Thursday, January 21, 2010

Spiritualitas Jilani untuk Semua Agama


Judul Buku: Jila’ al-Khatir
Penulis: Syeikh Abdul Al-Qadir Jilani (wacana-wacana kekasih Allah)
Penerjemah: Luqman Hakim
Penerbit: Marja (Bandung) Oktober 2009.
Tebal: 264 Halaman.
Harga 45.000

Selama ini Abdul Qadir al-Jilani dikenal sebagai sufi (spiritual) muslim tradisional, tetapi melalui Jila-al-khatir ini pesonanya berubah 180 derajat. Ia bukan seorang sufi eskapis dan sektarian, melainkan seorang motivator, spiritualis dan universalis. Sebuah buku dahsyat yang akan mengubah kehidupan spiritualitas berubah seketika. Sebuah buku yang akan membawa kita kepada kesadaran etos kerja, kemandirian dan pemikiran positif untuk meraih kebahagiaan hidup di masa krisis sekarang ini. Layak dibaca oleh pemeluk agama manapun.

Para pecandu spiritual di kalangan Islam baik mazhab Sunni maupun Syiah sepakat bahwa Abdul Qadir Jilani adalah manusia spiritual yang mencapai hal dan maqam spiritual yang tidak pernah dicapai sufi lainnya. Puncak spiritual sufisme yang paling fenomenal ialah munculnya jargon, "kakiku berda di atas leher setiap sufi,” yang berarti bahwa dia adalah seorang tokoh spiritual paling top sepanjang sejarah kehidupan umat manusia.

Sang fenomenal inilah yang kemudian menarik perhatian kalangan ilmuwan di Eropa. Sejak tahun 1920 hingga kini, tak henti-hentinya para peneliti membongkar manuskrip tentang pemikiran dan jalan sufi Abdul Qadir Jilani. Para peneliti itu kebanyakan melihat sosoknya sebagai seorang spiritualis sejati yang memiliki keunikan mampu melepas dari kontroversi lintas mazhab: Ini yang membedakan Abdul Qadir dengan sufi radikal lainnya semisal Siti Jenar atau al-Hallaj.

Jila’ al-Khathir yang diterbitkan Isytar Press, Baghdad 1989 ini sekarang hadir ke tengah-tengah kesibukan kita. Memang sudah banyak buku atau kitab klasik yang mengulas pemikiran dan biografi Abdul Qadir, tetapi buku ini belum lengkap jika diabaikan. Buku ini memuat 40 manuskrip spesial dari Abdul Qadir Jilani yang memiliki sejumlah keunggulan seperti, rasionalitas pemikiran tentang konsep ketuhanan, empirisme praktik spiritualitas dan nilai universalitasnya.

Kalau selama ini sosok Jilani dianggap sebagai sufi tradisional abad pertengahan yang jauh dari nilai rasional, buku ini membuktikan lain. Mungkin karena pemikiran yang beredar selama ini cenderung disajikan dalam kemasan Islam tradisional dan kebanyakan diapresiasi oleh golongan Islam marjinal, maka buku ini sungguh menampilkan wajah Jilani yang lain, wajah Jilani yang modernis dan universalis.

Apa relevansinya Jila’ al-Khatir untuk kita semua?

Pertama, terletak pada nilai motivatornya. Tren modernitas yang kini menghadirkan pemikiran inklusif di setiap bidang memang sarat dengan nilai-nilai motivasi hidup. Dari sisi sosial-ekonomi hal ini bisa dimaklumi karena memang kondisi krisis selalu membutuhkan motivasi untuk bangkit. Wacana spiritualitas yang selama ini dikembangkan oleh banyak orang ternyata cukup banyak memberi kontribusi bagi masyarakat untuk bangkit. Sosok Mario Teguh dan beberapa motivator lainnya bisa menjadi contohnya. Jilani dengan universalitas spiritualnya akan membawa kita pada laku etik yang penuh kebajikan dan selalu mengarahkan pada sikap kemandirian, sikap dermawan dan sikap peduli pada sesama dengan pilar kasih-sayang.

Kedua, Jilani oleh para pengamat spiritualis Barat dianggap sebagai pengusung ide sufi (spiritualitas) yang tidak sektarian. Sekalipun ia seorang muslim yang taat, tetapi ternyata melalui Jila al-Khatir ini Jilani adalah seorang genius yang secara implisit ingin memberikan kontribusi pemikiran kepada non muslim. Wacana cinta sesama dan kiat menggapai spiritualitas ketuhanan yang ditulisnya sangat relevan untuk golongan agama manapun.

Ketiga, Jilani memiliki keunggulan karena mampu melepaskan jerat determinasi sosial-politik yang berkembang di masa hidupnya. Pemikiran-pemikiran dalam buku ini sungguh sangat menarik karena memperlihatkan kemampuan spiritualitas Jilani yang tidak terpengaruhi kehidupan masa itu sehingga saat kita baca sekarang pun masih terasa hangat dan bisa kita cumbui secara mesra untuk meraih nilai spiritual kehidupan di masa krisis sekarang ini.

Jila’ al-Khatir. Bukanlah strategi melarikan diri dari kenyataan (eskapisme) melainkan strategi spiritual yang akan membawa kita ke dalam kehidupan yang positif. Selamat menikmati.

Arifin Hakim, Alumni Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tinggal di Cirebon


No comments: