Habib Munzir Almusawa www.majelisrasulullah.org
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
(صحيح البخاري)
“Wahai Allah, jadikan kami mencintai Madinah, seperti kami mencintai Makkah atau lebih dari mencintai Makkah.” ( Shahih Al Bukhari )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha menyambungkan rantai keluhuran, kebahagian dan rahmat-Nya sepanjang waktu dan zaman, dengan putaran roda kehidupan yang terus berputar tiada berhenti, dan roda kehidupan itu terus bergulir dan mendekat kepada kematian, bergerak dari waktu kelahiran dan akan berhenti saat nafas yang terakhir dihembuskan, setiap putaran kehidupan itu melewati kenikmatan dan kesedihan,
kesedihan adalah sebagai sarana untuk sabar, tabah dan bersyukur , sebagaimana dikatakan oleh sayyidina Umar bin Khatthab RA dalam kitab Al Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al Bukhari : Aku bersyukur atas musibah karena 3 hal, yang pertama karena musibah tidak datang pada aqidahku, padahal Allah Maha Mampu memberikan musibah itu namun Allah tidak memberikannya. Kedua, Allah subhanahu wata’ala mampu memberi musibah yang lebih besar namun Allah tidak memberikannya. Ketiga, Allah jadikan setiap musibah sebagai penghapus dosa. Jadi walaupun kita tidak senang dengan musibah ( tidak ada yang senang dengan musibah, semua manusia menginginkan kenikmatan), namun jika datang musibah hiburlah dengan mengingat bahwa Allah Maha Mampu memberi musibah yang lebih besar dari itu dan ingatlah bahwa musibah yang menimpamu sedang mengikis dosa-dosamu, yang mana jika dosa itu tidak terkikis maka dosa itu akan membawa musibah yang lebih besar di alam kubur dan di akhirat. Di saat kita dalam kenikmatan maka perbanyaklah untuk bersyukur karena dengan bersyukur akan bertambah kenikmatan yang lebih besar lagi, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
( إبراهيم : 7 )
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 )
Kenikmatan begitu banyak diantaranya berupa kenikmatan melihat, mendengar, berbicara, dan lainnya dari segala bentuk kenikmatan, itulah bentuk anugerah Ilahi yang tidak pernah berhenti diberikan kepada hamba-hamba-Nya, kepada mereka yang baik, yang shalih, yang fasik, yang dzalim, dan yang jahat tanpa terkecuali, namun tentunya berbeda pandangan Allah terhadap hamba yang jahat dan yang baik . Berbeda di sisi Allah antara hamba yang melewati hidupnya hanya untuk makan dan minum saja atau hanya untuk hal keduniawian saja, dengan hamba yang melewati hidupnya dengan penuh kerinduan kepada Allah, hamba yang melewati hidupnya dengan indahnya majelis dzikir. Dan penuntun termulia dari kesemua kemuliaan adalah sayyidiana Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka kita fahami bahwa tempat yang paling dicintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Madinah Al Munawwarah. Tempat yang paling dimuliakan adalah Makkah Al Mukarramah namun tempat yang paling dicintai nabi Muhammad adalah Madinah Al Munawwarah, dalilnya adalah hadits yang tadi kita baca, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi.”
Bahkan meminta leebih dari kecintaannya terhadap Makkah, maka hal ini menunjukkan bahwa cinta sangat diizinkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan dilantunkan dalam doa untuk mencintai Madinah Al Munawwarah lebih dari Makkah Al Mukarramah, meskipun Makkah adalah wilayah haram yang termulia namun yang tercinta adalah Madinah Al Munawwarah. Hal ini juga terbukti dari doa sayyidina Umar bin Khatthab RA dalam riwayat Shahih Al Bukhari :
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي الشَّهَادَةَ فِي بَلَدِ نَبِيِّكَ
" Wahai Allah berilah aku mati syahid negeri Nabi-MU "
Mengapa sayyidina Umar tidak meminta agar wafat di Makkah? karena sayyidina Umar ingin jasadnya berdampingan dengan jasad rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam demi cintanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Allah subhanahu wata’ala menjadikan medan Madinah Al Munawwarah sebagai tempat berkumpul para sahabat dalam perjuangan dakwah Islam, yang disaat itu meluas di Madinah hingga ke segala penjuru, sedangkan dakwah di Makkah tidak meluas, padahal Madinah tidak memiliki kelebihan dibandingkan Makkah yang termasuk kota para nabi dan rasul. Makkah adalah kota nabi Ibrahim, nabi Isma’il, dan lainnya, sedangkan Madinah tidak mempunyai sejarah para nabi, namun Madinah adalah kota para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Di saat penduduk Makkah membenci dan mengusir nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wilayah-wilayah lainnya tidak mau menerima nabi Muhammad dan para pengikutnya untuk datang kepada mereka, karena jika mereka datang maka pasukan quraisy akan mneyerang mereka, namun kota Madinah membuka pintu seluas-luasnya untuk sayyidina Muhammad dan para pengikutnya. Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, saat Fath Makkah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke Makkah Al Mukarramah, maka orang-orang Madinah bersedih dan menangis, dan tersebar ucapan bahwa rasulullah telah pulang ke kampung halamannya, yaitu Makkah Al Mukarramah. Maka rasulullah dikabari oleh Jibril AS akan hal ini, lalu Rasulullah berkata :
كَلاَّ إِنِّي عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ هَاجَرْتُ إِلَى اللهِ وَإِلَيْكُمْ اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَالْمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ
” Sungguh tidak, aku ini hamba Allah dan RasulNya, aku hijrah kepada Allah dan kepada kalian hidupku bersama kalian, dan wafatku bersama kalian “
Maka mereka pun memeluk nabi dan menangis karena haru dan gembira. Kampung halaman rasulullah bukanlah tempat kelahirannya, namun kampung halaman beliau adalah tempat para pecinta beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga Jakarta menjadi kota pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, amin.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering melakukan ziarah di malam hari ke pemakaman Baqi’ yang berdekatan dengan Masjid An Nabawy. Diatara para sahabat yang dimakamkan disana adalah sayyidina Abbas bin Abdul Mutthalib Ra, sayyidatuna Fathimah Az Zahra’ Ra, dan para sahabat besar lainnya dan juga dimakamkan disana beberap syuhada’ Uhud.
Satu hal yang perlu kita ketahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika wafat beliau meninggalkan 120.000 sahabat. Dijelaskan oleh guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh bahwa dari 120.000 sahabat rasulullah, hanya 10.000 sahabat yang dimakamkan di Madinah Al Munawwarah, maka kemana 110.000 sahabat yang lainnya?!. Mereka semua menyebar ke seluruh penjuru barat dan timur untuk menegakkan syiar “Laa ilaaha illallah Muhammadun Rasulullah”. Jelaslah bahwa perjuangan para hamba yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah ditentukan oleh Allah dengan tinta emas, mereka menjadi pahlawan di seluruh penjuru barat dan timur, kemana pun mereka pergi mereka menjadi pahlawan luhur karena mereka membawa risalah nabawiyah yang diajarkan oleh sang nabi dari Allah subhanahu wata’ala. Maka perbanyaklah doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau pun berdoa dengan doa ini :
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kecintaan kami terhadap Makkah atau lebih cinta lagi.”
Yang mana di Madinah Al Munawwarah terdapat makam rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tempat berjuangnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tempat bersatunya kaum Muhajirin dan kaum Anshar, yang dakwah mereka meluas hingga ke wilayah-wilayah lainnya di berbagai penjuru, dan pusat dari perluasan dakwah itu adalah di Madinah Al Munawwarah.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Saya tidak berpanjang lebar dalam menyampaikan tausiah, dan saya menyampaikan salam dari guru mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, kita bertemu di Dubai menuju Kairo, lalu saya meneruskan ke Jeddah dan beliau melanjutkan ke Maroko. Dan diantara wejangan yang banyak beliau sampaikan adalah agar kita semakin mempersatukan diri dalam perjuangan dakwah dan kedamaian karena negeri-negeri lain banyak yang dihantam dan berpecah belah karena kaum muslimin terpecah belah. Jadi kita selalu berusaha untuk menyatukan diri, meskipun berbeda pakaian, berbeda pendapat, berbeda partai misalnya , berbeda pekerjaan atau yang lainnya maka jangan sampai semua itu memecah belah persatuan ummat Islam. Kita berusah untuk menjadi penyatu dalam perpecahan ini dan berjuang dalam aktifitas kita masing-masing dengan pekerjaannya, sekolahnya dan lainnya, sedikit demi sedikit kita membenahi umat ini karena dalam waktu dekat atau lambat Indonesia akan menjadi negeri kebanggaan muslimin di seluruh dunia. Dan diantara yang disampaikan beliau adalah bahwa beliau tidak bisa datang ke Indonesia kecuali 1 tahun sekali saja. Jadi Multaqa Ulama’ di bulan Rajab , mungkin wakil beliau yang akan datang. Dan ketika itu saya sempat memperlihatkan trailer Maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di Monas bersama para ulama’ dan bapak presiden dan para menteri, melebihi 2 juta muslimin muslimat yang datang dari segala penjuru, dan kebetulan trailer itu ada di handphone disaat beliau me)lihat trailer itu beliau mengucapkan : “Laa ilaaha illallah, Ad Dzikr ‘azhiim, Ad Dzikr ‘azhim, Ad Dzikr ‘Azhim ( sungguh dzikir itu agung”, namun bukan berarti tidak perlu beraktifitas, tidak perlu bekerja atau sekolah dan lainnya, namun kita tetap dalam aktifitas kita masing-masing dan tidak lupa berdzikir untuk mempertenang hati dan hati tidak akan tenang jika permasalahan tidak selesai, berarti dzikir itu menyelesaikan masalah kita karena dengan dzikir tenanglah hati kita. Dan diantara hal yang disampaikan oleh beliau adalah tugas yang diberikan kepada saya dan teman-teman seperjuangan untuk lebih giat lagi agar mempercepat munculnya kedamaian di wilayah dan bangsa kita. Beberapa hari yang lalu kita mendengar musibah yang menimpa negeri yang paling maju dalam bidang elektronik, dimana musibah itu menghabiskan 50 kota, dan setelah kejadian ini secara logika alat-alat elektronik akan merosot, maka pasaran produk dari Indonesia dan negeri-negeri berkembang yang terhambat atau terinjak selama ini akan mulai meningkat. Matahari kemakmuran akan segera muncul insyaallah. Kita berdoa dan bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga mempercepat kemakmuran di wilayah kita dan mengabulkan seluruh hajat kita, dan menghapus dosa-dosa kita, Ya Allah jangan sisakan seluruh wajah ini kecuali Kau pastikan semua kami wafat dalam Husnul Khatimah, jika akan datang kepada kami musibah maka singkirkan seluruh musibah sebelum datang kepada kami, dan lipatgandakan seluruh kenikmatan sebelum kenikmatan itu datang..
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
No comments:
Post a Comment