalih fa `atihi min khazaa'inik allatii laa tanqus. Wa as'aluka an
tukrimanii bi-rahmatika allatii wasi`at kulla syay wa laa t`uhiinanii min `adaabik wa ta`tiiayanii maa as'aluka fa-innii haqiiqun bi-rahmatik ya arham ar-Raahimiin. wa shalla-Allahu
`alaa Sayyidinaa Muhammadin wa `alaa aalihi wa sahbihi ajma`iin. wa laa hawla
wa laa quwatta illa billah il-`Alii ul-'Aazhiim
Artinya
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Ya Allah , Aku memohon ampun kepada-Mu atas segala kesalahan yang telah
kulakukan. Dan aku memohon ampun kepada-Mu atas segala hal dariku yang tidak
Kau sukai dan segala hal yang berhubungan denganku yang tidak Kau ridhai. Dan
aku memohon ampun kepada-Mu atas nikmat yang telah kugunakan untuk menambah
ketidakpatuhanku terhadap-Mu. Dan aku memohon ampun atas segala dosa yang tiada
seorang pun tahu kecuali Engkau dan tiada seorang pun yang melihat kecuali
Engkau dan tiada yang mencakupi kecuali rahmat-Mu dan tiada yang mengantarkan
kecuali ampunan-Mu dan rahmat-Mu. Tidak ada Tuhan melainkan Engkau. Maha
Suci Engkau, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim!
Ya Allah , aku memohon ampun kepada-Mu atas ketidakadilan yang kulakukan
terhadap hamba-hamba-Mu baik laki-laki maupun perempuan yang telah kusakiti
baik fisiknya maupun martabatnya atau dalam kepunyaan mereka yang telah Kau
berikan dengan karunia-Mu yang tak kurang sedikit pun. Aku memohon kepada-Mu,
anugerahkanlah aku dengan rahmat-Mu yang mencakup segalanya. Janganlah Engkau
rendahkan aku dengan hukuman-Mu tetapi berilah apa yang kuminta kepada-Mu,
sebab aku sangat memerlukan rahmat-Mu, Ya Allah Engkau Maha Penyayang di antara
semua penyayang. Semoga Allah melimpahkan berkah kepada Nabi Muhammad dan
seluruh pengikutnya. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha
tinggi dan Maha Agung. Berkah dan kedamaian semoga dilimpahkan kepada Sayyidina
Muhammad, keluarga dan seluruh pengikutnya.
Thursday, May 26, 2011
Sufi Road : Doa Jaya Sampurna
semoga bisa mendapatkan berkah dalam mengamalkannya.. amien
Saturday, May 21, 2011
Sufi Road : Sholawat Untuk Bermimpi Rasulullah SAW
Sufi Road : Do'a Sayyidina Faqih Muqoddam
Biografi
Imam Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin ‘Ali Ba’Alawiy
[Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad - Ali - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali' Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-'Uraidhi - Ja'far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro - Muhammad SAW]
Beliau adalah Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Al-Faqih Al-Muqaddam (seorang faqih yang diunggulkan).
Beliau adalah al-’arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam dan guru, suri tauladan bagi al-’arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin, seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa, seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya terukir dengan indah.
Beliau adalah seorang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, sehingga beliau mampu menyingkap rahasia ayat-ayat-Nya. Ditambah lagi Allah memberikannya kemampuan untuk menguasai berbagai macam ilmu, baik yang dhohir ataupun yang bathin.
Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung, pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin Fadhl dan Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid (pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih). Gurunya itu, yakni Al-Imam Abdullah bin Abdurrahman, tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya, diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba’isa, Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani, As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib, Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman beliau) dan masih banyak lagi.
Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, beliau mengambil dari dua jalur sekaligus. Jalur pertama adalah beliau mengambil dari orangtua dan pamannya, orangtua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, beliau mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka ahli sufi, yaitu Sayyidina Asy-Syeikh Abu Madyan Syu’aib, melalui dua orang murid Asy-Syeikh Abu Madyan, yaitu Abdurrahman Al-Maq’ad Al-Maghrobi dan Abdullah Ash-Sholeh Al-Maghrobi. Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Di masa-masa awal pertumbuhannya, beliau menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan mencari segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta mengikuti jejak-jejak para Sahabat Nabi dan para Salafus Sholeh. Beliau ber-mujahadah dengan keras dalam mendidik akhlaknya dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan syariah.
Beliau juga giat dalam menuntut ilmu, sehingga mengungguli ulama-ulama di jamannya dalam penguasaan berbagai macam ilmu. Para ulama di jamannya pun mengakui akan ketinggian dan penguasaannya dalam berbagai macam ilmu. Mereka juga mengakui kesempurnaan yang ada pada diri beliau untuk menyandang sebagai imam di jamannya.
Mujahadah beliau di masa-masa awal pertumbuhannya bagaikan mujahadahnya orang-orang yang sudah mencapai maqam al-’arif billah. Allah-lah yang mengaruniai kekuatan dan keyakinan di dalam diri beliau. Allah-lah juga yang mengaruniai beliau berbagai macam keistimewaan dan kekhususan yang tidak didapatkan oleh para qutub yang lainnya. Hati beliau tidak pernah kosong sedetikpun untuk selalu berhubungan dengan Allah. Sehingga tampak pada diri beliau asrar, waridad, mawahib dan mukasyafah.
Beliau adalah seorang yang tawadhu dan menyukai ketertutupan di setiap keadaannya. Beliau pernah berkirim surat kepada seorang pemuka para ahli sufi yang bernama Asy-Syeikh Sa’ad bin Ali Adz-Dzofari. Setelah Asy-Syeikh Sa’ad membaca surat itu dan merasakan kedalaman isi suratnya, ia terkagum-kagum dan merasakan asrar dan anwar yang ada di dalamnya. Kemudian ia membalas surat tersebut, dan di akhir suratnya ia berkata, “Engkau, wahai Faqih, orang yang diberikan karunia oleh Allah yang tidak dipunyai oleh siapapun. Engkau adalah orang yang paling mengerti dengan syariah dan haqiqah, baik yang dhohir maupun yang bathin.”
Berkata Al-Imam Asy-Syeikh Abdurrahman As-Saggaf tentang diri Al-Faqih Al-Muqaddam, “Aku tidak pernah melihat atau mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalamnya Al-Faqih Muhammad bin Ali, kecuali kalamnya para Nabi alaihimus salam. Kami tidak dapat mengunggulkan seorang wali pun terhadapnya (Al-Faqih Al-Muqaddam), kecuali dari golongan Sahabat Nabi, atau orang yang diberikan kelebihan melalui Hadits seperti Uwais (Al-Qarni) atau selainnya.”
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, pernah berkata, “Aku terhadap masyakaratku seperti awan.” Suatu hari dikisahkan bahwa beliau pernah tertinggal pada saat ziarah ke kubur Nabiyallah Hud alaihis salam. Beliau berkisah, “Pada suatu saat aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi. Tiba-tiba datanglah Nabiyallah Hud ke tempatku sambil membungkukkan badannya agar tak terkena atap. Lalu ia berkata kepadaku, ‘Wahai Syeikh, jika engkau tidak berziarah kepadaku, maka aku akan berziarah kepadamu.’”
Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran. Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya, “Siapakah orang itu?.” Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, “Dia adalah Nabi Khidir alaihis salam.”
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan para ulama besar di jamannya. Beberapa ulama besar berhasil dalam didikan beliau. Yang paling terutama adalah dua orang muridnya, yaitu Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad ‘Ibad dan Asy-Syeikh Sa’id bin Umar Balhaf. Selain keduanya, banyak juga ulama-ulama besar yang berhasil digembleng oleh beliau, diantaranya Asy-Syekh Al-Kabir Abdullah Baqushair, Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad ‘Ibad, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Asy-Syeikh Ahmad, Asy-Syeikh Sa’ad bin Abdullah Akdar dan saudara-saudara sepupunya, dan masih banyak lagi.
Beliau wafat pada tahun 653 H, akhir dari bulan Dzulhijjah. Jazad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal, di kota Tarim. Banyak masyarakat yang berduyun-duyun menghadiri prosesi pemakaman beliau. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy
Sunday, April 10, 2011
Sufi Road : Hadrah Basaudan

Seluruh ulama Tarim, Hadhramaut sangat mengetahui Hadrah ini memiliki manfaat yang sangat banyak sebagai wasilah memohon daripada Allah akan segala rahmat, pemeliharaan, keselamatan dan kejayaan di dunia dan akhirat. Di Tarim, setiap hari Selasa selalu digelar majlis-majlis pembacaan Hadrah Basaudan di banyak tempat, antaranya di Rubath Tarim, di kediaman al-Mufti al-Habib ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur, di kubah al-Habib Abu Bakar Basymeleh Zanbal, di madrasah Habib Abdullah bin Syeikh al -Aydrus, dan di masjid- masjid yang lain, bahkan juga di rumah-rumah penduduk. Majlis yang diadakan setiap Selasa di rumah Habib ‘Abdur Rahman al-Masyhur dikepalai oleh al-Habib Ali Masyhur bin Muhammad BinHafiz, kekanda Habib ‘Umar BinHafiz. Kini, majlis-majlis Hadrah BaSaudan mula berkembang ke seluruh dunia Islam. Semoga keberkatannya dapat kita rasai, istimewa pada zaman yang penuh dengan pancaroba dan petaka ini.Imam Hujjatul Islam Syaikh ‘Abdullah bin Ahmad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdur Rahman BaSaudan rahimahumUllah jami`an dilahirkan di desa Khuraibeh, wadi Dau`an, Hadhramaut pada tahun 1178H. Nasab beliau bersambung kepada Sayyidina al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi RA, sahabat Junjungan Nabi SAW.
Syaikh Abdullah BaSaudan sejak kecil lagi telah diasuh dengan didikan agama. Sejak usia tersebut lagi beliau telah menghafal al-Quran dan berbagai matan ilmu. Beliau mempunyai ramai guru, di antaranya ialah Syaikh ‘Abdullah bin Ahmad bin Faris BaQais dan Habib ‘Umar bin Abdur Rahman al-Baar, murid Imam al-Haddad RA, yang menjadi syaikh futuhnya, Habib Ahmad bin ‘Ali Bahar al-Qadimi, Habib Hamid bin ‘Umar Hamid, Habib Ahmad bin Hasan al-Haddad, Habib Husain bin ‘Abdullah bin Sahal, Habib ‘Umar bin Saqqaf as-Saqqaf, Habib Syaikh bin Muhammad bin Hasan al-Jufri, Habib Hasan bin Shaleh al-Bahar al-Jufri, Habib Thahir bin Husain bin Thahir dan Habib ‘Umar bin Zain BinSumaith rahimahumUllahu. Selain Hadhramaut, Syaikh ‘Abdullah BaSaudan turut menimba ilmu daripada ulama al-Haramain, antarnya dengan Habib ‘Ali bin Muhammad al-Baity, Habib Muhsin bin Alwi Muqaibal, Habib Ahmad bin ‘Alwi BaHasan Jamalulail dan Syaikh Muhammad bin Shaleh ar-Rais rahimahUllahu ta`ala jami`an. Syaikh ‘Abdullah BaSaudan juga pernah berkelana ke Mesir dan bermukim di sana untuk belajar dengan para ulamanya.
Ketekunan beliau dalam menuntut ilmu akhirnya menjadikan beliau seorang yang sangat alim (`allaamah) yang menjadi rujukan dan mufti. Bahkan, para ulama Hadhramaut memberikan gelar “Hujjatul Islam” kepada beliau lantaran ketinggian ilmu dan keelokan amal serta pekerti beliau.
Syaikh ‘Abdullah BaSaudan juga mempunyai banyak karya yang bernilai, antaranya:-
Mandzhumah al-Mishbaah fi Ahkaamin Nikah;
Tahshiilul Maqshuud;
‘Uddatul Musaafir wa ‘Umdatul Haaj waz Zaa-ir;
al-Ifshaah bi Ahkaamin Nikaah;
Zaituunatul Liqaah;
al-Futuuhaatul ‘Arsyiyyah;
Mathaaliul Anwaar;
Hadaa-iqul Arwah;
Kasyful Qinaa’;
Dzakhiiratul Ma`aad bi Syarhi Ratibil Haddad;
al-Anwaarul Laami`ah bi Syarhil Risaalatil Jaami`ah;
Simthul ‘Iqyaan;
Syaikh ‘Abdullah BaSaudan rahimahUllah kembali ke rahmatUllah pada tanggal 7 Jumadil Awwal 1266H dan dimakamkan di Kota Khuraibeh. Mudah-mudahan Allah mencucuri rahmat dan kasih-sayangNya kepada beliau … al-Fatihah.
Sumber : Pondok Habib
Saturday, March 12, 2011
Sufiroad ; Risalah Metode Berjumpa Dengan Rasulullah
oleh Pangeran Sukemilung
rico_endo@yahoo.com
Berawal dari ijazah Syeikhina Al-Mukarom Pangeran Muhammad KH.Ali Umar Toyyib mengenai sholawat untuk bermimpi / berjumpa dengan Rasulullah SAW, saya mulai mencari dan menyelidiki sekiranya ada metode khusus untuk dapat mewujutkan niat itu. Alhamdulillahnya…saat dipondok dulu ada satu kitab yang berjudul MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL SAW ( MAGHNATIS : RISALAH METODE BERJUMPA RASULULLAH SAW ) buah karya dari Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar. Pengantar kitab ini adalah Habib Abdurrahman bin Syech Al-Atthas, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Masyhad, Sukabumi. Tempat dimana saya belajar dan menimba ilmu agama. Kitab yang sangat bagus karena diberi sambutan / referensi oleh beberapa Ulama besar. Diantaranya :
* Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Asseqaf
* Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad
* Al-Habib Abu Bakar bin Ali Al-Masyhur
* Al-Habib Hasyim Al-Idrus
* Al-Habib Abdul Qadir Jilani bin Salim Al-Khird
* As-Sayyid Abdurrahman bin Ahmad Al-Kaff
* As-Sayyid Ali bin Abdullah bin Husein Asseqqaf
* As-Sayyid Muhammad bin said bin Al-Baidh
* As-Syekh Husein Shaleh Al-Masibily
* As-Syekh Abdur Rahiim Syekh Ali Musa
* As-Syekh Abdullah Sirajuddin
* As-Syekh Musa Abduh Yusuf
* As-Syekh Shaleh Al-Syekh Al-Abbassy
* As-Syekh Ahmad Al-Badawi bin Usman Al-Barawy
Beliau-beliau diatas menyatakan bahwa Kitab ini MAGHNATHISUL QABUL FIL WUSHUL ILAA RU’YATI SAYYIDINAR RASUL, adalah satu kitab yang terjamin ke shahihannya dan berdasarkan dalil yang kuat juga dari Ijazah yang bersambung secara berantai sanadnya. Merupakan pedoman bagi para Muhibbin yang bercita-cita untuk dapat bertemu dengan Junjungan Yang Mulia Sayyidina wa Habibina wa Maulana Rasulullah Muhammad bin Abdillah SAW.Perangkum kitab ini merangkumnya kedalam tiga bahasan pokok dalam merajut kecintaan dan menjalin keterpautan hati kepada Nabi SAW secara sistematis dan proporsional berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan wacana para salaf dan khalaf melalui pengamalan sholawat. Perjumpaan yang dimaksud adalah dengan melalui mimpi dan diharapkan berlanjut ke alam nyata.
Mimpi merupakan yang pertama nampak dari wahyu kenabian kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang diterangkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya pada bahasan Ta’bir dan oleh Muslim pada bahasan Al-Imam ( hadist no : 252 ).Kata RU’YAH digunakan untuk mimpi yang disukai, sedangkan kata HULUM untuk mimpi yang tidak disukai. Terkadang kata Ru’yah digunakan untuk keduanya. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim pada bahasan itu- dari Abu Qatadah bahwa Nabi SAW bersabda : “ Ru’yah yang benar berasal dari Allah dan Hulum yang buruk berasal dari Syetan.”
Sayyid Allamah Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ra pernah ditanya tentang Ru’yah dan beliau mengatakan,” Mimpi adalah bagian dari kenabian dan memiliki alam tersendiri, malah mimpi merupakan dinding pemisah antara kasyf yang bersifat bathin dengan kesadaran ( yagdhah ) yang bersifat zhohir.” Kewalian biasanya diawali dengan mimpi sebagaimana yang di awali oleh Rasulullah SAW pada awal kenabian. Namun tidak setiap mimpi yang diawali oleh seseorang bersifat demikian . Orang yang suka mencampur adukkan yang haq dengan yang batil kecil kemungkinannya untuk mendapatkan mimpi yang benar ( Shidig ). Syarat bermimpi yang benar adalah bersikap jujur dan menjauhkan diri dari khayalan-khayalan buruk.
Allah memuliakan para pecinta Nabinya dengan kemampuan melihat Rasulullah SAW ketika tidur sebagai perwujudan dari mengutamakan dan memuliakan beliau SAW adalah pangkat yang paling agung yang didambakan dan diharapkan oleh setiap insan yang mencintai beliau.Sesuai dengan sabda Nabi SAW,” Tidak beriman ( dengan sempurna ) satu diantara kamu, sehingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan setiap manusia.” Setelah Allah menganugerahi para pecinta dengan kemampuan melihat Nabi-NYA SAW dikala tidur, kedudukan mereka menjadi tinggi dengan memperbanyak bacaan sholawat dan salam sambil mengikuti jejak beliau yang sempurna, sehingga Allah Yang Maha Mulia memberi mereka keutamaan. Mereka mampu melihat beliau dan berkumpul bersama beliau dalam keadaan terjaga. Itulah yang termasuk pangkat yang tinggi dan derajat yang agung.
Sebagaimana sabda beliau SAW,” Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur maka dia benar-benar melihat aku, karena sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai aku.” ( Sungguh benar Nabi SAW yang benar dan dibenarkan ). Setelah itu beliau memberi kabar gembira kepada kita : “ Barangsiapa melihat aku diwaktu tidur, maka dia akan melihat aku di waktu terjaga atau ( dia seakan-akan melihat aku di waktu terjaga ) setan tidak dapat menyerupai aku.” (HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Diantara syarat-syarat Mahabbah kepada Rasul SAW adalah :
* Taqwa dan Istiqomah yang sempurna. Karena merupakan azaz yang kokoh dalam semua amal ibadah disamping niat yang benar dengan ikhlas).
Didalam mengikuti jejak rasul SAW ada 3 faedah yang besar dan agung :
* Dicintai Oleh Allah SWT.
* Taat kepada Rasulullah SAW.
* Diampuni dosa-dosanya.
Tersebut didalam kitab Mafatihul Mafatih : Barangsiapa bisa bermimpi melihat Rasulullah SAW dikala tidur, maka dia akan mendapatkan Husnul Khotimah dan syafaat beliau, mendapatkan surga dan Allah mengampuninya serta kedua orang tuanya- jika keduanya muslim. Dia termasuk yang mengkhatamkan Qur’an sebanyak 12 kali, sakaratul maut terasa ringan baginya, siksa kubur dihilangkan dari padanya, diselamatkan dari kesulitan da hari kiamat dan tercapai hajatnya didunia dan akhirat dengan kasih sayang dan karunia-NYA.
Ketahuilah bahwasanya mimpi melihat beliau SAW adalah Haq. Mimpi adalah suatu keterbukaan yang tidak bisa terjadi kecuali dengan hilangnya penutup / Hijab dari hati.Oleh karena itu tidak bisa dipercaya kecuali mimpi seseorang laki-laki shaleh dan benar ucapannya. Adapun orang yang banyak kebohongannya, tidaklah benar mimpinya. Orang yang banyak kerusakan dan perbuatan maksiatnya akan gelap hatinya, sehingga apa yang dilihatnya adalah bunga-bunga tidur.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang yang diberi Taufiq oleh Allah SWT dan dimuliakan dengan melihat Nabi SAW, terkadang dia melihat beliau dalam bentuk-bentuk yang banyak. Hal ini kembali kepada perilaku orang yang melihat beliau, karena perobahan tingkah lakunya, istiqomahnya, dan khaufnya kepada Allah, disertai cara-cara menunaikan ibadah-ibadah fardhu dengan benar. Apabila amalan orang yang melihat Rasul SAW baik, maka baik pula baginya bentuk dan rupa beliau. Terkadang beliau nampak dengan sifat-sifat yang dimilikinya, kendatipun demikian beliau diatas segala sifat-sifat itu dari kebagusan, kesempurnaan, kedermawanan, cahaya dan rahasia beliau yang merupakan sifat-sifat Mulia yang tidak diketahui kecuali Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.
Orang yang berkeinginan untuk melihat Rasulullah SAW wajib menambah :
1.Sikap merendahkan diri kepada Allah SWT.
2. Beradab bersama Rasulullah SAW.
3. Memandang sesuatu sesuai yang disenangi dan di Ridhai Oleh Allah dan Rasul-NYA.
4. Menjauhi semua tempat yang tidak di Ridhai oleh Allah dan Rasul-NYA.
Dan berikut ini adalah contoh beberapa faedah untuk tujuan yang dimaksud, maka bangun dan berjuanglah…ambillah dia untukmu dan semoga kita dapat menyaksikan Ke Maha Murahan dan Ke Maha Agungan Allah yang Maha Penolong dan pemberi Taufiq.
Faedah beberapa surah di dalam Al-Qur’an untuk tujuan berjumpa (Mimpi) kepada Rasulullah SAW.
1.Surah Al-Kautsar
Barangsiapa membacanya dimalam hari 1.000 kali, maka dia akan bermimpi melihat Nabi SAW. ( Mujarab Shahih )
2. Surah Al-Muzammil
Barangsiapa ingin melihat Nabi SAW maka bacalah surah itu sebanyak 41 kali. Maka dia pasti akan melihat beliau SAW. ( Mujarab shohih )
3. Surah Al-Qodr
Dibaca pada malam jum’at 1.000 kali maka dia tidak akan mati sebelum melihat Nabi SAW. ( Mujarab )
4. Surah Al- Qurays
Dibaca malam jum’at 1.000 kali, kemudian tidur dalam keadaan suci maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya dan tercapai maksud serta tujuannya. ( Mujarab )
5. Surah Al-Ikhlas
Riwayat Ibnu Abbas : Dibaca malam hari 1.000 kali , maka dia akan melihat Nabi SAW didalam tidurnya. ( Mujarab )
Dibagian lain Ibnu Abbas menerangkan : “ Barangsiapa yang melaksanakan sholat dua rakaat pada malam jum’at , pada setiap rakaatnya setelah fatehah membaca Surah Al-Ikhlas 25 kali setelah itu ba’da sholat membaca sholawat dengan sighat ini :
Sholallahu ‘alaa sayyidina Muhammadin Nabiyyil ummi. 1.000 kali.
Maka tidak akan sempurna jum’at yang akan datang kecuali dia melihat Nabi SAW diwaktu tidurnya. Jika dia dapat melihat Nabi SAW maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. ( Mujarab Shohih )
Faedah beberapa sholawat pendek An-Nabi SAW.
1.Sholawat Nur
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allahumma inni as-aluka bi nuuril anwaaril ladzii huwa ‘ainuka laa ghoiruka an turiyanii wajha nabiyyika sayyidina Muhammadin sholallahu ‘alaihi wa aalihi wassallama kamaa Huwa ‘indaka.
Sighat sholawat tersebut dibaca 100 kali. ( Ini Mujarab )
2. Sholawat Ummi
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummi.1.000 kali.
Caranya : Sholat sunah dua rakaat pada malam jum’at. Dalam setiap rakaatnya membaca ba’da al-fatehah : Ayat Qursy.1x dan Surah Al-Ikhlas 15 kali. Setelah salam membaca sholawat tersebut diatas 1.000 kali.( Mujarab )
3. Sholawat Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra.
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin ‘abdika wa nabiyyika wa rasuulikan nabiyyil ummi wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallim.500x
Berkata Syekh Abbu Abbas Al-Mursy Ra : “ Barang siapa membaca secara rutin sighat sholawat tersebut dalam sehari semalam sebanyak 500 x , maka dia tidak akan mati sebelum berkumpul bersama Nabi SAW dialam nyata ( terjaga ).”Syekh Yusuf An-Nabhani menambahkan dan menerangkan : Apabila sholawat tersebut berfaedah untuk melihat Nabi SAW dialam nyata , tentunya sholawat tersebut lebih berfaedah lagi untuk melihat beliau didalam tidur.” ( Ini Mujarab )
4. Sholawat Sayyid Jamaludin Abu Mawahib Asy-Syadzily Ra.
Beliau adalah termasuk orang-orang pilihan yang agung. Beliau berkata,” Saya pernah melihat Rasulullah SAW didalam tidur , lalu beliau SAW berkata kepadaku “ Bacalah olehmu ketika hendak tidur…
Bismillahir rahmanir rahiim. 5x
A’udzubillahi minasy-syaithonnir rajiim.5x
Allahumma bihaqqi Muhammadin arinii wajha Muhammadin haalaan wa maalaan.5x
Apabila engkau membacanya ketika hendak tidur , maka aku akan mendatangimu dan aku tidak akan meninggalkanmu sama sekali. “ Lalu beliau menuturkan “ alangkah indahnya bentuk bacaan ini dan juga artinya bagi orang yang mempercayainya, terlebih lagi jika engkau menambahinya dengan bacaan sholawat dan salam kepada Nabi SAW.” (Ini Mujarab Shohih).
5. Sholawat Rahmat
Penulis kitab ini Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh ijazah dari Guru beliau Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith- dan beliau berkata : “ Sesungguhnya Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy Ra berkata : “ Barang siapa banyak membaca sighat sholawat yang berkah ini maka dia akan melihat An-Nabi SAW.”
Inilah sighat sholawat yang dimaksud :
Bismillahir rahmanir rahiim…
Allahumma sholli wa sallim’ala Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa ali sayyidina Muhammad miftaahi baabi rohmaatillah, ‘adada maafii ‘ilmillah, sholaatan wa salaaman daa-imaini bi dawamii mulkillah.”
Dan beliau- Sayyid Hasan Muhammad syiddad ba Umar mengatakan telah memperoleh sighat sholawat yang sama dari Al-Habib Hasan bin Abdullah Asy-Syatthiri diawal perjumpaan beliau di Raudhah yang mulia di Masjid Madinah Al-Munawarrah.
Saya kira cukup sedemikian itulah beberapa contoh dari beberapa faedah yang berguna untuk dapat bertemu dengan An-Nabi SAW. Untuk selanjutnya kami persilahkan kepada ikwanul muslimin, baik yang berada di kampus KWA tercinta ini atau dimanapun berada untuk mencari dan mengamalkannya faedah-faedah lain untuk tujuan yang sama. Hal ini sebagai bukti Mahabbah kita kepada beliau SAW. Bahwasanya seseorang pecinta akan sangat berharap berkumpul dengan orang yang dicintainya.
Akhirul kalam…artikel ini hanya sebagai motivator untuk para ikhwan agar semakin menyuburkan Mahabbahnya kepada Junjungan kita Rasulullah Sayyidina Muhammad SAW. Banyak sekali metode yang bisa dipergunakan baik melalui pembacaan surah-surah ataupun dengan sholawat. Semoga dengan ini kita akan mengikuti beliau SAW dengan lebih baik. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.
Wabillahit-taufiq wal hidayah wassalamu’alaikum wr wb….
www.wongalus.wordpress.com