1.Sang Pelita (As-Siraj) tampak dan tercerah dari Cahaya Keghaiban,ia terpancar dan (tampak) kembali, dan melampaui pelita-pelita lain.Ia rembulan yang cerlang, yang menampakkan kecemerlangannya lebih dari bulan-bulan lain. Ia bintang yang graha perbintangannya di Langit „Azaly. Allah menyebutnya „ummi (awam) atas dasar keterpusatan aspirasinya,juga harami (suci) disebabkan kelimpahan syafa‟atnya,dan makki (pusat) karena kedekatannya di Hadirat-Nya.
2.Dia (Allah) lapangkan dadanya, Dia tingkatkan kekuatannya, dan mengangkatnya dari beban “yang memberati punggungnya” (Q. 94: 2 -3) serta Dia tetapkan kewenangannya. Sebagaimana Allah membuat „Badr‟nya terpancar, demikianlah purnamanya muncul dari awan Yamamah, mentarinya terbit di bukit Tihamah [Makkah],dan pelitanya bersinar gemerlap dari sumur Karamah (Zamzam)
3. Ia tidak menyampaikan sesuatu kecuali yang menyangkut pandangan (bashirah) batinnya,dan tidak mewajibkan diikuti keteladanannya kecuali yang menyangkut kebenaran Sunnah-nya. Ia berada di Hadirat Allah, dan ia mengajukan yang lain ke Hadirat-Nya.Ia telah „melihat‟ (Kebenaran), lalu ia sampaikan apa yang dilihatnya. Ia telah diutus sebagai sang Pemberi Tunjuk, maka ia menggariskan batas (halal-haram) perilaku.
4.Tidak seorang pun mampu mengungkapkan kebenaran maknanya kecuali sang Tulus Hati (Al-Amin) ini. Karena ia menegaskan ke-syahid-annya, serta mengiringkannya,maka tiada lagi tersisa perbedaan di antara kaumnya.
5.Tiada seorang arif ( „irfan) pun yang merasa „kenal‟ padanya, yang tidak keliru mengenali kebenaran kualitasnya. Kualitasnya hanya jelas kepada seseorang yang Allah bimbing untuk menyingkap (kasyf) tabirnya , “ Yaitu yang telah Kami berikan kepadanya Kitab,mereka mengenalinya seperti mengenali anak-anaknya. Namun, sebagian mereka menyembunyikan kebenarannya, padahal mereka mengetahui.” [Q. 2: 146]
6.Segenap cahaya nubuwah berasal dari cahayanya, dan cahayanya tercerahkan dari Cahaya yang Gaib.Di antara cahaya-cahaya itu tidak ada yang lebih gemerlap, lebih nyata atau lebih mutlak dari cahayanya sang Junjungan Semesta Rahmat ini.
7. Aspirasi (himmah)-nya mendahului segenap aspirasi lain, adanya mendahului
„Tiada‟ („Adam),namanya mendahului „Pena‟ (Qalam), sebab keberadaannya terdahulu ada sebelum apa pun.
8.Tidak pernah ada di atas semesta atau di luar semesta, tidak juga di balik semesta, sesuatu yang lebih indah, lebih agung, lebih bijak, lebih adil, lebih kasih, lebih taat atau lebih takwa, yang lebih dari sang Tokoh Utama ini.Gelarnya adalah sang Junjungan Makhluk,namanya adalah Ahmad, dan harkatnya adalah Muhammad. Perintahnya penuh kepastian, hikmahnya penuh kebaikan, sifatnya penuh kemuliaan, dan aspirasinya penuh keunikan.
9. Maha Suci Allah! Adakah yang lebih nyata, lebih tampak, lebih agung, lebih masyhur,lebih kemilau, lebih perkasa ataupun cendekia, yang lebih darinya? Ia
– sungguh – telah dikenal sebelum penciptaan sesuatu, yang ada, juga semesta. Ia senantiasa diingat sebelum adanya „sebelum‟ dan setelah adanya „setelah‟,juga sebelum ada substansi dan kualitas.Substansinya adalah cahaya semata, ucapannya adalah nubuwah, hikmahnya adalah wahyu, gaya bahasanya adalah Arab,kesukuannya adalah “tiada Timur dan tiada Barat” [Q. 24: 35], silsilahnya adalah garis kebapakan, misinya adalah damai, dan sebutannya adalah „ummi (awam).
10.Segenap mata terbuka dengan isyaratnya, segenap rahasia dan segenap jiwa terasa dengan kehadirannya yang ada. Adalah Allah yang membuatnya fasih menghafalkan rangkaian Firman-Nya, dan menjadi Bukti (Al-Hujjah) yang meneguhkannya. Juga Allah yang mengutusnya, dan ia adalah Bukti – senyatanya Bukti. Adalah ia yang memuaskan dahaga hati pedamba yang kehausan, yang tidak tersentuh apa pun, tidak terkatakan lidah, tidak juga terekayasa, yang „menyatu‟ dengan Allah tanpa terpisahkan, bahkan jauh di luar jangkauan pikiran. Pokoknya ia yang mengabarkan adanya akhir, dan akhirnya akhir, serta akhir-akhirnya akhir.
11. Ia singkapkan awan, dan menunjuk ke Rumah Suci (Bayt al-Haram). Ia adalah
„pembeda‟, bahkan ia adalah panglima perang. Adalah ia yang diperintah untuk meluluhlantakkan berhala-berhala, juga ia yang diutus kepada ummat manusia untukmembasmi pemujaan.
12.Di atasnya awan bergemuruh menyambarkan kilat, dan di bawahnya kilat menyambar gemuruh, berkilatan, mencurahkan hujan, serta menyuburkan. Segenap pengetahuan hanyalah setetes dari samuderanya, segenap kearifan hanyalah secauk dari bengawannya,dan segenap waktu hanyalah sesaat dari masanya.
13. Allah („ada‟) bersamanya,dan bersamanya adalah hakikat. Ia yang pertama dalam kesatuan (penciptaan) dan terakhir yang diutus sebagai Rasul, yang hakikatnya bersifat batin, dan ma‟rifatnya bersifat lahir.
14.Tiada seorang pakar pun yang pernah mencapai hikmahnya, bahkan para filsuf niscaya tersadar atas kearifannya.
15.Allah tidak menyerahkan [hakikat-Nya] itu kepada makhluk-Nya,sebab ia adalah „ia‟,
dan ia adanya bersama Dia,sedangkan Dia adalah „Dia‟.
16.Tidak ada apa pun yang keluar dari „Mim‟ -nya Muhammad, dan tidak ada yang masuk ke „Ha‟-nya. Adapun „Ha‟)-nya sebagaimana „Mim‟ -nya yang kedua, sedangkan ‟Dal‟
( د)-nya seperti „Mim‟ -nya yang pertama.„Mim‟ -nya yang pertama adalah peringkat (maqam)-nya, serta „Ha‟ -nya adalah keadaan (hal) spritualnya, sebagaimana „Mim‟
-nya yang kedua.
17.Allah membuat bicaranya jelas, menambah nilainya, dan membuat bukti (hujjah)- nya dikenal. Dia menurunkan wahyu Pembeda [Al-Furqan] kepadanya. Dia membuat lidahnya fasih, dan Dia membuat hatinya terang. Dia membuat ummat sezamannya tidakmampu [memalsu Al- Qur‟an].Dia pun mengakui kejelasannya, dan memuji kemuliaannya.
18. Andaikan kau melarikan diri dari kewenangan syari‟at nya, adakah jalan (lain) yang dapat kau tempuh, tanpa adanya pembimbing, hai orang yang malang? Ketahuilah, segenap fatwa para filsuf berantakan, seperti gundukan pasir, dibandingkan hikmahnya
Diterjemahkan oleh AM Santrie dari “THAWASIN” edisi Arab, terbitan Beirut
dan edisi Inggris, terjemahan Aisha Abd Arhman At-Tarjumana
No comments:
Post a Comment