Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Bunga itu mekar dan gugur. Bintang berpendar dan nantinya hancur. Bumi, mentari, bimasakti, bahkan semesta ini akan tiba hari kala mereka mati. Hidup seorang manusia jika dibandingkan pada itu semua, tak lebih dari satu kedipan mata (QS ar-Rahman, 55: 26).
Dalam serba fana ini, manusia lahir, tertawa, menitikkan air mata, berjuang, terluka, merasa bahagia, menyesak duka, membenci dan mencinta. Kesemuanya itu sungguh singkat.
Dan akhirnya, dia jatuh pada tidur panjang dan dalam yang disebut dengan kematian. Dan kematian bukanlah suatu kesimpulan. Ia hanya sebuah perpindahan. Pintu memasuki hidup di atas hidup.
Hidup yang sesaat namun teramat beresiko ini, pasti akan ada akhirnya. Dan kita nanti akan hidup selama-lamanya; tidak satu abad, tidak pula dua abad; akan tetapi berabad-abad lamanya dan tidak akan ada ujungnya. Kapan? Nanti saat kita semua memulainya melalui pintu kematian.
Kematian adalah akhir kehidupan dunia, namun awal bagi kehidupan akhirat. Bagaimana keadaan kita di akhirat, adalah bagaimana keadaan kita saat di dunia.
Jika sejarah dunia tertulis dengan tinta kebaikan, maka kebaikan itu akan terekam dalam lembar yang sangat indah. Namun jika lembaran dunia banyak memoles keburukan amal, maka akan sangat legam dan hitamlah kehidupan akhiratnya. Na’udzubiLlah.
Sahabatku tercinta, masih membekas duka mendalam di hati imaniyah kita; guru kita yang shaleh, ad-Da’i ila Allah wa Rasuulih, al-Mujahid fi sabilih, telah berpulang ke Haribaan-Nya; al-Habib Munzhir bin Fuad al-Musawa (40).
Peristiwa wafatnya beliau yang terlalu pagi ini dan tentu dengan semua hamba Allah yang mendiami planet bumi-Nya ini yang telah berpulang lebih awal, seharusnya menjadi nasehat berharga buat kita yang masih hidup.
Rasul berpesan melalui Amar bin Yasir r.a, “Kafaa bil mauti maw’izhotan, cukuplah kematian menjadi nasehat dan peringatan.”
Jika hari ini kita mendoakan beliau yang telah wafat. Boleh jadi, besok giliran kita yang akan didoakan. Karena kita semua pasti akan seperti beliau.
Bukankah, semua makhluk yang bernyawa sudah divonis mati oleh Allah. Kullu nafsin dzaa iqatul maut, [QS. Ali Imran [3] ; 19] demikian Allah Azza wa Jalla tegaskan.
Berarti saat ini sebenarnya kita sedang menantikan vonis kematian. Kita sejatinya sedang mengantri menuju gerbang kematian.
Karena kita sudah divonis mati oleh Allah, menjadi tidak penting di mana kita mati dan kapan kita mati; tapi lebih dari segalanya, menjawab dan mempersiapkan diri dalam kondisi apa kita mati. Teramat besar harapan kita, kelak saat kita dipanggil untuk segera pulang ke hariabaan-Nya,
Wafatnya kita seperti beliau, wafat dalam keadaan terbaik; membawa iman, dalam keadaan sedang menikmati lezatnya taat di jalan Allah, berserah diri dalam Islam, bersih-suci lahir dan batin, dan dalam keadaan lisan kita berakhir dengan kalimat tauhid; Laa ilaaha illa Allah! Wafat dalam keadaan husnul khootimah.
“Ya Allah, perkenankan kepada kami bertaubat sebelum kami wafat, kami dapat rahmat-Mu di detik-detik kematian kami, dan kami pun dapat ampunan-Mu setelah kami wafat. Ringankan semua kami menghadapi goncangan sakaratul maut. Kelak jadikan kubur kami, terkhusus kubur dari guru kami al-Habib Munzhir bin Fuad al-Musawa, sebagai miniatur surga-Mu, catat nama beliau sebagai penghuni surga-Mu. Dan kelak Engkau pertemukan kami di taman indah surga-Mu. Aamiin!”
Sumber : Republika.co.id
Jalan orang-orang sufi.. Pecinta menuju makrifatullah Blog ini saya persembahkan untuk saudara2ku sesama muhibbun pencari cinta dan makrifatullah,belajar dan mengikuti jalan tasawuf. Meneladani dan mengikuti jalan para Awlia Allah. Semua Artikel dan foto didalam blog ini dibuat untuk pecinta ilmu dan penambah wawasan keislaman. sy perbolehkan untuk dicopy atau didownload dengan tetap mencantumkan sumber artikel
Showing posts with label Majelis Rasulullah Hb. Mundzir. Show all posts
Showing posts with label Majelis Rasulullah Hb. Mundzir. Show all posts
Friday, September 20, 2013
Wednesday, January 23, 2013
MR : Sehelai Rambut Rasulullah SAW

عَنْ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ: قُلْتُ لِعَبِيدَةَ، عِنْدَنَا، مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَصَبْنَاهُ، مِنْ قِبَلِ أَنَسٍ، أَوْ مِنْ قِبَلِ أَهْلِ أَنَسٍ فَقَالَ لَأَنْ تَكُونَ عِنْدِي شَعَرَةٌ مِنْهُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
(صحيح البخاري)
Dari Ibn Siiriin (ra) berkata, kukatakan pada Ubaidah (ra) aku memiliki sehelai Rambut Nabi SAW, kudapatkan dari Anas (ra) atau dari keluarga Anas (ra), maka ia berkata (Ubaidah ra): Jika kumiliki sehelai Rambut beliau SAW lebih kusukai dari dunia dan segala isinya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Melimpahkan kemuliaan dan rahmatNya di setiap waktu kepada hamba-hambaNya yang beriman atau yang tidak beriman, kepada hamba-hambaNya yang shalih ataupun yang tidak, bahkan kepada semua makhluk yang di muka bumi selain manusia seperti hewan dan tumbuhan, atau makhluk-makhluk yang tidak bergerak seperti bebatuan, atau debu dan lainnya, sehingga kesemua makhluk yang berada di langit dan di bumi mengagungkan nama Yang Maha Luhur dan Mulia, maka janganlah kita menganggap benda-benda mati yang ada di muka bumi ini hanya sekedar benda mati yang tidak bergerak, akan tetapi kesemuanya berdzikir, memuji dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
( الإسراء : 44 )
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak memahami tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. ( QS.Al Israa: 44 )
Dan hal tersebut, telah ditemukan oleh para Ilmuwan di zaman ini yang mengatakan bahwa semua benda memilki suara, baik itu adalah benda hidup atau pun benda mati seperti hewan, tumbuhan atau bebatuan dan lainnya, kesemuanya memiliki frekuensi suara masing-masing, dan kesemuanya memilki suara namun sebagian suara tersebut tidak difahami dan tidak terdengar oleh manusia, yang mana suara-suara tersebut adalah pujian terhadap keagungan nama Allah, kesemua benda atau sesuatu yang tidak terdengar oleh kita frekuensi suaranya termasuk sel tubuh kita, sesungguhnya kesemuanya itu selalu memanggil dan menyeru namaNya di setiap waktu dan kejap, sehingga tidak pernah terlepas dari dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Akan tetapi banyak dari manusia yang kenyataannya mereka adalah makhluk hidup, justru mereka lalai dan lupa kepada Allah dikarenakan hati mereka yang mati, sehingga lebih mati dari benda-benda yang mati, karena benda-benda mati sebenarnya hidup dan senantiasa berdzikir dan memuji keagungan nama Allah subhanahu wata’ala. Maka selayaknyalah kehidupan di dunia yang sementara ini tidak dilewatkan dalam kelalaian dari mengingat Allah subhanahu wata’ala, serta berhati-hatilah dalam menjalani kehidupan dunia ini, sebagaimana di dalamnya terdapat anugerah dan musibah yang pasti akan dihadapi oleh manusia. Tidak ada kehidupan tanpa anugerah atau permasalahan, sehingga Allah subhanahu wata’ala menciptakan siang dan malam sebagai pelajaran kepada manusia bahwa kehidupan di dunia ini akan selalu terdapat perubahan dalam setiap waktu dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mampu merubah segala sesuatu.
Sebagaimana perubahan yang terjadi pada jasad manusia, dimana setiap sel-sel di tubuh manusia tumbuh dan berkembang dalam setiap detiknya. Manusia tidak akan mampu mengatur perubahan dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur detak jantung, tidak mampu mengatur pertumbuhan sel-sel di dalam tubuhnya, tidak mampu mengatur setiap nafas dan lainnya, namun Allah subhanahu wata’ala dengan mudah mampu mengatur hal-hal tersebut. Maka dalam setiap nafasnya manusia selalu berada dalam asuhan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala, sehingga Allah memberikan pengajaran kepada manusia dengan adanya alam dan segala yang ada di dalamnya serta sifat-sifatnya seperti air, tanah, api, udara, cahaya, kegelapan, serta sifat-sifat makhluk lain yang Allah ciptakan seperti malaikat, syaitan, binatang dan tumbuhan, Allah jadikan sifat-sifat tersebut ada dalam hati setiap manusia. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi :
مَا وَسِعَنِيْ أَرْضِيْ وَلَا سَمَائِيْ وَلَكِنْ وَسِعَنِيْ قَلْبُ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ
“ Tidak dapat menampung-Ku (rahasia keluhuran Allah) bumi-Ku atau langit-Ku, akan tetapi mampu menampung-Ku hati hamba-Ku yang beriman”
Maka sanubari seorang yang beriman lebih luas dan kuat dari seluruh alam semesta, karena mampu menampung keluhuran dan cahaya keagungan Allah subhanahu wata’ala, yang mana tidak mampu ditampung oleh alam semesta, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
( الحشر : 21 )
“Jika Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, niscaya engkau akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”. ( QS. Al Hasyr : 21 )
Gunung akan hancur jika diturunkan kepadanya Al qur’an karena takut pada kewibawaan Allah subhanahu wata’ala, namun sanubari manusia yang beriman mampu menerima dan menampung kewibawaan Allah, kecintaan dan kasih sayang Allah, dan segala sifat keluhuran Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Sempurna dan Maha memilki segala kesempurnaan, Maha Memiliki segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, akan tetapi waspadalah jangan sampai sanubari kita terbawa ke dalam sifat-sifat yang tidak baik dari mahkluk yang Allah ciptakan. Sebagaimana dalam setiap hati manusia terdapat sifat-sifat dari segala makhluk, seperti sifat pemarah, dimana sifat ini dikiaskan sebagai sifat seekor anjing, dan hawa nafsu atau syahwat dikiaskan sebagai sifat dari seekor babi, yang mana hewan-hewan tersebut dihukumi sebagai hewan yang najis, akan tetapi tidak satu pun dari hewan tersebut yang memprotes kepada Allah karena telah diciptakan sebagai hewan yang najis, padahal hewan-hewan tersebut senantiasa berdzikir dan mengagungkan nama Allah subhanahu wata’ala. Tentunya hewan tidak lebih baik dari kita sebagai manusia, akan tetapi justru kita sering lalai dari mengingat Allah dan barangkali di dalam hati kita sering memprotes akan ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Kelak di akhirat manusia akan muncul dalam wujud yang sesuai dengan keadaan sanubarinya hari-hari yang terlewatkan dalam kehidupannya di dunia, apakah muncul dalam bentuk hewan ataukah muncul dalam bentuk manusia yang bercahaya?!. Maka perhatikanlah waktu dan hari-hari yang kita lewatkan dalam kehidupan kita, apakah terlewatkan dalam keluhuran atau dalam kehinaan?!. Maka jadikanlah panutan kita adalah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia yang paling ramah terhadap semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, dimana segala tuntunan dari perbuatan dan perkataannya adalah bimbingan dari Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
أَدَّبَنِيْ رَبِّيْ فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِيْ
“Tuhanku telah mendidikku dan Dia mendidikku dengan sebaik baik-baik pendidikan”.
Allah subhanahu wata’ala telah membimbing dan mengajari nabi Muhammad adab bahkan terhadap butiran tanah yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menginjakkan kaki diatasnya untuk berjalan perlahan-lahan dan tidak menghentakkan kaki di bumi, sebagaimana firmanNya subhanahu wata’ala :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
( الفرقان : 63 )
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”. ( QS. Al Furqan : 63 )
Saat ini banyak ummat Islam di dunia yang dibuat murka akan perbuatan orang-orang yang menghina dan melecehkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya kita semua mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi jangan kita jadikan emosi kita ummat islam dikendalikan oleh mereka orang-orang yang tidak menyukai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka dengan mudah dapat membuat ummat Islam marah atau tenang sesuai keinginan mereka, yang semestinya merekalah yang kita seru kepada kemuliaan bukan justru kita yang dikendalikan oleh mereka, dan hal itu pun (penghinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) tidak akan terjadi kecuali dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, dan hal tersebut juga telah terjadi 14 abad yang silam di masa hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka dalam menghadapi hal ini, kita jadikan nama beliau shallallahu ‘alaihi wasalam semakin menjadi harum dan indah dengan mengenalkan budi pekerti luhur beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kepada keluarga, kerabat dan teman-teman kita.
Jangan sampai kita yang semasa di dunia seakan-akan adalah orang yang paling mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, justru lebih menghinakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam daripada orang-orang yang tampaknya telah menghina nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena kita terpancing emosi dan kemarahan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran disekitarnya. Dan hal ini kelak akan terungkap di hari kiamat, di saat kita dihisab oleh Allah dan disaksikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh Allah apakah ummat beliau melakukan perbuatan-perbuatan tersebut (kerusakan dan kehancuran yang disebabkan kemarahan akan hinaan terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), maka nabi Muhammad harus membenarkan setiap pertanyaan Allah akan perbuatan yang telah dilakukan ummatnya ketika di dunia.
Maka perbuatan dosa tersebut kelak di hari kiamat akan mempermalukan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan Allah subhanahu wata’ala. Maka kendalikanlah emosi dalam menghadapi peristiwa tersebut, dengan berfikir yang manakah perbuatan yang membawa manfaat atau keburukan. Dan hal tersebut Allah subhanahu wata’ala izinkan untuk terjadi?, karena ummat Islam banyak yang telah melupakan nabi mereka shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga kejadian tersebut membuat mereka ingin lebih mengetahui nabi mereka, betulkah nabi mereka seperti yang orang-orang tuduhkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dengan itu mereka akan lebih mempelajari sirah dan akhlak-akhlak nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu juga orang-orang yang di luar Islam pun akan tertarik perhatian mereka untuk mengetahui apakah betul demikian sosok nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga mereka pun akan mencari tahu dan mempelajari tentang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana dengan hal tersebut mereka akan mengenal dan mengetahui bahwa seorang (nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) yang dihina dan dilecehkan itu adalah sosok manusia yang paling baik, manusia yang paling ramah dan berlemah lembut kepada semua orang baik yang seagama dengannya atau pun orang yang berbeda agama dengannya, bahkan terhadap musuh-musuhnya sekalipun. Dan bulan Dzulqa’dah ini mengingatkan kita pada perjanjian Hudaibiyah yang terjadi di bulan Dzulqa’dah tahun 6H, dimana ketika itu 1500 muslimin menuju ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah, namun dihalangi oleh orang kafir quraisy, padahal kaum muslimin disaat itu tidak ada yang membawa senjata apapun atau peralatan perang yang lainnya, karena mereka hanya ingin melakukan ibadah Umrah dan Haji, namun kuffar quraisy tetap tidak memberi izin untuk masuk ke Makkah, sehingga mereka membuat perjanjian yang menguntungkan fihak quraisy, yang mana diantara perjanjian tersebut adalah jika kaum muslimin yang di Makkah akan berangkat ke Madinah maka harus dengan seizin para pembesar quraisy, akan tetapi penduduk Madinah yang ingin ke Makkah dan masuk pada agama quraisy maka tidak boleh dihalangi dan dilarang. Adapun hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut adalah kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin akan tindakan kuffar quraisy terhadap mereka dalam perjanjian Hudaibiyah tersebut yang sangat menyakitkan kaum muslimin, sehingga 2 tahun setelahnya terjadilah fath Makkah di tahun 8 H, dan jumlah muslimin di saat itu adalah 10.000, sehingga dengan jumlah yang besar tersebut kaum kuffar quraisy tidak lagi mampu untuk menghalangi mereka ketika memasuki kota Makkah, dan ketika itu mereka juga tidak membawa senjata apa pun. Kemudian 2 tahun setelah kejadian Fath Makkah yaitu tahun 10 H Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan haji wada’ (haji perpisahan) bersama 120.000 kaum muslimin. Demikian pesat perkembangan Islam sebab budi pekerti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Adapun riwayat yang tadi kita baca menunjukkan kemuliaan cinta para sahabat terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana sayyidina Ubaidah merasa sangat cemburu terhadap Ibn Sirin yang memilki dan menyimpan sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga baginya jika memilki sehelai rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka itu lebih ia cintai dari dunia dan seisinya, sebab kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa Ibn Sirin adalah putra Sirin yang ia adalah pembantu sayyidina Anas bin Malik Ra, dan sayyidina Anas bin Malik adalah pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana Rasulullah jadikan sebagai anak angkat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian kecintaan para sahabat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan tahallul di saat Haji Wada’ maka tidak sehelai pun dari rambut beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang terjatuh ke bumi, akan tetapi helaian rambut-rambut beliau terjatuh di tangan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah mengabulkan seluruh hajat kita, menghapus seluruh dosa-dosa kita, menjauhkan kita dari segala musibah dan permasalahan, serta mempermudah kita dalam mencapai keluhuran, kemuliaan, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Monday, January 30, 2012
Makna Mendahulukan Makan Sebelum Shalat

قال رسول اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا وُضِعَ الْعَشَاءُ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَابْدَءُوا بِالْعَشَاءِ
(صحيح البخار
“Sabda Rasulullah SAW: “Jika sudah dihidangkan makan malam, lalu Iqamat shalat, maka mulailah dengan makan malam dahulu ” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha membuka gerbang rahmatNya sepanjang waktu dan zaman, seluruh pintu rahmat itu terbuka bagi jiwa yang ingin memasukinya, bagi mereka yang mendambakannya, bagi mereka yang ingin tinggal di dalam istana rahmat Ilahi dalam kehidupannya, yang mana alam sanubarinya senantiasa berada dalam rahmat Allah subhanahu wata’ala, hingga kelak mereka akan tinggal di dalam istana yang abadi di surga, yang hal itu juga merupakan salah satu bentuk rahmat Allah subhanahu wata’ala.
Mutiara-mutiara kebahagiaan yang tiada pernah berhenti berlimpah, sejak kebangkitan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga saat ini, yaitu Al qur’anul Karim yang menuntun kita kepada keluhuran, dimana setiap huruf dari ayat-ayat tersebut adalah firman-firman Allah dan merupakan kewibawaan Ilahi, setiap hurufnya adalah kasih sayang Ilahi yang menuntun kita kepada cintaNya, meskipun dalam ayat-ayat tersebut terdapat ayat kemurkaan Allah yang diantaranya menjelaskan tentang neraka dan lainnya, namun semua itu bahkan akan menuntun kita untuk menuju cintaNya, dan itulah rahmat dan kemuliaan Allah yang ditunjukkan dalam Al qur’anul Karim, yang kesemua itu hakikatnya adalah surat cinta Allah untuk hamba-hambaNya. Tiada akan pernah ditemui seseorang yang akan menulis surat cinta sebanyak lebih dari 6000 ayat, namun Allah subhanahu wata’ala menulisnya untuk kita, karena kita terpilih sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana Al qur’an tidak diturunkan untuk pepohonan, matahari, bulan dan yang lainnya, akan tetapi diturunkan untuk manusia. Maka setelah datang lebih dari 6000 kalimat cinta dari Allah subhanahau wata’ala yang menuntun kita dan melamar kita untuk menerima cinta Allah subhanahu wata’ala, dan jika kita menolaknya maka sepantasnya apabila kita mendapatkan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala, wal’iyadzubillah.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Allah subhanahu wata’ala tidak akan mempersulit hamba-hambaNya, dimana Allah memerintahkan kita untuk mengerjakan hal-hal yang wajib maka kita kerjakan semampu kita, dan jika kita terjebak ke dalam perbuatan hina atau dosa maka segeralah memohon pengampunan kepada Allah, karena secepat apa kita memohon pengampunan kepada Allah, maka pengampunan Allah subhanahu wata’ala secepat itu pula datang kepada kita bahkan lebih. Pengampunan Allah subhanahu wata’ala sangat cepat datangnya terlebih lagi kepada hamba yang bersegera memohon pengampunan Allah. Begitu juga semakin seseorang memperlambat permohonan ampunannya kepada Allah, maka semakin lambat pula Allah menurunkan pengampunan untuknya, meskipun Allah subhanahu wata’ala senantiasa menanti permohonan maaf atau tobat hamba-hambaNya, namun janganlah menunggu hingga datangnya utusan pencerai ruh dengan jasad.
Hadirin hadirat yang dimulikan Allah
Dalam hadits yang telah kita baca, dimana sekilas hadits ini terlihat sangat ringkas namun maknanya sangat luas, dimana ketika makan malam telah dihidangkan dan ketika itu juga akan dilaksanakan shalat isya’, maka dahulukanlah makan daripada shalat, mengapa demikian, padahal dalam hadits yang lain disebutkan bahwa diantara sebaik-baik perbuatan adalah melakukan shalat pada waktunya. Namun dalam hadits tadi kita diperintahkan untuk mendahulukan makan, maka dalam hal ini kita ingin memberi pemahaman kepada sebagian saudara-saudara kita yang mengatakan bahwa jika telah dikumandangkan iqamah untuk melakukan shalat maka diharamkan melakukan sesuatu yang lain selain shalat, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk makan terlebih dahulu jika makanan telah siap dihidangkan, mengapa demikian? karena jika melakukan shalat terlebih dahulu maka syaithan akan lebih mudah membisiki untuk segera mempercepat shalat karena makanan telah siap. Adapun orang-orang yang shalih, mereka akan makan secukupnya saja, karena mereka mengetahui bahwa jika mereka makan yang banyak maka mereka akan menghadapi shalat isya’ dalam keadaan yang berat dan payah, demikian indahnya didikan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam .
Dan diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang akan masih terhitung berada dalam shalat (pahala) selama ia menunggu waktu shalat berikutnya, karena menunggu suatu kebaikan adalah suatu kebaikan pula, oleh karena itu ketika makanan telah dihidangkan dan ketika itu akan dilaksanakan shalat, dan ketika makanan didahulukan maka termasuk dalam keadaan menunggu shalat, sehingga selama waktu makan pun hal itu terhitung dalam pahala melakukan shalat, karena menunggu sesuatu yang baik mendapatkan pahala kebaikan, sebagai contoh jika telah masuk waktu shalat namun belum juga dikumandangkan iqamah, maka waktu ketika menunggu iqamah untuk melakukan shalat hal itu terhitung dalam pahala shalat, jika seseorang menunggu dalam waktu 30 menit hingga shalat dilakukan maka dalam waktu itu pula terhitung mendapatkan pahala melakukan shalat, demikian indahnya sunnah-sunnah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kita berusaha untuk selalu menguatkan iman kita semampunya, sebagaimana kita ketahui para nabi dan ummat terdahulu mereka mendapatkan cobaan yang sangat berat, seperti halnya nabi Musa As yang begitu berat mendapatkan cobaan dari Allah subhnahu wata’ala, dimana beliau dibesarkan dalam istana Fir’aun dan justru beliaulah yang akan menjadi penakluk kerjaan Fir’aun. Dijelaskan dalam surat Al A’raf, secara ringkasnya dimana ketika nabi Musa As melarikan diri dari Fir’aun karena memukul salah seorang yang berkelahi hingga meninggal, padahal nabi Musa memukulnya bukan dengan niat untuk membunuh namun orang tersebut meninggal, sehingga tersebar kabar bahwa Fir’aun dan prajuritnya sedang mencarinya dan ingin membunuhnya, maka nabi Musa pun pergi dan menjauh dari tempat itu, yang kemudian Allah subhanahu wata’ala berfirman kepada nabi Musa AS :
اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآَيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ، اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ، فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ، قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى ، قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى ، فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى
( طه : 42-47 )
“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah malampaui batas, maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas, Allah berfirman: "Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Rabbmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Rabbmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk”. (QS.Thaha : 42-47)
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah memerintah nabi Musa dan nabi Harun untuk berucap lemah lembut terhadap Fir’aun dan pengikutnya akan bertaubat, meskipun Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui bahwa Fir’aun tidak akan bertaubat, namun Allah ingin menunjukkan akan cara berdakwah dengan lemah lembut. Dan kisah ini Allah sebutkan dalam Al qur’an agar kita memahami cara yang benar dalam berdakwah, yang itu adalah tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian nabi Musa As datang kepada Fir’aun dan menyampaikan kepadanya bahwa ia membawa risalah dari Tuhannya, maka Fir’aun berkata siapa tuhannya, lantas nabi Musa berkata bahwa tuhannya adalah Yang menghidupkan dan mematikan manusia, maka Fir’aun berkata bahwa dia mampu menghidupkan dan mematikan, dimana dia bisa memerintah seseorang untuk membunuh atau tidak membunuh, kemudian nabi Musa As berkata bahwa Tuhannya mampu menerbitkan matahari dari timur, lantas beliau meminta Fir’aun untuk menerbitkan matahari dari barat, mendengar hal itu Fir’aun pun terdiam. Kemudian nabi Musa As menunjukkan mu’jizatnya, dimana tongkat nabi Musa berubah menjadi ular, maka Fir’aun mengumpulkan semua tukang sihir untuk melawan nabi Musa, yang mereka anggap bahwa hal yang dilakukan nabi Musa As adalah sihir seperti yang mereka perbuat. Maka semua penyihir mengelilingi nabi Musa, dimana perbuatan mereka hanyalah sihir yang hanya menipu mata dan pandangan orang, maka ketika itu mereka melemparkan tali-tali yang kemudian terlihat seperti ular, akan tetapi tongkat nabi Musa berubah menjadi ular yang sangat besar sehingga semua tali yang mereka lemparkan ditelan oleh tongkat nabi Musa As yang menjadi ular, melihat hal tersebut maka para penyihir itu tersungkur sujud dan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آَمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى
(طه : 70 )
“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa". (QS. Thaha: 70 )
Setelah para penyihir itu beriman kepada Allah, maka Fir’aun berkata kepada mereka, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
قَالَ آَمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آَذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى
(طه : 71 )
“ Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku beri izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik , dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". (QS. Thaha : 71 )
Kemudian para penyihir itu menjawab ucapan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، إِنَّا آَمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
(طه : 72-73 )
“Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu'jizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Rabb yang menciptakan Kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)". (QS. Thaha: 72-73)
Padahal mereka adalah orang-orang yang baru beriman, namun keimanan mereka sangat kuat sehingga ancaman atau bahaya apapun yang akan menimpa mereka tidak mereka pedulikan, dan mereka akan tetap beriman dengan apa yang disampaikan oleh nabi Musa As.
Saturday, December 17, 2011
Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah SWT di Hari Kiamat

Senin, 05 Desember 2011
قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Tujuh Golongan yg dinaungi Allah dihari kiamat yg tiada tempat berteduh selain yg diizinkan Nya swt, Pemimpin yg Adil, dan pemuda yg tumbuh dengan beribadah pd Tuhannya, dan orang yg mencintai masjid masjid, dan dua orang yg saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah, dan orang yg diajak berbuat hina oleh wanita cantik dan kaya namun ia berkata : Aku Takut pd Allah, dan pria yg sedekah dg sembunyi2, dan orang yg ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Suci dan Luhur, tiada satu pun dari segala yang terjadi dan yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala, kecuali merupakan bimbingan hikmah Ilahi untuk mencapai keluhuran, baik hal itu berupa musibah atau pun kenikmatan Dimana musibah yang terjadi itu menanti sifat sabar dari seorang hamba, yang mana sabar adalah merupakan penghancur musibah yang terkuat, namun tentunya diiringi juga dengan usaha, karena Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk tidak member musibah, atau memberi musibah yang lebih besar dari musibah tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab berkata : “Aku bersyukur dengan adanya musibah padaku, sebab beberapa hal, diantaranya karena Allah subhanahu wata’ala tidak menimpakan musibah pada imanku, kedua bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu memberikan musibah yang lebih besar dari musibah yang telah datang kepadaku, namun Allah subhanahu wata’ala hanya menurunkan musibah tersebut, dan ketiga dengan musibah itu Allah subhanahu wata’ala menghapus dosa-dosaku”. Hal ini sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa segala musibah kesemua itu adalah penghapusan dosa, meskipun hanya sekedar kegundahan hati hal itu juga menghapus dosa. Dan kesabaran dengan adanya musibah yang puncak dari kesabaran itu adalah bersyukur, justru hal tersebut akan melebur musibah, sehingga musibah berubah menjadi kemudahan dan kenikmatan. Jika seseorang mempunyai anak kecil dan Allah member musibah denga sakit maka Allah subhanahu wata’ala akan memberi kesembuhan baginya, jika ada yang ditimpa kesempitan harta maka akan Allah limpahkan kemakmuran dan kecukupan harta baginya, dan jika seseorang mendapatkan masalah apapun maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu dan siap menyelesaikan seluruh masalah-masalahnya, dimana tidak ada satu makhluk pun yang mampu menyelesaikan seluruh masalah. Masalah apapun yang ada, Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu menyelesaikannya, bahkan sekecil-kecil permasalahan seekor semut kecil yang ingin mengangkat kakinya untuk melangkah hingga masalah perputaran alam semesta yang demikian luasnya. Hingga perasaan semut yang ketakutan ketika prajurit nabiyullah Sulaiman AS lewat, Allah pun mengetahuinya. Begitu juga perasaan seorang hamba yang dalam kesendiriannya merasa risau dan kebingungan, dan ia tidak mengatakan atau mengadukannya kepada orang lain, namun Allah subhanahu wata’ala melihat dan mendengarnya serta Maha Mampu dan siap untuk menghilangkan musibah dan kegundahannya. Namun Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pemberi, Sang Maha memudahkan setiap permasalahan semakin hari semakin ditinggalkan oleh manusia, dimana ketika datang ajakan luhur namun ditinggalakan padahal mampu untuk melakukannya, karena Allah subahanahu wata’ala tidak membebani hamba lebih dari kemampuannya. Banyak orang yang belum mengerti Al qur’an namun ia layak membacanya meskipun belum mengerti maknanya, dan ada juga yang belum bisa membaca Al qur’an maka ia harus mempelajarinya, jika sibuk bagaimana? jika sangat sibuk bisa dengan mempelajarinya sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan, namun dalam hati tidak ada perasaan menolak Al qur’an Al Karim. Demikian pula syariat Islam yang lainnya seperti hukum shalat, hukum wudhu’, hukum puasa, hukum zakat, hukum haji dan lainnya kesemua itu juga perlu dipelajari dimana kesemua itu dalam waktu ratusan tahun pun kita mempelajarinya hal itu tidak akan pernah selesai, namun selayaknya waktu luang kita jauh lebih baik kita isi dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kita semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. Seseorang yang dalam hidupnya ada niat atau keinginan untuk belajar dan juga mengerjakan pekerjaan atau aktivitas yang lainnya maka Allah subhanahu wata’ala akan memudahkan untuknya jalan menuju ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً سَهَلَّ اللَّهُ لَهُ طَرِيقاً إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”
Guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh berkata dalam salah satu qasidahnya, yang artinya : “Ketika Allah subhanahu wata’ala membuka tabir penghalang manusia untuk melihat Allah, maka itulah saat-saat yang terindah”, atau melihat sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan makhluk terindah dari seluruh ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lebih dari sekedar ciptaan Allah subhanahu wata’ala, namun beliau adalah makhluk terindah dari semua ciptaan Allah. Ketika seseorang mengingat bahwa ada sosok manusia yang paling baik dan ramah, paling berlemah lembut dan berkasih sayang, dimana ketika ada orang datang kepadanya dengan penuh dosa maka beliau doakan dan dimohonkan pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan musuh-musuh beliau berusaha dilindungi agar tidak semuanya meninggal agar kelak keturunan mereka bisa selamat dan mendapatkan hidayah, maka siapa yang tidak merindukan sosok manusia yang paling berlemah lembut seperti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika sayyidah Aisyah Ra sedang mencari jarum yang terjatuh di kamarnya di malam hari, dan di saat itu hanya ada pelita pelita yang cahayanya sangat kecil, setelah beberapa waktu dicari jarum itu tidak pula ditemukan, maka ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dan masuk ke dalam kamar maka jarum itu pun terlihat dengan jelas, kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Wahai Rasulullah, betapa terangnya wajahmu”, cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbeda dengan cahaya lampu yang mana cahaya lampu menyakitkan mata, namun cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyakitkan mata, sehingga Allah menamakan beliau sebagai “Siraajan Muniira” ( cahaya yang terang benderang).
Ketika seorang sahabat datang kepada salah seorang istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang terdapat dalam Fathul Bari sahabat tersebut berkata : “Wahai Ummul mu’minin, gambarkanlah kepadaku bagaimana indahnya wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”. Dan diriwayatkan oleh sayyidina Ali dalam menggambarkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seakan matahari dan bulan beredar di wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil cermin dan berkata : “jika engkau ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lihatlah ke cermin ini”, maka sahabat tersebut melihat ke cermin itu namun yang telihat bukanlah wajahnya tapi wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat tersebut kaget dan heran bagaimana cermin itu bisa memperlihatkan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Cermin itu dulu pernah digunakan untuk bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun setelah itu cermin tersebut tidak mau menampakkan wajah lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaikan rekaman foto yang merekan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saat ini kita berada di dalam bulan yang luhur bulan Muharram, dimana di bulan ini telah diselamatkan nabi Musa As dari kejaran Fir’aun, di bulan itu pula lautan terbelah agar Fir’aun tenggelam dan nabi Musa selamat dari kejarannya. Dan di bulan ini nabi Nuh dan kaumnya yang beriman diselamatkan dari banjir yang begitu besar, dan di bulan ini pula Allah subhanahu wata’ala melimpahkan banyak pertolongan kepada hamba-hamba-Nya, terlebih lagi untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka perbanyaklah doa dan munajat kepada Allah subhnahu wata’ala. Teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ke sepuluh bulan Muharram, dan hal ini merupakan puasa sunnah bukan puasa wajib, yang mana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dosa, namun berbeda dengan hal yang wajib dimana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan mendapatkan dosa. Maka disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram, dan diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa pahala puasa pada tanggal 10 Muharram menghapus dosa setahun yang lalu. Dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memaksakan diri untuk berpuasa di suatu hari melebihi puasa pada tanggal 10 Muharram, kecuali puasa di bulan Ramadhan yang merupakan hal yang wajib, namun selain puasa ramadhan, diantara puasa sunnah yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah puasa 10 Muharram, dan disunnahkan juga untuk puasa pada tanggal 9 Muharram, karena ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikabari bahwa orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram maka Rasulullah mengatakan bahwa di tahun yang akan datang beliau akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terlebih dahulu wafat sehingga tidak sempat melakukan puasa pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“ Jika aku masih hidup hingga tahun depan maka aku akan puasa tanggal 9 (Muharram)”
Dan Al Imam As Syafi’i berkata bahwa sunnah muakkadah untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, akan tetapi tidak apa-apa jika hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja. Bagi yang tidak mampu untuk berpuasa, seperti orang yang sudah sangat tua, orang-orang yang sangat sibuk dan banyak pekerjaan sehingga tidak mampu untuk berpuasa atau wanita-wanita yang sedang berhalangan (menstruasi) maka doakanlah orang-orang yang berpuasa agar diberi kekuatan dan puasanya diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, atau dengan menyiapkan buka puasa untuk orang-orang yang berpuasa, itulah cara yang terbaik untuk orang yang tidak mampu berpuasa, agar tidak terlewat dari kemuliaan yang datang dari Allah subhanahu wata’ala.
Sampailah pada hadits mulia, dimana ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala di saat tidak ada naungan selain naungan Allah subhanahu wata’ala, naungan yang dimaksud adalah tempat berteduh dan berlindung dari panasnya matahari di padanga mahsyar kelak di hari kiamat, dimana jika matahari itu berpijar dengan panas seperti saat di padang mahsyar, maka tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini, yang mana matahari itu tidak ada lagi cahayanya namun yang tersisa hanya panasnya saja yang gelap gulita, bagaikan bola hitam yang sangat panas dan menakutkan. Ketika itu semua cahaya sirna kecuali cahaya hamba-hamba yang beriman, yang dipimpin oleh cahaya manusia yang paling beriman, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah yang akan terang benderang dan cahayanya melebihi cahaya bintang-bintang, Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi yang memberikan cahaya kepada hamba-hamba-Nya dengan cahaya ketenangan, cahaya kedamaian, cahaya kebahagiaan, cahaya kemudahan, dan cahaya keluhuran di dunia dan akhirat. Maha Suci Allah dan Maha Indah, dan betapa suci jiwa-jiwa yang menyembah Allah dan tidak menyamakan Allah dengan makhluk, sebagaimana firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
( الشورى : 11 )
“ Tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya, dan Dia (Allah) Maha Mendengar dan Melihat”. ( QS: As Syuuraa)
Allah subhanahu wata’ala maha mendengar, namun pendengaran Allah tidak membutuhkan telinga, begitu juga Allah melihat namun penglihatan Allah tidak membutuhkan mata, dan Allah juga berfirman dengan menurunkan wahyu namun Allah tidak membutuhkan lisan, Allah subhanahu wata’ala juga berbuat atau melakukan sesuatu namun hal itu tidak membutuhkan jasad, dimana penglihatan Allah lebih agung dari penglihatan makhluk-Nya dan seluruh penglihatan makhluk bersumber dari-Nya, tidak satu pun makhluk melihat kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, tidak pula satu pun makhluk mendengar kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, dan makhluk tidak mampu menciptakan penglihatan dan pendengarannya sendiri, bahkan tidak mampu menciptakan asal muasal dirinya yang terbuat dari sel yang tidak terlihat mata. Allah subhanahu wata’ala Yang menciptanya, Allah Yang menghidupkannya di bumi kemudian dikembalikan ke alam barzakh, dan di alam barzakh akan datang malaikat setelah seseorang dimasukkan ke dalam kubur dan kemudian ditinggalkan oleh yang mengantarnya, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa seseorang yang meninggal dan telah dikuburkan mendengar hentakan kaki orang-orang yang meninggalkan perkuburannya di saat itu, setelah itu datanglah malaikat memperlihatkan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “Wahai Fulan, apa yang engkau ketahui tentang orang ini?”, maka jika ia adalah orang yang beriman ia akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, dia adalah Muhammad”.
Namun jika ia adalah seorang yang munafik dan banyak berbuat dosa, maka ia akan menjawab : “Aku tidak mengenalnya”.
Dan saat-saat seperti itu akan datang kepada kita semua, semoga di saat jasad kita diturunkan ke liang lahat lalu ditutup dengan tanah, dan orang-orang yang mengantarkan kita mulai meninggalkan kita sendiri di perkuburan dan langkah-langkah mereka yang meninggalkan perkuburan terdengar oleh kita, dan ketika itu diperlihatkan kepada kita sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ditanyakan kepada kita maka kita akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, Dia adalah Muhammad”
Kembali pada hadits yang kita baca, bahwa ada 7 golongan yang dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa banyak yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, namun cir i-ciri mereka terdapat dalam hadits ini, maka disebutlah dengan 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Pertama adalah seorang pemimpin yang adil, karena sangat berat untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Seperti contoh seorang ketua RT, yang mana dia juga mempunyai keluarga, mempunyai kesibukan atau pekerjaan yang lainnya, suatu hari sebelum adzan Subuh dan di saat semua orang masih tidur tiba-tiba rumah digedor dan ada teriakan : “Pak RT, rumah saya kemalingan” maka pak RT bangun dan langsung menuju ke rumah warga yang kemalingan, dan pak RT bingung apa yang harus diperbuat, jika maling masih di tempat mungkin barang bisa diambil kembali, namun si maling sudah tidak ada di tempat tersebu, maka pak RT berkata : “baik, akan segera saya urus dan laporkan ke polisi”, belum selesai pembicaraan pak RT dengan warga yang kemalingan, tidak lama kemudian datang warga lain mengadu : “Pak RT rumah saya kebanjiran gara-gara sampah yang menumpuk dibiarkan begitu saja tanpa diurus”, kemudian warga yang kemalingan berkata lagi : “Pak RT siapa satpam yang jaga semalam, padahal saya sudah bayar uang keamanan, bagaimana rumah saya masih bisa kecurian?”, kemudian warga yang kebanjiran berteriak : “Pak RT bagaimana ini, air mampet akhirnya rumah saya kebanjiran”, maka Pak RT segera menuju rumah warga yang kebanjiran dan mulai mengangkut barang-barang, tidak lama kemudian ada warga yang datang berteriak dan mengadu : “Pak RT, rumah saya kebakaran karena banyak kabel-kabel yang sudah lama dan perlu diganti namun tidak pernah diperhatikan, pak RT bisanya hanya ambil uang dari PLN saja, apa gunanya jadi ketua RT!”, padahal ketua RT juga mempunyai keluarga dan kesibukan dan yang lainnya namunyang disalahkan selalu ketua RT, itu baru tingkat RT, bagaimana lagi jika ketua RW, Kades, Lurah atau pemimpin yang di tingkat atasnya lagi. Oleh karena itu sangat sulit dan dengan susah payah untuk berusaha menjadi pemimpin yang adil dan sabar, maka seorang pemimpin yang adil seperti itu di hari kiamat akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala, dimana tidak ada tempat berteduh selain tempat berteduh yang diberi oleh Allah subhanahu wata’ala. Jadi jika di zaman sekarang kita sering mendengar wakil rakyat atau pemimpin yang berbuat salah maka hal itu wajar, karena untuk menjadi pemimpin yang baik di tingkat RT saja sangat sulit, maka terlebih lagi pemimpin di tingkat yang lebih tinggi. Maka benar yang telah disabdakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika ada seorang muslim menjadi pemimpin, kemudian ia berbuat baik pada rakyatnya dan juga berbuat kesalahan, maka terimalah kebaikannya dan maafkan kesalahannya”. Jadi tidak perlu diadilikah?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui jika seorang pemimpin dinaikkan kemudian dijatuhkan lagi, maka yang gembira adalah musuh-musuh Islam, karena pemerintah dan rakyat saling hantam, para Ulama’ dan orang-orang yang baik dimasukkan ke penjara dimana hal itu merupakan akibat daripada saling hantam satu sama lain. Maka strategi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat sempurna adalah jika ada pemimpin-pemimpin yang tidak baik namun para Ulama’ mengetahui hal itu maka mereka akan semakin mendidik generasi yang baik yang kelak akan menggantikan kepemimpinan para pemimpin yang tidak baik, itulah strategi indah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Majelis Rasulullah ini juga merupakan strategi dalam membangun generasi yang baik, generasi yang rukun dan damai, generasi yang suka dzikir dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, yaitu banyak beribadah kepada Allah, dimana sejak kecil sudah mempelajari dzikir, dari kecil anak-anak mereka didorong untuk hadir di majelis ta’lim atau majelis dzikir, maka pendidikan seperti ini sejak seseorang masih kecil merupakan hal yang sangat penting, karena sebagian besar kesuksesan itu muncul dari pemuda yang mulai meniti untuk mencapai keluhuran sejak usia muda, sejak masih muda sudah cinta dan suka hadir majelis, namun permasalahannya jika waktu final bola yang hadir majelis berkurang dan beruntungnya saya saat itu tidak hadir majelis, tetapi sampai kabar kepada saya bahwa yang hadir majelis berkurang karena ada final bola. Oleh karena itu kita selalu berusaha untuk mendidik diri kita agar semakin baik dan senantiasa merasa asyik dengan hal-hal yang luhur yang mampu untuk kita lakukan, jangan selalu mencari godaan syaitan untuk melakukan sesuatu yang tidak mampu kita perbuat, jika seseorang belum mampu untuk shalat tahajjud maka jangan dipaksakan untuk shalat tahajjud, dan jika shalat wajib 5 waktu belum dikerjakan dengan baik maka perbaiki dulu shalat yang 5 waktu tersebut, dan juga jika belum mampu jangan puasa sunnah dulu, namun perlahan-perlahan akan sampai kepada puncak keluhuran.
Ketiga adalah seeorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid yaitu orang yang mencintai masjid, ada orang yang selalu duduk di dalam masjid namun hatinya berada di luar masjid dan ada juga orang yang jasadnya berada di luar masjid akan tetapi hatinya selalu di masjid dan golongan inilah yang dimaksud dalam hadits ini. Dalam hatinya ada keinginan untuk selalu dekat dengan masjid, ingin selalu shalat jamaah di masjid. Ada seseorang sangat cinta terhadap masjid Al Haram dan masjid An Nabawi maka dipajanglah foto masjid itu di rumahnya dan dilihatnya setiap hari hingga air matanya terus mengalir karena ingin memandangnya orang seperti inilah yang hatinya selalu terikat dengan masjid. Ada kelompok orang yang mengatakan jika tidak melakukan shalat di masjid maka shalatnya tidak sah, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak juga melakukan tidak di masjid. Dan dalam madzhab Syafii shalat di masjid merupakan sunnah muakkadah, akan tetapi shalat di luar masjid pun tetap sah. Dalam hal ini terdapat permasalahan, datang seseorang bertanya kepada saya : “Bib saya sumpek dimana masjid dalam keadaan bersih kemudian datang sekelompok orang dan nginap di masjid, bawa kompor dan lainnya hingga berantakan dan mengotori masjid, setelah itu pergi tanpa membersihkannya terlebih dahulu, maka apa yang harus kami lakukan?, dalam hal ini kita pilih jalan tengah, jangan sampai kita mengusir orang Islam dari tempat ibadah karena mereka juga saudara kita seiman, namun berusaha untuk memberi tau orang-orang yang datang dengan tujuan i’tikaf di masjid untuk membersihkan masjid sebelum mereka pergi, jangankan masjid yang merupakan tempat ibadah, rumah sendiri saja kita ingin melihatnya selalu dalam keadaan bersih terlebih lagi masjid yang merupakan rumah Allah. Ada lagi pertanyaan, mengapa orang-orang Islam tidak mau mengajak saudara-saudaranya untuk shalat memenuhi masjid?, ketahuilah ibadah tidak hanya ke masjid saja, namun tidak mengganggu atau menggunjing orang lain juga termasuk ibadah, bekerja untuk bersedekah juga ibadah, menikah juga ibadah, mendidik anak pun termasuk ibadah, jadi bagi saudara-saudara kita yang sudah bergabung dalam jamaah ini dan selalu mengajak muslim yang lainnya untuk bergabung bersamanya, maka hal itu adalah hal yang bagus dan telah memiliki keberanian, namun jangan mencela orang yang tidak memperbuatnya.
Keempat adalah dua orang yang saling menyayangi karena Allah subhanahu wata’ala dan yang dimaksud bukanlah pacaran, namun saling mencintai dan menyayangi karena Allah adalah saling membantu untuk mencapai keluhuran ibadah, misalnya seorang teman tidak mengaji karena tidak mempunyai Al qur’an maka diberi pinjaman Al qur’an, atau temannya tidak hadir ke majelis karena tidak mempunyai kendaraan maka dipinjamin kendaraan karena mungkin kebetulan jika malam hari kendaraan saudara atau keluarganya tidak di pakai atau bisa juga berupa pernikahan, maka hal-hal yang seperti itu adalah saling menyayangi karena Allah dan berkumpul atau berpisah karena Allah, bukan karena masalah keduniawian. Namun jangan disalah artikan dengan mengatasnamakan pacaran adalah cinta karena Allah dan berpisah karena Allah, justru hal demikian adalah pertemuan dan perpisahan karena syaitan. Diperbolehkan ada hubungan antara lelaki dan wanita yang bukan mahram dengan syarat tidak melanggar syariat, sebagaimana dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak para sahabat yang berbicara dan bertanya kepada ummul mu’minin, dan banyak wanita yang berdagang di pasar namun tetap menjaga norma-norma kesopanan dan tidak melanggar syariat. Jadi boleh saling kirim sms namun jangan sampai melewati batas dan mulai masuk pada hal-hal yang buruk, seperti mengajak untuk bertemu dan lainnya karena hal itu mendekati pada perbuatan zina yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
( الإسراء : 32 )
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Isra’ : 32 )
Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dalam kitab Adab Al Mufrad dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang berzina dengan tetangganya maka dosanya jauh lebih besar daripada berzina dengan orang lain , mengapa? karena telah berkhianat kepada temannya sendiri. Yang kelima adalah seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita (atau sebaliknya) yang cantik dan kaya raya, namun lelaki itu menjawab : “Sungguh aku takut kepada Allah”, bukan karena takut di tangkap polisi atau dituntut ke pengadilan. Sebagaimana yang juga terjadi pada seorang wanita cantik dan mempunyai harta ia mendatangi seorang lelaki yang ahli ibadah dan mengatakan bahwa ia ingin berjima’ dengannya, maka lelaki itu menutup matanya, kemudian wanita itu mengatakan bahwa ia telah menggunakan penutup dan meminta lelaki itu untuk membuka matanya, namun ketika lelaki itu membuka matanya ia melihat wanita itu telah membuka seluruh pakaiannya, kemudian lelaki itu memalingkan wajahnya, maka Allah subhanahu wata’ala menjadikan wajah wanita itu gelap hingga ia wafat. Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk berbuat keji karena semua orang telah tidur, maka wanita itu berkata : “apakah engkau yakin semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan melihat kita?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan bahwa semua orang telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “betul semua orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “apakah Allah tidur dan tidak melihat kita?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan berkata : “iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi : “jika Allah melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau mengikutiku dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan jika engkau meninggal saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya karena malu dan kemudian pergi, setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya ke pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat tersebut, ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu yang kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah subhanahu wata’ala. Yang keenam adalah seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, dan ada satu cara untuk hal ini dimana tangan kanan memberi namun tangan kiri tidak mengetahuinya, yaitu jika tangan kanan mengeluarkan uang untuk sedekah namun seakan-akan bukan untuk sedekah, caranya adalah jika melihat orang miskin yang berdagang setelah ditanya harga barang yang dijual misalnya ia adalah penjual kacang, kemudian ia menjawab : “sebungkus 1000”, namun dibayar 5000 dan tidak minta uang kembalian, maka hal itu adalah termasuk sedekah secara sembunyi, mungkin ketika si pembeli menyerahkan uang 5000 si penjual akan berkata : “maaf pak tidak ada kembaliannya”, lalu si pembeli berkata : “ya sudah ambil saja kembaliannya”, maka penjual pun tidak mengetahui kalau itu adalah sedekah. Atau jika melihat orang yang susah sedang berdagang dan ketika ditanya harga dagangannya, si pedagang menyebutkan harga, padahal jika ditawar harganya dibawah itu, namun pembeli tidak lagi menawar karena berniat untuk sedekah kepada penjual tersebut, hal itu pun merupakan sedekah secara sembunyi-sembunyi, hingga yang diberi sedekah pun tidak mengetahui kalau dia menerima sedekah, hal yang seperti itu pahalanya sangat besar. Dalam riwayat Shahih Muslim terdapat 2 pendapat yang mengatakan bahwa pahala yang sangat besar akan didapatkan bagi orang yang bersedakah dengan cara sembunyi-sembunyi, dan juga orang yang bersedakah secara terang-terangan dengan tujuan agar orang lain mengikutinya karena banyak orang yang kaya raya namun tidak ada yang mau mengeluarkan hartanya untuk sedekah, dan ketika seseorang bersedekah dengan terang-terangan, misalnya : “saya sedekah 1000 dolar”, maka orang kaya yang lainnya pun tidak mau kalah dan akan mengeluarkan uang untuk sedekah, maka dengan cara ini orang kaya yang enggan bersedekah akan terdorong untuk bersedekah. Dan jika ada orang yang ingin bersedekah secara sembunyi namun ketika melihat keadaan dimana orang-orang tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, kemudian ia bersedekah secara terang-terangan maka ia pun termasuk dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Demikian indah firman Allah dan hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam jika kita mau menelaahnya. Yang ketujuh adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian lalu mengalir air matanya, maka kita berdoa dan berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah mengangkat derajat kita, demi kemuliaan malam 10 Muharram ini semoga Allah menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirah, menyelesaikan segala permasalahan kita di dunia dan akhirat, dan mengabulkan segala hajat kita Ya Rahman Ya Rahim…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Thursday, November 24, 2011
Mengirim Pahala dan Bacaan Kepada Mayyit

1.Ucapan Imam Nawawi dalam Syarah Nawawi ala Shahih Muslim Juz 1 hal 90 menjelaskan
نيملسملا نيب فلخ لب اهب عفتنيو تيملا ىلا لصت ةقدصلا ناف امهنع قدصتيلف هيدلاو رب دارأ نمهيقفلا ىرصبلا ىدرواملا نسحلا وبأ ةاضقلا ىضقأ هاكح ام امأو باوصلا وه اذهوبهذم وهف باوث هتوم دعب هقحلي ل تيملا نأ نم ملكلا باحصأ ضعب نع ىواحلا هباتك ىف ىعفاشلاهيلع جيرعت لو هيلا تافتلا لف ةملا عامجاو ةنسلاو باتكلا صوصنل فلاخم نيب أطخو ايعطق لطابناك اذا لا تيملا ىلا اهباوث لصي ل هنأ ءاملعلا ريهامجو ىعفاشلا بهذمف موصلاولصلا امأو
هنع امهرهشأ ىعفاشلل نيلوق هيف ناف يلولا هل نذأ نم وأ هيلو هنع هاضقف تيملىلع ابجاو موصلانا مايصلا باتك ىف ةلأسملا ىتأتسو حصي هنأ هباحصأ ىرخأتم ىققحم مث امهحصأوحلصي ل هنألاقو تيملا ىلا اهباوث لصي ل هنأ ىعفاشلا بهذم نم روهشملاف نآرقلا ةءارق امأوىلاعت للا ءاشعيمج باوث تيملا ىلا لصي هنأ ىلا ءاملعلا نم تاعامج بهذو تيملا ىلا اهباوث لصيهباحصأ ضعبرذن هيلعو تام نم باب ىف ىراخبلا حيحص ىفو كلذ ريغو ةءارقلاو موصلاو ةلصلا نم تادابعلانب ءاطع نع ىواحلا بحاص ىكحو اهنع ىلصت نأ ةلص اهيلعو اهمأ تتام نم رمأ رمع نبا نأنب للا دبع دعس وبأ خيشلا لاقو تيملا نع ةلصلا زاوجب لاق امهنأ هيوهار نب قاحساو حابر ىبألاقو اذه رايتخا ىلا راصتنلا هباتك ىف نيرخأتملا انباحصأ نم نورصع ىبأ نب للا ةبه نب دمحمماعط نم دم ةلص لك نع معطي نأ دعبي ل بيذهتلا هباتك ىف انباحصأ نم ىوغبلا دمحم وبأ ماملا
لصت اهناف جحلاو ةقدصلاو ءاعدلا ىلع سايقلا مهليلدو لامك هنذإ هذه لك
Berkata Imam Nawawi : “Barangsiapa yang ingin berbakti pada ayah ibunya maka ia boleh bersedekah atas nama mereka (kirim amal sedekah untuk mereka), dan sungguh pahala shadaqah itu sampai pada mayyit dan akan membawa manfaat atasnya tanpa ada
ikhtilaf diantara muslimin, inilah pendapat terbaik, mengenai apa – apa yang diceritakan pimpinan Qadhiy Abul Hasan Almawardiy Albashriy Alfaqiihi Assyafii mengenai ucapan beberapa Ahli Bicara (semacam wahabiy yang hanya bisa bicara tanpa ilmu) bahwa mayyit setelah wafatnya tak bisa menerima pahala, maka pemahaman ini Batil secara jelas dan kesalahan yg diperbuat oleh mereka yang mengingkari nash – nash dari Alqur’an dan Alhadits dan Ijma ummat ini, maka tak perlu ditolelir dan tak perlu diperdulikan.
ikhtilaf diantara muslimin, inilah pendapat terbaik, mengenai apa – apa yang diceritakan pimpinan Qadhiy Abul Hasan Almawardiy Albashriy Alfaqiihi Assyafii mengenai ucapan beberapa Ahli Bicara (semacam wahabiy yang hanya bisa bicara tanpa ilmu) bahwa mayyit setelah wafatnya tak bisa menerima pahala, maka pemahaman ini Batil secara jelas dan kesalahan yg diperbuat oleh mereka yang mengingkari nash – nash dari Alqur’an dan Alhadits dan Ijma ummat ini, maka tak perlu ditolelir dan tak perlu diperdulikan.
Namun mengenai pengiriman pahala shalat dan puasa, maka madzhab Syafii dan sebagian ulama mengatakannya tidak sampai kecuali shalat dan puasa yang wajib bagi mayyit, maka boleh di Qadha oleh wali nya atau orang lain yang diizinkan oleh walinya, maka dalam hal ini ada dua pendapat dalam Madzhab Syafii, yang lebih masyhur hal ini tak sampai, namun pendapat kedua yang lebih shahih mengatakan hal itu sampai, dan akan kuperjelas nanti di Bab Puasa Insya Allah Ta’ala.
Mengenai pahala Alqur’an menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafii bahwa tak sampai pada mayyit, namun adapula pendapat dari sahabat sahabat Syafii yang mengatakannya sampai, dan sebagian besar ulama mengambil pendapat bahwa sampainya pahala semua macam ibadah, berupa shalat, puasa, bacaan Alqur’an, ibadah dan yang lainnya, sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Bukhari pada Bab : “Barangsiapa yang wafat dan atasnya nadzar” bahwa Ibn Umar memerintahkan seorang wanita yang wafat ibunya yang masih punya hutang shalat agar wanita itu membayar (meng qadha) shalatnya, dan dihikayatkan oleh Penulis kitab Al Hawiy, bahwa Atha bin Abi Ribah dan Ishaq bin Rahawayh bahwa mereka berdua mengatakan bolehnya shalat dikirim untuk mayyit, Telah berkata Syeikh Abu Sa’ad Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah bin Abi Ishruun dari kalangan kita (berkata Imam nawawi dengan ucapan : “kalangan kita” maksudnya dari madzhab syafii) yang muta’akhir (dimasa Imam Nawawi) dalam kitabnya Al Intishar ilaa Ikhtiyar bahwa hal ini seperti ini. (sebagaimana pembahasan diatas), berkata Imam Abu Muhammad Al Baghawiy dari kalangan kita dalam kitabnya At Tahdzib : Tidak jauh bagi mereka untuk memberi satu Mudd untuk membayar satu shalat (shalat mayyit yang tertinggal) dan ini semua izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah Qiyas atas Doa dan sedekah dan haji (sebagaimana riwayat hadist - hadits shahih) bahwa itu semua sampai dengan pendapat yang sepakat para ulama. (Syarh Nawawi Ala Shahih Muslim Juz 1 hal90)
Mengenai pahala Alqur’an menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafii bahwa tak sampai pada mayyit, namun adapula pendapat dari sahabat sahabat Syafii yang mengatakannya sampai, dan sebagian besar ulama mengambil pendapat bahwa sampainya pahala semua macam ibadah, berupa shalat, puasa, bacaan Alqur’an, ibadah dan yang lainnya, sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Bukhari pada Bab : “Barangsiapa yang wafat dan atasnya nadzar” bahwa Ibn Umar memerintahkan seorang wanita yang wafat ibunya yang masih punya hutang shalat agar wanita itu membayar (meng qadha) shalatnya, dan dihikayatkan oleh Penulis kitab Al Hawiy, bahwa Atha bin Abi Ribah dan Ishaq bin Rahawayh bahwa mereka berdua mengatakan bolehnya shalat dikirim untuk mayyit, Telah berkata Syeikh Abu Sa’ad Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah bin Abi Ishruun dari kalangan kita (berkata Imam nawawi dengan ucapan : “kalangan kita” maksudnya dari madzhab syafii) yang muta’akhir (dimasa Imam Nawawi) dalam kitabnya Al Intishar ilaa Ikhtiyar bahwa hal ini seperti ini. (sebagaimana pembahasan diatas), berkata Imam Abu Muhammad Al Baghawiy dari kalangan kita dalam kitabnya At Tahdzib : Tidak jauh bagi mereka untuk memberi satu Mudd untuk membayar satu shalat (shalat mayyit yang tertinggal) dan ini semua izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah Qiyas atas Doa dan sedekah dan haji (sebagaimana riwayat hadist - hadits shahih) bahwa itu semua sampai dengan pendapat yang sepakat para ulama. (Syarh Nawawi Ala Shahih Muslim Juz 1 hal90)
Maka jelaslah sudah bahwa Imam Nawawi menjelaskan dalam hal ini ada dua pendapat,dan yang lebih masyhur adalah yang mengatakan tak sampai, namun yang lebih shahih mengatakannya sampai, tentunya kita mesti memilih yang lebih shahih, bukan yang lebih masyhur, Imam nawawi menjelaskan bahwa yang shahih adalah yang mengatakan sampai, walaupun yang masyhur mengatakan tak sampai, berarti yang masyhur itu dhoif,dan yang shahih adalah yang mengatakan sampai, dan Imam Nawawi menjelaskan pula bahwa sebagian besar ulama mengatakan semua amal apahal sampai.
Inilah liciknya orang – orang wahabi, mereka bersiasat dengan “gunting tambal”, merekamenggunting – gunting ucapan para Imam lalu ditampilkan di web – web, inilah bukti kelicikan mereka, Saya akan buktikan kelicikan mereka:
Inilah liciknya orang – orang wahabi, mereka bersiasat dengan “gunting tambal”, merekamenggunting – gunting ucapan para Imam lalu ditampilkan di web – web, inilah bukti kelicikan mereka, Saya akan buktikan kelicikan mereka:
Lalu berkata pula Imam Nawawi
:لوصو ىلع اوعمجأ اذكو ءاملعلا عامجاب كلذك وهو اهباوث هلصيو تيملا عفنت تيملا نع ةقدصلا نأاذكو ملسلا جح ناك اذا تيملا نع جحلا حصيو عيمجلا يف ةدراولا صوصنلاب نيدلا ءاضقو ءاعدلاحجارلاف موص هيلعو تام اذا موصل يف ءاملعلا فلتخاو اندنع حصلأا ىلع عوطتلا جحب ىصو اذالاقو اهباوث هلصي ل نآرقلا ةءارق نأ انبهذم يف روهشملاو ،هيف ةحيحصلا ثيداحلأل هنع هزاوجبنح نب دمحأ لاق هبو اهباوث هلصي انباحصأ نم ةعامج
“Sungguh sedekah untuk dikirimkan pada mayyit akan membawa manfaat bagi mayyit
dan akan disampaikan padanya pahalanya, demikian ini pula menurut Ijma (sepakat) para
ulama, demikian pula mereka telah sepakat atas sampainya doa – doa, dan pembayaran
hutang (untuk mayyit) dengan nash – nash yang teriwayatkan masing masing, dan sah
pula haji untuk mayyit bila haji muslim,
Demikian pula bila ia berwasiat untuk dihajikan dengan haji yang sunnah, demikianpendapat yang lebih shahih dalam madzhab kita (Syafii), namun berbeda pendapat paraulama mengenai puasa, dan yang lebih benar adalah yang membolehkannya sebagaimana hadits – hadits shahih yang menjelaskannya, dan yang masyhur dikalangan madzhab kita bahwa bacaan Alqur’an tidak sampai pada mayyit pahalanya, namun telah berpendapat sebagian dari ulama madzhab kita bahwa sampai pahalanya, dan Imam Ahmad bin Hanbal berpegang pada yang membolehkannya” (Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim Juz 7 hal 90).
Dan dijelaskan pula dalam Almughniy
:ثلثو يسركلا ةيآ اوؤرقا رباقملا متلخد اذإ لاق هنأدمحأ نع يور دقو ربقلا مث ةءارقلاب سأب لومث ةءارقلا لاق هنأ هنع يورو ،رباقملا لهلأ هلضف نإ مهللا لاق مث صلخلا دحأ للا وه لق رارمنع هب نابأ اعوجر عجر مث ةعامج دمحأ نع كلذ لقن ركب وبأ لاق ميشه نع كلذ يورو ةعدب ربقلاهل لاقف ةعدب ربقلا مث ةءارقلا نإ هل لاقو ربقلا مث أرقي نأ اريرض ىهن دمحأ نأ ةعامج ىورف هسفنهيبأ نع رشبم ينربخأف لاق ةقث لاق اذهلف رشبم يف لوقت ام للا دبع ابأ اي يرهوجلا ةمادق نب دمحمدمحأ لاق كلذب يصوي رمع نبا تعمس لاقو اهتمتاخو ةرقبلا ةحتافب هدنع أرقي نفد اذإ ىصوأ هنأرقي لجرلل لقف عجراف لبنح نب
“Tidak ada larangannya membaca Alqur’an dikuburan , dan telah diriwayatkan dari
Ahmad bahwa bila kalian masuk pekuburan bacalah ayat Alkursiy, lalu Al Ikhlas 3X, lalukatakanlah : Wahai Allah, sungguh pahalanya untuk ahli kubur”.
Dan diriwayatkan pula bahwa bacaan Alqur’an di kuburan adalah Bid’ah, dan hal itu adalah ucapan Imam Ahmad bin Hanbal, lalu muncul riwayat lain bahwa Imam Ahmad melarang keras hal itu, maka berkatalah padanya Muhammad bin Qudaamah : Wahai AbuAbdillah (nama panggilan Imam Ahmad), apa pendapatmu tentang Mubasyir (seorang perawi hadits), Imam Ahmad menjawab : Ia Tsiqah (kuat dan terpercaya riwayatnya),
maka berkata Muhammad bin Qudaamah sungguh Mubasyir telah meriwayatkan padaku
dari ayahnya bahwa bila wafat agar dibacakan awal surat Baqarah dan penutupnya, dan
bahwa Ibn Umar berwasiat demikian pula!”, maka berkata Imam Ahmad :”katakan pada
orang yang tadi ku larang membaca Alqur’an dikuburan agar ia terus membacanya
lagi..”. (Al Mughniy Juz 2 hal : 225)
maka berkata Muhammad bin Qudaamah sungguh Mubasyir telah meriwayatkan padaku
dari ayahnya bahwa bila wafat agar dibacakan awal surat Baqarah dan penutupnya, dan
bahwa Ibn Umar berwasiat demikian pula!”, maka berkata Imam Ahmad :”katakan pada
orang yang tadi ku larang membaca Alqur’an dikuburan agar ia terus membacanya
lagi..”. (Al Mughniy Juz 2 hal : 225)
Dan dikatakan dalam Syarh Al Kanz :
وأ ةقدص وأ اجح وأ اموص وأ ناك ةلص هريغل هلمع باوث لعجي نأ ناسنلإل نإ زنكلا حرش يف لاقوروهشملاو ىهتنا ةنسلا لهأ مث هعفنيو ،تيملا ىلإ كلذ لصيو ربلا عاونأ عيمج نم كلذ نآرق ةءارقنب دمحأ بهذو نآرقلا ةءارق باوث تيملا ىلإ لصي ل هنأ هباحصأ نم ةعامجو يعفاشلا بهذم نمراكذلأا يف يوونلا هركذ اذك لصي هنأ ىلإ يعفاشلا باحصأ نم ةعامجو ءاملعلا نم ةعامجو لبنحراتخملاو روهشملا ىلع ةءارقلا باوث اندنع تيملا ىلإ لصي ل يوحنلا نبل جاهنملا حرش يفوامب تيملل ءاعدلا زاج اذإف ءاعد هنلأ هب مزجلا يغبنيو هتءارق باوث لاصيإ للا لأس اذإ لوصولاىنعملا اذهو ءاعدلا ةباجتسا ىلع افوقوم هيف رملأا ىقبيو ىلوأ هل وه امب زوجي نلأف يعادلل سيليحلاو تيملا عفني هنأ هيلع قفتم ءاعدلا نأ رهاظلاو لامعلأا رئاس يف يرجي لب ةءارقلاب صتخي لريثك ثيداحأ كلذ ىلعو اهريغو ةيصوب ديعبلاو بيرقلا
“dijelaskan pada syarah Al Kanz, Sungguh boleh bagi seseorang untuk mengirim pahala
amal kepada orang lain, shalat kah, atau puasa, atau haji, atau shadaqah, atau Bacaan
Alqur’an, dan seluruh amal ibadah lainnya, dan itu boleh untuk mayyit dan itu sudah
disepakati dalam Ahlussunnah waljamaah.
Namun hal yang terkenal bahwa Imam Syafii dan sebagian ulamanya mengatakan pahala
pembacaan Alqur’an tidak sampai, namun Imam Ahmad bin Hanbal, dan kelompok
besar dari para ulama, dan kelompok besar dari ulama syafii mengatakannya pahalanya
sampai, demikian dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar,
Dan dijelaskan dalam Syarh Al Minhaj oleh Ibn Annahwiy : “tidak sampai pahala bacaan
Alqur’an dalam pendapat kami yang masyhur, dan maka sebaiknya adalah pasti sampai bila berdoa kepada Allah untuk memohon penyampaian pahalanya itu,
Dan selayaknya ia meyakini hal itu karena merupakan doa, karena bila dibolehkan doa
tuk mayyit, maka menyertakan semua amal itu dalam doa tuk dikirmkan merupakan hal
yang lebih baik, dan ini boleh tuk seluruh amal, dan doa itu sudah Muttafaq alaih (takada ikhtilaf) bahwa doa itu sampai dan bermanfaat pada mayyit bahkan pada yang hidup,keluarga dekat atau yang jauh, dengan wasiat atau tanpa wasiat, dan dalil ini denganhadits yang sangat banyak”.(Naylul Awthar lil Imam Assyaukaniy Juz 4 hal 142, Al majmu’ Syarh Muhadzab lil ImamNawawiy Juz 15 hal 522).
Kesimpulannya bahwa hal ini merupakan ikhtilaf ulama, ada yang mengatakan pengiriman
amal pada mayyit sampai secara keseluruhan, ada yang mengatakan bahwa pengiriman
bacaan Alqur’an tidak sampai, namun kesemua itu bila dirangkul dalam doa kepada Allah
untuk disampaikan maka tak ada ikhtilaf lagi.
Dan kita semua dalam tahlilan itu pastilah ada ucapan : Allahumma awshil, tsawabaa maaqaraa’naa minalqur’anilkarim… dst (Wahai Allah, sampaikanlah pahala apa – apa
yang kami baca, dari alqur’anulkarim…dst). Maka jelaslah sudah bahwa Imam Syafii dan
seluruh Imam Ahlussunnah waljamaah tak ada yang mengingkarinya dan tak adapula yang
mengatakannya tak sampai.
Kita ahlussunnah waljamaah mempunyai sanad, bila saya bicara fatwa Imam Bukhari, saya
mempunyai sanad guru kepada Imam Bukhari. Bila saya berbicara fatwa Imam Nawawi,
saya mempunyai sanad guru kepada Imam Nawawi, bila saya berbicara fatwa Imam Syafii,
maka saya mempunyai sanad Guru kepada Imam Syafii.
Demikianlah kita ahlussunnah waljamaah, kita tidak bersanad kepada buku, kita mempunyai sanad guru, boleh saja dibantu oleh buku – buku, namun acuan utama adalah pada guru yang mempunyai sanad.Kasihan mereka mereka yang keluar dari ahlussunnah waljamaah karena berimamkan buku, agama mereka sebatas buku – buku, iman mereka tergantung buku, dan akidah mereka adalah pada buku – buku.
Jauh berbeda dengan ahlussunnah waljamaah, kita tahu siapa Imam Nawawi, Imam Nawawi
bertawassul pada Nabi saw, Imam Nawawi mengagungkan Rasul saw, beliau membuat shalawat yg dipenuhi salam pada Nabi Muhammad saw, ia memperbolehkan tabarruk dan
ziarah kubur, demikianlah para ulama ahlussunnah waljamaah.
Sabda Rasulullah saw : “Sungguh sebesar - besar kejahatan muslimin pada muslimin
lainnya, adalah yang bertanya tentang hal yang tidak diharamkan atas muslimin, menjadi diharamkan atas mereka karena pertanyaannya” (Shahih Muslim hadits No.2358, dan juga teriwayatkan pada Shahih Bukhari).
Thursday, November 10, 2011
Hukum alat Musik Rebana di Mesjid

Kenalilah Aqidahmu
Didalam madzhab syafii bahwa Dufuf (rebana) hukumnya Mubah secara Mutlak (Faidhulqadir juz 1 hal 11). Diriwayatkan pula bahwa para wanita memukul rebana menyambut Rasulullah saw disuatu acara pernikahan, dan Rasul saw mendengarkan syair mereka dan pukulan rebana mereka, hingga mereka berkata : bersama kami seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi”, maka Rasul saw bersabda : “tinggalkan kalimat itu, dan ucapkan apa – apa yang sebelumnya telah kau ucapkan” (Shahih Bukhari hadits No.4852),
juga diriwayatkan bahwa rebana dimainkan saat hari Asyura di Madinah dimasa para sahabat radhiyallahu ‘anhum (Sunan Ibn Majah hadits No.1897) Dijelaskan oleh Imam Ibn Hajar bahwa Duff (rebana) dan nyanyian pada pernikahan diperbolehkan walaupun merupakan hal yang Lahwun (melupakan dari Allah), namun dalam pernikahan hal ini (walau lahwun) diperbolehkan (keringanan syariah karena kegembiraan saat nikah), selama tak keluar dari batas - batas mubah.
Demikian sebagian pendapat ulama (Fathul Baari Almasyhur Juz 9 hal 203)
Menunjukkan bahwa yang dipermasalahkan mengenai pelarangan rebana adalah karena hal
yang Lahwun (melupakan dari Allah), namun bukan berarti semua rebana haram, karena
Rasul saw memperbolehkannya, bahkan dijelaskan dengan Nash Shahih dari Shahih Bukhari.
Namun ketika mulai makna syairnya menyimpang dan melupakan dari Allah swt maka Rasul
saw melarangnyaDemikianlah maksud pelarangannya di masjid, karena rebana yang mengarah pada musik lahwun, sebagian ulama membolehkannya di masjid hanya untuk nikah walaupun Lahwun, namun sebagian lainnya mengatakan yang dimaksud adalah diluar masjid, bukan didalam masjid. Pembahasan ini semua adalah seputar hukum rebana untuk gembira atas akad nikah dengan lagu yang melupakan dari Dzikrullah.
Berbeda dengan rebana dalam maulid, karena isi syairnya adalah shalawat, pujian pada Allah dan Rasul-Nya saw, maka hal ini tentunya tak ada khilaf padanya, karena khilaf adalah pada lagu yang membawa lahwun.Sebagaimana Rasul saw tak melarangnya, maka muslim mana pula yang berani mengharamkannya, sebab pelarangan di masjid adalah membunyikan hal yang membuat lupa dari Allah didalam masjid,Sebagaimana juga syair yang jelas – jelas dilarang oleh Rasul saw untuk dilantunkan di masjid, karena membuat orang lupa dari Allah dan masjid adalah tempat dzikrullah, namun justru syair pujian atas Rasul saw diperbolehkan oleh Rasul saw di masjid. Demikian dijelaskan dalam beberapa hadits shahih dalam Shahih Bukhari, bahkan Rasul saw menyukainya dan mendoakan Hassan bin Tsabit seraya melantunkan syair di masjid, tentunya syair yang memuji Allah dan Rasul-Nya.
Saudaraku, rebana yang kita pakai di masjid itu bukan lahwun dan membuat orang lupa dari Allah, justru rebana - rebana itu membawa muslimin untuk mau datang dan tertarik hadir ke masjid, duduk berdzikir, melupakan lagu - lagu non muslimnya, meninggalkan alat – alat musiknya, tenggelam dalam dzikrullah dan Nama Allah Swt, asyik ma’syuk menikmati rebana yang pernah dipakai menyambut Rasulullah saw, mereka bertobat, mereka menangis, mereka asyik duduk di masjid, terpanggil ke masjid, betah di masjid, perantaranya adalah rebana itu tadi dan syair – syair pujian pada Allah dan Rasul Nya, dengan meniru perbuatan para sahabat yaitu kaum Anshar radhiyallahu’anhum yang perbuatan itu sudah diperbolehkan oleh Rasul saw.
Dan sebagaimana majelis kita telah dikunjungi banyak ulama, kita lihat bagaimana Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh, justru tersenyum gembira denganhadroh majelis kita, demikian pula Al Allamah Alhabib Zein bin Smeth (Pimpinan Ma’had Tahfidhul Qur’an Madinah Almunawwarah). Demikian pula Al Allamah Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri (Pimpinan Rubat Tarim, Hadramaut) juga menjadi Dosen di Universitas Al Ahqaf Yaman. Demikian Al Allamah Alhabib Husein bin Muhamad Alhaddar, Mufti wilayah Baidha, mereka hadir di majelis kita dan gembira, tentunya bila hal ini mungkar niscaya mereka tak tinggal diam dan akan melarang kemungkaran di masjid, bahkan mereka memuji majelis kita sebagai majelis yang sangat memancarkan cahaya keteduhan melebih banyak majelis – majelis lainnya.
Mengenai pengingkaran yang muncul dari beberapa ulama adalah karena mereka belum
mentahqiq masalah ini, karena tahqiq dalam masalah ini adalah tujuannya, sebab alatnya telah dimainkan dihadapan Rasulullah saw yang bila alat itu merupakan hal yang haram mestilah Rasul saw telah mengharamkannya tanpa membedakan ia membawa manfaat atau tidak. Namun Rasul saw tak melarangnya, dan larangan Rasul saw baru muncul pada saat syairnya mulai menyimpang, maka jelaslah bahwa hakikat pelarangannya adalah pada tujuannya. Nah.. para ulama atau kyai ahlussunnah waljamaah yang melarangnya mungkin dimasa kehidupan mereka rebana dipakai hal yang mungkar dengan sorak - sorai dan tawa terbahak - bahak didalam masjid, maka mereka melarangnya
Thursday, August 11, 2011
Kedermawanan Rasul SAW di Bulan Ramadhan
Agustus 2011
Hadirin & hadirat yang dimuliakan Allah SWT, khususnya para habaib, para sesepuh, para ulama juga Dewan pimpinan Masjid Raya AlMunawar yang hadir di malam ini bersama kita KH. Ali Nurdin mata’anallahbihi
Kembali kita membaca riwayat Nabi kita Muhammad Saw
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ :كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَة
(صحيح البخاري)
Dari Ibn Abbas ra berkata: Bahwa Rasulullah saw adalah manusia yang paling dermawan, dan bahwa beliau saw lebih dermawan lagi dibulan Ramadhan, ketika sering dikunjungi Jibril (as) dan bahwa ia dikunjungi (Jibril as) setiap malam dibulan Ramadhan dan memperdalam Al Qur’an, dan Sungguh Rasulullah saw lebih dermawan terhadap perbuatan baik dari angin yang berhembus (sangat ringan dan cepat berbuat baik tanpa merasa keberatan)” (Shahih bukhari)
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْحَمْدُلِلهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذَا اْلجَمْعِ اْلعَظِيْمِ
ImageLimpahan puji kehadirat Allah Swt Yang Maha Luhur, Yang Maha Memuliakan hari – hari kita dengan tuntunan ma’rifat yang lebih indah dari sebelumnya dan semoga semakin indah di masa mendatang. Segala Puji atas Rahmat Allah Swt yang mengumpulkan kita dan mendapatkan keagungan Nya swt, yang paling kecilnya atau pada pengampunan-Nya. Segala puji Rahmat Allah Swt yang melimpahkan keberkahan bagi hamba – hambaNya di malam – malam bulan ramadhan ini.
Sudah kita lewati tadi sholat tarawih 20 rakaat, yang jumlah 20 rakaat itu berarti sujudnya berjumlah 40x. Malam ini kita telah melakukan 40x sujud kepada Allah Swt, maka apabila diteruskan selama sebulan maka akan berjumlah 1.200x sujud. Selamat datang wahai bulan seribu sujud, selamat datang wahai bulan yang dimuliakan Allah Swt, selamat datang wahai bulan harapan atas terkabulnya hajat pada Yang Maha Tunggal, selamat datang bulan pembersih kesedihan yang selama ini selalu menghinggapi sanubari kami. Selamat Datang Rahmat Allah Swt, selamat datang Rahmat Ilahi yang berlimpah zhahiran wa bathinan. Swlamat Datang hari pengampunan dan pembebasan kami dari api neraka. Itulah Janji Sayyidina Muhammad Saw
Hadirin & hadirat, bulan ramadhan adalah bulan yang wajib berpuasa di siang harinya, yakni bagi yang muslim, bagi yang sehat, bagi yang aqil baligh dan bagi yang tidak dalam keadaan safar karena kalau di dalam keadaan safar tidak diwajibkan berpuasa. Sebagaimana dalam madzhab Imam Syafi’I, syarat safar ada 2, yang pertama adalah sebelum subuh berangkat ke tempat tujuan dan yang kedua jarak perjalanan sudah lebih dari 82km (marhalahtain) maka dengan syarat safat tersebut boleh melakukan qashar pada sholat dan puasa ramadhannya boleh dibatalkan. Apabila Pergi ke bandung dengan jarak tempuh 100km & menetap selama 3 hari sementara berangkatnya pagi (sesudah subuh) maka tidak bisa kita buka puasanya di hari itu namun di hari esoknya (hari ke 2 & ke 3) baru dibolehkan untuk tidak berpuasa. Karena seluruh madzhab sudah sepakat bahwa jarak yg boleh jamak qashr adala marhalatain, yaitu 82km/lebih, pada pertanyaan waktunya safar itu berapa lama ? waktunya safar 6 hari. Pastinya atau lebih jelasnya secara syariahnya 4 hari selain hari datang dan hari pulang.
6 hari itu, misalnya datang hari senin maka dihitung senin, selasa, rabu, kamis, jum’at & pulang hari sabtu. Selama 6 hari itu boleh terus jamak sholat & boleh batal puasa (puasa kelak di qadha) apabila syarat perjalanan lebih dari 82km. Sementara apabila niat tinggal lebih dari 6 hari itu maka selesailah masa untuk jamak sholatnya dan masa boleh batal puasanya dg masuknya ia pertama kali pada hari pertama ke wilayah tujuannya.
Contohnya lagi rumah saya di daerah Depok, perbatasan dengan Jakarta hanya beberapa meter dari rumah saya, sementara saya kerja di Jakarta bagaimana hal ini ? berbeda wilayah namun hanya berjarak beberapa kilometer saja, boleh jamak shalat, berapapun jarak & waktu yang ditempuh namun sudah beda wilayah. Sementara Apabila masih di wilayah Jakarta, misalnya dari Jakarta Utara masuk ke Jakarta Barat maka tidak boleh menjamak shalat walaupun beberapa puluh kilometer jaraknya.
Hadirin & hadirat yang dimuliakan Allah, Jamak shalat disini hanya jamak saja bukan jamak qashar. Dan yang dapat di Jamak waktu shalat itu ada 2, yakni menjamak sholat waktu dhuhur ke waktu ashar atau ashar ke waktu dhuhur dan waktu maghrib ke isya atau isya ke waktu maghrib. Sementara shalat Subuh tidak dapat dijamak akan tetapi kalau kelewatan sholat subuh maka di Qadha namanya bukan dijamak. Jika perjalanan melebihi 82 km maka boleh jamak qashr.
Maka ketika ia sedang dalam keadaan safarnya itu, safar dunal maksiah, tapi safarnya ini adalah safar yang mubah atau safar yg bukan untuk hal dosa, Safar yang mubah itu adalah safar yang dibolehkan & tidak berdosa, sementara safar yang mendapat pahala yakni safar yang sunnah, seperti ziarah. Ziarah bukan bid’ah melainkan sunnah. Tapi karena haditsnya
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
(صحيح البخاري)
“Janganlah kalian berjuang memaksakan diri untuk berangkat ke masjid kecuali pada tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul saw, dan Masjid Al Aqsha” (Shahih Bukhari)
Yakni Tidak disuruh berangkat ke Masjid Sunan Bonang, Sunan Ampel atau Sunan Kalijaga & Nabi Saw hanya menyebutkan 3 masjid. Dalam hal ini Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalani didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan tetang hadits tersebut yang dimaksud adalah ziarah masjidnya bukan ziarah makamnya.
Hadirin & hadirat, semua masjid sama kecuali 3 masjid tadi yakni Masjidil Haram, Masjid Al Aqsa, Masjid Nabawi. Cuma 3 masjid sementara masjid yang lain sama. Saya mau berangkat ke masjid keong mas, maka sama pahalanya dg shaalat di masjid lainnya selain 3 mashid agung diatas, pahalanya sama juga tapi kalau niatnya untuk ziarah maka hal ini berbeda, demikian yang dikatakan oleh Imam Ibn Hajar. Misalnya Saya datang ke masjid Sunan Ampel bukan mau ke masjid Sunan Ampelnya tapi ziarah ke Sunan Ampelnya itu diBolehkan. hadirin & hadirat yang dimuliakan Allah. Misalkan lagi Saya mau pergi ke Yordan, saya mau pergi ke Mu’tah untuk ziarah ke masjid sayyidina Jakfar bin Abi Thalib ra untuk singgah ke masjidnya Imam Ja’far bin Abu Tholib yang makamnya ditengah masjid, hal itu dibolehkan karena mau ziarah ke Sayyidina Ja’far bin Abu Tholibnya bukan ke masjidnya,
demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah. Jadi kadang – kadang orang itu memahami hadits sepotong – sepotong saja.
Nah demikian itulah yang disebut safar sunnah. Ada yang disebut safar wajib, safar wajib seperti jihad fisabilillah. Ada pula yang disebut safar makruh, apa itu safar makruh ? yaitu safar sambil menjual barang – barang yang makruh, barang makruh ada banyak. Ada safar yang haram yaitu safar sambil menjual barang – barang yang haram. Kalau barang – barang yang haram nggak usah kita sebutkan, seperti jual senjata tajam, jual bom dll, nah semua itu tak bisa kita jamak shalatnya walaupun safarnya jauh, tidak pula bisa tidak puasa dg alas an safar, kecuali jika untuk safar yg mubah, sunnah dan wajib. .
Hadirin & hadirat hal ini perlu dibahas namun sebelumnya saya meminta Maaf kepada saudara – saudariku bahwa kaki saya agak sedikit kambuh jadi kalau bicara saya miring kesini & miring kesana
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Saya menyarankan pada saudara – saudariku yang kucintai, yang kumuliakan, adik – adikku yang InsyaAllah selalu bersamaku didalam keluhuran dunia dan akhirat. Hindarilah di bulan Ramadhan dari pada pemakaian petasan. Saran dari orang yang sangat menyayangimu dunia dan akhirat. Apabila nasib saya di neraka maka kalian di sorga. Tapi kalau saya masuk sorga, tak satupun dari kalian yang kulupakan sebelum kalian sampai ke sorgaNya Allah.
Jadi hindari pemakaian petasan, kalau bisa tidak usah digunakan. Hal Ini sesuai dengan haditsnya yang kita baca bahwa Nabi Saw itu adalah orang yang paling dermawan dan paling dermawan di bulan ramadhan dan beliau itu dermawannya seperti angin yang berhembus, kalau angin berhembus itu tak peduli siapa yg beliauberi dan tak mengingat ingatnya, mungkin lupa, dulu kamu pernah memberi saya, nggak tau saya lupa, demikian dermawannya Rasul saw, .dermawannya seperti itu, seperti angin cepatnya. Cepat sekali.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Masalah petasan nih, gimana kalau kita bersedekah aja. Kenapa?,.masalahnya saudara – saudariku, yg senang dan terhibur kan Cuma kita sendiri, beda jauh dg sedekah, orang lain yg mendapat manfaat banyak darimu daripada pahala, dan tidak menngganggu orang lain. Tapi kalau petasan, kalian yang senang, orang lain yang terganggu apalagi kalau sudah sepuh (lanjut usia, lain lagi kalau orang yg bangunkan sahur orangnya tak bangun bangun, apalagi kalau sudah setengah lima belum bangun maka dibunyikan ditelinganya…. (dg Nada canda)
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Agar kalian ketahui, membangunkan orang sahur itu biar saja bangun sendiri tanpa perlu petasan jam 2, setengah 2, setengah 3, maka biarkan saja. Mau sahur nggak sahur, jam 4 dibangunkan, kini semua rumah sudah ada alarm, beda dg dulu.
saudara – saudariku, maafkan saya karena ada sedikit kaget kalau dengar petasan itu sedih. Kenapa ? karena Ayah saya meninggal sebab dengar suaraletusan petasan. Ayah saya itu kalau dalam perhitungan hijriyahnya wafat pada 19 sya’ban tapi kalau masehinya makam tahun tahun 1996 atau 1997 beliau memiliki penyakit jantung. Disuatu waktu tetangga sebelah membakar peytasan dan beliau memegang dadanya berkali kali dan kesakitan kerena keget, setelah letusan itu berkali2, maka beliau meninggal.
Saya tak jumpa dg almarhum dan tak menyaksikan pemakamannnya, karena masih sekolah di hadramaut, pulang tahun 1998 cuma lihat pusaranya saja.
hadirin – hadirat, jadi kalau saya mendengar petasan maka miris hati saya karena Ayah saya dulu wafat gara – gara benda ini. Tapi jangan dijadikan patokan hukum ya ,jangan karena sebab kisah tadi maka kalian katakana pada orang2 bikin petasan itu haram.. yang haram adalah mengganggu masyarakat, .cuma saran saya lebih baik kumpulkan dananya untuk para fuqara agar para fuqara supaya nggak memikirkan ketupat saja. 10 hari sebelum ramadhan udah mikirin ketupat belum dibeli, nggak usah repot, nih dananya sudah siap..!, Cuma biasanya kalau ramadhan banyak fuqaranya, berjejer dijalanan, kenapa nih? Kemarin duduk disini sekali lewat ada yg beri 10.000, 20.000, saya berhenti dulu jadi tukang gado gado, ngemis aja dibulan ramadhan, untungnya lebih besar, tapa pake modal pula.., duh jangan sampai begitu, .demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.
mennyalakan petasan, berbeda kalau dalam perayaan maulid, atau ada acara besar, yah, masih bisa dimaklumi, walau saya tetap kurang suka, namun karena sudah lumrah maka masih bisa diterima dan difahami, dan semua orang juga tahu ada acara disitu, tapi kalau tengah malam, setengah 2 malam, setengah 3, membangunkan sahur tiap hari disiksa dengan itu, malam lebaran mati..! (nada canda). Tiap hari disiksa benda itu lantas pada puncaknya habis.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, selanjutnya kita dengarkan sekaligus kita renungkan khutbahnya Rasulullah Saw di akhir bulan sya’ban, beliau bersabda
Khutbah ini riwayatnya lemah tetapi telah diriwayatkan lebih dari 25 riwayat dan ditemukan juga di Musnad Ahmad, mustadrak ala shahihain, di shahih lainnya, kalau dipecah – pecah riwayat dhoifnya haditsnya…..shahih. Tapi kalau dipadu belum ada hadits yang meriwayatkan paduan ini, kecuali riwayatnya dhoif.
Wahai ………manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, bulan yang penuh keberkahan, bulan yang padanya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah jadikan puasa wajib pada siang harinya, Allah jadikan shalat malamnya sunnah. Barangsiapa yang mendekat kepada Allah dengan segala hal yang baik maka sama dengan hal – hal yang fardhu. Dikatakan oleh Allah yang melakukan sunnah di saat itu pahalanya sama dengan menunaikan hal yang wajib. Barangsiapa yang mengerjakan hal – hal yang fardhu di bulan ramadhan maka pahalanya 70x lebih besar daripada di bulan-bulan lainnya. Mau sholat subuh sama dengan 70x sholat subuh, mau sholat dhuhur sama dengan 70x sholat dhuhur. Demikianpula Hal – hal yang sunnah pahalanya sama dengan hal – hal yang fardhu. dIalah bulan sya’ban, dialah bulan ampunan dari Allah yang balasannya adalah sorga, dialah bulan untuk berderma. Hari dimana Allah Swt mensucikan orang – orang mukmin, orang – orang muslim di bulan ramadhan. Barangsiapa yang memberikan hidangan buka puasa maka baginya ampunan atas dosa – dosanya dan dibebaskan ia daripada api neraka. Semoga kita diantara mereka, amin. Dan ia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, yang diberi makan itu tanpa dikurangi sedikitpun pahalanya. Kalau orang puasanya setengah – setengah, pahalanya 50% , tapi kalau orang yang memberi makan yang puasa pahalanya bukan 50% melainkan 100% pahalanya. Urusan kekurangan makanan itu ditanggung sendiri,namun ia yg menafkahinya ia sempurna pahalanya
( Maka berkata para sahabat ) Tidak semua dari kita mampu untuk memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, maka Nabi Saw bersabda kalau Allah memberikan pahala bagi mereka yang memberikan buka puasa pada orang yang berpuasa ramadhan ini walau hanya sekedar sebutir korma atau segelas air atau hanya sedikit makan. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, barangsiapa yang meringankan pada para pembantunya maka Allah mengampuni dosa – dosanya, demikian Imam Ibn Hajar Al Atsqalani menjelaskan. Misalnya Hadirin – hadirat, yang punya pembantu, kalian adik – adik, mungkin ibumu punya pembantu dirumahmu janganlah bersikap galak dengan pembantumu karena di bulan ramadhan Allah menjanjikan pada sabda Nabi ringankan bebannya.
Saudara – saudariku yang kumuliakan, Rasul Saw bersabda melanjutkan khutbahnya: .perbanyak padanya 4 hal yaitu 2 hal yang diridhoi Allah dan 2 hal yang kalian tak mampu mendapatkannya kecuali dari kedermawanannya,. 2 hal yang membuka kerdihoan Allah adalah ucapan asyhaduala laa ilaaha ilallah, dan istighfar
(astaghfirullah) dan dua hal yg kita tidak mampu mendapatkannya kecuali dari Allah adalah meminta sorga dan minta dijauhkan dari neraka, (ucapa asyhadul alla ilaaha illallah, astaghfirullah, nas’alulaljannata wanaudzubikaminannaar), barangsiapa yang memberikan minuman, makanan jamuan kepada yang berpuasa maka ia tidak akan merasa haus selama – lamanya sampai ia masuk sorga.
Kita bermunajat, Ya Rabbiy di hari pertama dan di malam kedua bulan ramadhan ini, kami bermunajat kepada-Mu, malam ini yaitu malam di hari senin yang pertama di bulan ramadhan ini, kami berdoa kepada-Mu semoga Kau limpahkan maghfirah (ampunan) dan kabulkan hajat kami Ya Allah, amin. Bagi kami yang masih berputus asa dari memohon kepada-Mu bangkitkan harapan kami Ya Allah, ramadhan ini..ramadhan ini..ramadhan ini..jadikan tersingkirnya segala musibah, Kau selesaikan segala hajat kami dan berikan segala kemudahan dhahiran wa bathinan. Rabbiy jaga kota kami, Rabbiy jaga bangsa kami, dari musibah, dari bencana alam dari musibah – musibah yang besar & ganti dengan limpahan hujan hidayah,
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Katakanlah bersama – sama……..
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ... يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ
Hati yang berani kepada-Mu, hati yang penuh dengan sangka buruk pada-Mu, hati yang percaya pada-Mu, hati yang rindu pada-Mu dan Engkau Maha Melihat, Engkau Maha Tahu, Engkau Maha Mendengar, jangan biarkan kami didalam kesusahan, izinkan kami memanggil Nama-Mu, runtuhkan semua musibah,
يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ...لَاإِلهَ إِلَّا الله... لَاإِلهَ إِلَّا الله... لَاإِلهَ إِلَّا الله... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita terus bekerjasama dengan para aparat keamanan dan juga masih banyak ditemukan jamaah kita yang masih belum memakai helm. Jadi helmnya dipakai kalau majelis, dijaga nama baik majelis kita. Kita berikan contoh pada mereka bukan mengikuti mereka tapi kita jadi contoh, jadi yang memiliki helm pakailah, yang belum mempunyai helm segera kalau ada rezki untuk di beli.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
jagalah kepala kita ini jangan sampai celaka. menjaga amanahnya Allah akan dapat pahala. Helm dimana – mana standar SNI, kita Majelis Rasulullah pinjam 100 juta untuk beli 1.000 helm, ……sudah lunas ……….untuk supaya harganya dibawah standar daripada harga yang dipasaran, kita beli langsung ke pabriknya supaya tidak terlalu mahal dan harganya standar tapi tetap standar SNI. Bagian personil Kios Nabawi pernah saya tanya “helm, di malam nisfu sya’ban di monas laku berapa?”, “lumayan bib, laku 3 buah (jamaah tertawa, karena habib menunjukkan wajah yg aneh, ratusan ribu yg hadir majelis nisfu sya;ban malah helm yg laku Cuma 3 buah saja)” yang punya kemampuan beli silahkan beli dimana saja dan jaga nama baik Majelis Rasulullah Saw. Alhamdulillah… yang paling laku jaket, sebulan sampai 1.000 jaket, MasyaAllah!! Sementara helm hanya 3, bagaimana kalau saya instruksikan masuk ,asjid harus pakai helm…………!maaf cuma becanda..
Jadi hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, kita harus jadi panutan, itulah pemuda, makanya begitu pemuda bergerak yang lain bergerak. Sumpah pemuda juga itu penggerak pemuda sebagai pelopor. orangtua dibelakang ketinggalan,. kalau pemuda itu kan menerobos ke depan……….untuk memberi contoh yang lebih baik. Rukun, aman, tertib, seperti kita ahlussunnah wal jamaah banyak, muslim juga tapi kita tidak dengan perbuatan anarkis……………….itu lebih jahat tuh. Itu kalau 1 bunyi door!, dor nya mereka itu menyamai 1000 petasan, dan darimana mereka mendapatkan itu?, ya dari tukan petasan yg dijual orang kita juga, 1.000 petasan itu rubuh rumah.
Jadi hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, jangan bukakan kesempatan, mumpung petasan rame dibeli petasan banyak, jadilah bom – bom yang siap untuk diledakkan dimana pun. Yang disalahkan orang – orang muslim, peci – peci putih bermain petasan. Dari petasan itu menimbulkan bahan peledaknya yang lebih bahaya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, saya tidak akan membahas petasan ini lebih panjang. Malam selasa yang akan datang majelis akan dimulai pada pukul 20.45wib, biasanya 20.30wib. tapi kita mundur 15 menit untuk memberi kesempatan orang tarawih. Jadi orang masih tarawih majelis sudah mulai, akhirnya nggak tarawih, jangan begitu ya. Jadi kita mulainya 20.45wib. atau 20.50wib kita mengikuti Masjid Almunawar, demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah.
beberapa hari lagi, sekitar 2 minggu lagi, acara Haul Ahlul Badr dan Nuzulul Qur’an serta sekaligus dipadu dengan doa di malam kemerdekaan. Ada apa doa di malam kemerdekaan ? 17 Agustus 1945 itu tepat pada 17 ramadhan dimasa itu, jadi kita merayakan hari kemerdekaan, di istiqlal insya ALLAH, jadi bagian dari Haul Ahlul Badr, bagian dari Nuzulul Qur’an. Tempatnya dimana? Yg jelas gratis, .dimana?, kalau di geora bung karno bayar karcis. Kita mau bikin di Monas, tidak bisa Karena malam 17 Agustus itu, ring 1 banyak tenda – tenda tentara, jadi kita mengadakannya di Masjid Istiqlal. Malam 17 Agustus 2011 insyaAllah di Istiqlal. Kabar sudah sampai dari Guru Mulia Al Musnid AlHabib Umar bin Muhammad bin Hafidz dan beliau gembira, kenapa? Karena waktunya sama, 1 ramadhan disana (tarim, Yaman) 1 ramadhan disini, jadi malam 17 ramadhan disana malam 17 ramadhan disini. Beliau bergembira dengan acara kita, insyaAllah acara kita sukses.amin.
Selanjutnya qasidah penutup dan demikian saudara – saudariku yang kumuliakan, selanjutnya doa penutup oleh fadhilatul sayyid AlHabib Hud bin Muhammad bagir alattas, tafadhol masykuro.
Subscribe to:
Posts (Atom)