Monday, November 8, 2010

Sufi Road : Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim )

Biografi
Agama Islam menyebar di bumi nusantara dikabarkan dilakukan oleh para ulama yang kemudian dianugrahi gelar Wali Songo. Dan Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah sosok ulama pertama yang diberi gelar sebagai Wali Songo. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H) adalah nama salah seorang Walisongo, yang dianggap yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan di desa Gapura, kota Gresik, Jawa Timur.
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan Maulana Malik Ibrahim, meskipun pada umumnya disepakati bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari Maghrib, atau Maroko di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14.
Dalam keterangannya pada buku The History of Java mengenai asal mula dan perkembangan kota Gresik, Raffles menyatakan bahwa menurut penuturan para penulis lokal, “Mulana Ibrahim, seorang Pandita terkenal berasal dari Arabia, keturunan dari Jenal Abidin, dan sepupu Raja Chermen (sebuah negara Sabrang), telah menetap bersama para Mahomedans lainnya di Desa Leran di Jang’gala”.

Namun demikian, kemungkinan pendapat yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik; yang mengindikasikan bahwa ia berasal dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.

Terdapat beberapa versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW; melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.

Penyebaran Agama

Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para Walisongo lainnya.

Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.

Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar.

Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.

Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.

Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah.

Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.

Legenda Rakyat

Menurut legenda rakyat, dikatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Maulana Malik Ibrahim Ibrahim dan Maulana Ishaq disebutkan sebagai anak dari Maulana Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Maulana Ishaq disebutkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan; dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.

Maulana Malik Ibrahim disebutkan bermukim di Champa (dalam legenda disebut sebagai negeri Chermain atau Cermin) selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja yang memberinya dua putra; yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.

Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat terkadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.

Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib, diceritakan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Wafat

Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur. Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik Ibrahim.

Legenda Lain tentang Sunan Gresik

Matahari baru saja tenggelam di Desa Tanggulangin, Gresik, Jawa Timur. Rembulan dan bintang giliran menyapa dengan sinarnya yang elok. Penduduk desa tampak ceria menyambut cuaca malam itu. Sebagian mereka berbincang santai di beranda, duduk lesehan di atas tikar. Mendadak terdengar suara gemuruh. Makin lama makin riuh. Sejurus kemudian, dari balik pepohonan di perbatasan desa terlihat gerombolan pasukan berkuda --berjumlah sekitar 20 orang. Warga Tanggulangin berebut menyelamatkan diri --bergegas masuk ke rumahnya masing-masing. Kawanan tak diundang itu dipimpin oleh Tekuk Penjalin.

Ia berperawakan tinggi, kekar, dengan wajah bercambang bauk. ''Serahkan harta kalian,'' sergah Penjalin, jawara yang tak asing di kawasan itu. ''Kalau menolak, akan kubakar desa ini.'' Tak satu pun penduduk yang sanggup menghadapi. Mereka memilih menyelamatkan diri, daripada ''ditekuk-tekuk'' oleh Penjalin. Merasa tak digubris, kawanan itu siap menghanguskan Tanggulangin. Obor-obor hendak dilemparkan ke atap rumah-rumah penduduk. Tetapi, mendadak niat itu terhenti. Sekelompok manusia lain, berpakaian putih-putih, tiba-tiba muncul entah dari mana.

Rombongan ini dipimpin Syekh Maulana Malik Ibrahim, ulama terkenal yang mulai meluaskan pengaruhnya di wilayah Gresik dan sekitarnya. Ghafur, seorang murid Syekh, maju ke depan. Dengan sopan ia mengingatkan kelakuan tak terpuji Penjalin. Penjalin tentu tak terima. Apalagi, orang yang mengingatkannya sama sekali tak dikenal di rimba persilatan Gresik. Dalam waktu singkat, terjadilah pertarungan seru. Penduduk Tanggulangin, yang melihat pertempuran itu, rame-rame keluar, lalu membantu Ghafur. Akhirnya, Penjalin dan pasukannya kocar-kacir. Tapi, Penjalin tak mau menuruti perintah Ghafur agar membubarkan anak buahnya.

Ghafur tak punya pilihan lain, ia harus membunuh Penjalin. Baru saja tiba pada keputusan itu, tiba-tiba wajahnya diludahi Penjalin. Ghafur marah sekali. Aneh, di puncak kemarahan itu, ia malah melangkah surut. Penjalin terperangah. ''Mengapa tak jadi membunuh aku?'' ia bertanya. Ghafur menjawab, ''Karena kamu telah membuatku marah, dan aku tak boleh menghukum orang dalam keadaan marah.'' Mendengar ''dakwah'' ini, disusul oleh perbincangan singkat, Penjalin dan gerombolannya menyatakan tertarik memeluk agama Islam. Petikan di atas merupakan satu dari dua kisah populer tentang perjalanan dakwah Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang juga dikenal sebagai Sunan Gresik. Satu cerita lagi yang kerap ditulis pengarang buku-buku Maulana Malik Ibrahim adalah pertemuannya dengan sekawanan kafir di tengah padang pasir. Ketika itu, mereka hendak menjadikan seorang gadis sebagai tumbal meminta hujan kepada dewa. Pedang sudah dihunus.

Sunan Gresik mendinginkan mereka dengan pembicaraan yang lembut, kemudian memimpin salat Istisqa' --untuk memohon hujan. Tak lama kemudian langit mencurahkan butir-butir air, Kawanan kafir itu memeluk agama Islam. Di kalangan Wali Songo, Maulana Malik Ibrahim disebut-sebut sebagai wali paling senior, alias wali pertama. Ada sejumlah versi tentang asal usul Syekh Magribi, sebutan lain Sunan Gresik itu. Ada yang mengatakan ia berasal dari Turki, Arab Saudi, dan Gujarat (India). Sumber lain menyebutkan ia lahir di Campa (Kamboja).

Setelah cukup dewasa, Maulana Malik Ibrahim diminta ayahnya, Barebat Zainul Alam, agar merantau, berdakwah ke negeri selatan. Maka, bersama 40 anggota rombongan yang menyertainya, Malik mengarungi samudra berhari-hari. Mereka kemudian berlabuh di Sedayu, Gresik, pada 1380 M. Mengenai tahun ''pendaratan'' ini pun terdapat beberapa versi. Buku pegangan juru kunci makam Maulana Malik Ibrahim, misalnya, mencantumkan tahun 1392. Beberapa naskah lain bahkan menyebut tahun 1404. Rombongan Malik kemudian menetap di Desa Leran, sekitar sembilan kilometer di barat kota Gresik. Ketika itu, Gresik berada di bawah Kerajaan Majapahit.

Dari sinilah Malik mulai meluncurkan dakwahnya, dengan gaya menjauhi konfrontasi. Sebagian besar masyarakat setempat ketika itu menganut Hindu, ''agama resmi'' Kerajaan Majapahit. Sunan melalukan sesuatu yang sangat sederhana: membuka warung. Ia menjual rupa-rupa makanan dengan harga murah. Dalam waktu singkat, warungnya ramai dikunjungi orang. Malik melangkah ke tahap berikutnya: membuka praktek sebagai tabib. Dengan doa-doa yang diambil dari Al-Quran, ia terbukti mampu menyembuhkan penyakit. Sunan Gresik pun seakan menjelma menjadi ''dewa penolong''. Apalagi, ia tak pernah mau dibayar. Di tengah komunitas Hindu di kawasan itu, Sunan Gresik cepat dikenal, karena ia sanggup menerobos sekat-sekat kasta. Ia memperlakukan semua orang sama sederajat. Berangsur-angsur, jumlah pengikutnya terus bertambah.

Setelah jumlah mereka makin banyak, Sunan Gresik mendirikan masjid. Ia juga merasa perlu membangun bilik-bilik tempat menimba ilmu bersama. Model belajar seperti inilah yang kemudian dikenal dengan nama pesantren. Dalam mengajarkan ilmunya, Malik punya kebiasaan khas: meletakkan Al-Quran atau kitab hadis di atas bantal. Karena itu ia kemudian dijuluki ''Kakek Bantal''. Kendati pengikutnya terus bertambah, Malik merasa belum puas sebelum berhasil mengislamkan Raja Majapahit. Ia paham betul, tradisi Jawa sarat dengan kultur ''patron-client''. Rakyat akan selalu merujuk dan berteladan pada perilaku raja. Karena itu, mengislamkan raja merupakan pekerjaan yang sangat strategis. Tetapi Malik tahu diri. Kalau ia langsung berdakwah ke raja, pasti tak akan digubris, karena posisinya lebih rendah. Karena itu ia meminta bantuan sahabatnya, yang menjadi raja di Cermain. Konon, Kerajaan Cermain itu ada di Persia. Tetapi J. Wolbers, dalam bukunya Geschiedenis van Java, menyebut Cermain tak lain adalah Kerajaan Gedah, alias Kedah, di Malasyia. Raja Cermain akhirnya datang bersama putrinya, Dewi Sari. Mereka disertai puluhan pengawal. Dewi yang berwajah elok itu akan dipersembahkan kepada Raja Majapahit. Dari sini, bercabang-cabanglah cerita mengenai ''Raja Majapahit'' itu.. Ada yang menyebut raja itu Prabu Brawijaya V. Tetapi menurut Wolbers, raja tersebut adalah Angkawijaya. Repotnya, menurut Umar Hasyim dalam bukunya, Riwayat Maulana Malik Ibrahim, nama Angkawijaya tidak dikenal, baik dalam Babad Tanah Jawi maupun Pararaton. Nama Angkawijaya tercantum dalam Serat Kanda.

Di situ disebutkan, dia adalah pengganti Mertawijaya, alias Damarwulan --suami Kencana Wungu. Angkawijaya mempunyai selir bernama Ni Raseksi. Tetapi, kalau dicocokkan dengan Babad Tanah Jawi, raja Majapahit yang mempunyai selir Ni Raseksi adalah Prabu Brawijaya VII. Cuma, menurut catatan sejarah, Prabu Brawijaya VII memerintah pada 1498-1518. Periode ini jadi ''bentrokan'' dengan masa hidup Maulana Malik Ibrahim. Melihat tahunnya, kemungkinan besar raja yang dimaksud adalah Hyang Wisesa, alias Wikramawardhana, yang memerintah pada 1389-1427. Terlepas dari siapa sang raja sebenarnya, yang jelas penguasa Majapahit itu akhirnya bersedia menemui rombongan Raja Cermain. Sayang, usaha mereka gagal total. Sang raja cuma mau menerima Dewi Sari, tetapi menolak masuk Islam. ''Bargaining'' seperti ini tentu diotolak rombongan Cermain. Sebelum pulang ke negerinya, rombongan Cermain singgah di Leran.
Sambil menunggu perbaikan kapal, mereka menetap di rumah Sunan Gresik. Malang tak bisa ditolak, tiba-tiba merajalelalah wabah penyakit. Banyak anggota rombongan Cermain yang tertular, bahkan meninggal. Termasuk Dewi Sari. Raja Cermain dan sebagian kecil pengawalnya akhirnya bisa pulang ke negeri mereka. Sunan Gresik sendiri tak patah hati dengan kegagalan ''misi'' itu. Ia terus melanjutkan dakwahnya hingga wafat, pada 1419.

Referensi :

http://satya89.wordpress.com/

http://www.dongengkakrico.com/



Sufi Road : Servanthood And What It Is (3)

Servanthood And What It Is
Maulana Shaykh Muhammad Nazim Al-Haqqani Al-Naqshbandi qs


9. Kenalilah Ego Kalian

Semoga Allah SWT tidak meninggalkan kita pada ego kita yang kotor. Waspadailah ego kalian. Dia merupakan musuh terbesar kalian yang memotong jalan kalian menuju Allah SWT. Dia berkata, “Layanilah aku, merunduklah padaku,” dan “tinggalkan segala kemauan dan keinginanmu kecuali yang ditujukan untukku. Akulah segalanya dan engkau adalah budakku.”Ibadah dan puasa adalah untuk mengenyahkan ego kalian. Untuk melemahkannya, kemudian lenyap. Karena selama ego kalian memberi perintah dan kalian mematuhinya, kalian tidak dapat meraih apapun dari Hadirat Ilahi. Hanya ada satu Sultan. Dan kalian pastilah hamba-Nya.

Thariqat adalah suatu pelatihan untuk mencapai akhlak yang baik. Kalian harus melupakan dan memerangi ego kalian, lalu terimalah dan bersuka cita dengan kemauan Tuhan kalian. Jangan pernah lalai dalam mengagungkan Tuhan kalian, kalau tidak kalian akan terbelenggu dengan ego kalian yang kotor itu (bagaikan singa dalam kurungan). Ingat untuk setiap saat kalian lalai, maka kalian hanya menerima kehancuran atau hukuman. Walaupun hanya sekejap, akan datang kutukan atas kalian. Semua orang amat ramah pada egonya. Mereka mengatakan, “Apa yang engkau perintahkan? wahai egoku, wahai sultanku. Apapun yang engkau inginkan, akan kusediakan bagimu. Apapun keinginanmu. Aku adalah hambamu dan engkau adalah sultanku.”Dan pada akhirnya ada mayat dengan bau yang teramat busuk.Ego itu adalah seorang dungu, tetapi dia memperkenalkan dirinya sebagai orang yang sangat berkuasa. Ego mengatakan, “Engkau harus mematuhiku, aku tidak suka sekutu apapun. Aku yang pertama dan juga yang terakhir bagimu. Semua kehormatan dan pujian harus diberikan kepadaku.”Kebanyakan manusia itu pemalas dan selalu menuruti egonya (yang paling malas di antara semua makhluk). Sosok fisik kalian tidak dapat meraih kebesaran dunia, tetapi lain halnya dengan sosok spiritual kalian. Dia dapat meraihnya, bila kita terus memberinya kata-kata surgawi.
Dari semula sejak Allah SWT menciptakan nafsu kita, Allah SWT berfirman, “Majulah,” dan sang ego malah mundur. Itu adalah tabiatnya yang tidak pernah menerima perintah Tuhannya. Allah SWT memberikan kehormatan pada manusia untuk menjadi hamba-Nya, tetapi ego selalu menghalangi kalian untuk menaati Tuhan kalian. Setiap Nabi telah membawa metode dari Allah SWT untuk melatih ego kita agar mengatakan, “Wahai Tuhanku, aku berserah pada-Mu.” Tetapi ego kalian mengatakan kepada Allah SWT, “Tidak!” dan ketika Allah SWT menanyakan ego kalian, “Siapa engkau?!” Ego menjawab, “Aku adalah aku, engkau adalah engkau. Engkau ya engkau, aku adalah diriku sendiri.” Jadi Tuhan Yang Mahakuasa memerintahkan agar dia dimasukkan ke dalam neraka panas selama 1000 tahun, lalu mengeluarkannya dan pertanyaan yang sama diajukan. Dia menjawab, “Engkau ya engkau, dan aku masih yang sama.” Lalu Tuhan memerintahkan agar dia dimasukkan ke dalam neraka dingin selama 1000 tahun, dan setelah itu Allah SWT bertanya lagi, “Siapakah engkau?” tetapi jawabannya masih tetap sama seperti sebelumnya.

Lalu ego dimasukkan ke dalam lembah kelaparan selama 1000 tahun, dan sekali lagi dia dipanggil dan ditanya, dan kali ini dia menjawab, “Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu.”Ego selalu berkata, “Aku mempunyai sifat ketuhanan, tetapi ketuhanan hanya untuk Allah SWT. Kita semua adalah hamba, tetapi kita tidak pernah mengakuinya!Nabi e membawa perintah Allah SWT untuk berpuasa. Lalu ego muncul dan berkata, “Aku tidak akan mengaku lagi sebagai Tuhan di hadapan-Mu. Aku adalah hamba-Mu yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku.”Barangsiapa tidak dapat mengendalikan dirinya adalah buruk sekali dan berbahaya. Berpuasa melatih kalian untuk mengontrol ego kalian. Sehingga dia akan mendengarkan kalian. Bila kalian mengatakan, “Kerjakanlah,” maka dia akan mengerjakannya. Atau bila kalian mengatakan, “Berhenti!”, ego akan berhenti. Oleh sebab itu, sejak awal hingga akhir puasa merupakan pilar terpenting dalam penghambaan. Tanpa puasa, tak seorang pun dapat menjadi hamba sejati, karena ego kalian selalu menang. Ego selalu memperalat kalian dan berkata, “Turuti aku.” Kendalikanlah diri kalian dan cobalah untuk mengendalikan ego kalian. Semoga Allah SWT mengampuni kita dan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk mengendalikan ego kita.

Bila Allah SWT memerintahkan kita untuk mengambil selembar bulu atau setangkai bunga lima kali sehari di dalam masjid atau dari suatu ruangan ke ruangan lainnya, ego akan tetap keberatan dan berkata, “Ini sulit,” dan “Apa gunanya?”Ego kalian membuat kalian ketakutan. Ego itu mengatakan, “Aku tidak dapat mengendalikan amarah.” Untuk menelannya pada awalnya memang sukar, tetapi bila kalian kukuh dengan niat kalian untuk menelannya, maka pada akhirnya kalian akan bahagia. Kalian akan berkata, “Betapa menyenangkan dapat menahan amarahku yang begitu merugikan.”Allah SWT meminta agar kita naik dari tingkat keduniaan ke tingkat Surgawi.

Ego menyukai keduniaan dan bukan hal-hal spiritual (seperti halnya malam hari tidak mendapat manfaat dari matahari).Palingkan badan kalian menghadap kiblat dan jiwa kalian menghadap langit (Allah SWT). Nikmat yang paling utama dari Allah SWT adalah bahwa kalian dapat memasuki Hadirat Ilahiah-Nya yang suci. Inilah puncak dari segala keinginan dan harapan kita. Mohonlah agar ego kalian dihilangkan bersama gangguannya. Berhentilah memohon kenikmatan duniawi.Allah SWT mengetahui bila kita menghabiskan kekuatan fisik kita untuk sesuatu yang bukan Dia, melainkan untuk kesenangan ego kita. Walaupun kita telah melakukannya seharian, ego kita tetap tidak merasa puas. Sebanyak kalian berbuat untuk ego kalian, sebanyak itulah beban yang kalian tanggung menjadi berat.Tak terhitung sudah kita berbuat untuk ego, namun dia berkata, “Ahh! Apa yang kau lakukan untukku?”Bahkan bila kalian bekerja 24 jam sehari untuk memuaskannya, tetap saja ego kalian berkata bahwa kalian seorang pemalas.Jika setiap orang memberikan Allah SWT sebanyak apa yang diberikan kepada egonya, maka mereka akan mengangkasa.

Kalian lebih dari sekedar budak bagi ego kalian, tetapi dia akan mengatakan bahwa kalian tidak peduli padanya. Adalah sangat penting untuk mengetahui bahwa ego kalian tidak akan pernah ridha atas diri kalian.Tetapi bila kalian melakukan hanya sebagian kecil dari apa yang kalian lakukan terhadap ego kalian, untuk Allah SWT, maka Dia akan memberi kalian kebahagiaan, kepuasan dan harapan melalui hati kalian; yang kemudian akan menyelimuti tubuh kalian. Itu berarti tubuh kalian tidak akan pernah mati atau menjadi debu. Di dalam kubur tidak pernah berbau busuk dan kalian akan sampai pada hari perhitungan dengan jasad yang utuh seperti ketika kalian masih hidup di dunia. Yang lain tidak akan mengalaminya. Akan terlihat siapa yang merupakan mukmin sejati dalam penghambaan terhadap Tuhannya dan siapa yang menghamba pada egonya. Barangsiapa yang menghabiskan kekuatan hidupnya untuk penghambaan Ilahi, dia akan dimuliakan.

Grandsyaikh mengatakan bahwa manusia biasanya memohon untuk mewujudkan diri sendiri atau menghilangkannya. Ini adalah ringkasan dari semua syari`ah (hukum surgawi). Perhatikanlah hal ini. Setiap orang melakukan salah satu di antaranya. Membuat egonya tumbuh lebih besar atau menghilangkannya. Mewujudkan keberadaan diri sendiri atau menghilangkan keberadaannya sendiri.Setiap ego senang mewujudkan keberadaannya dan menggunakan segala kesempatan untuk mewujudkan keberadaannya seraya berkata, “Aku di sini.” Pilihan lainnya adalah menghilangkan keberadaan diri sendiri. Tetapi kebanyakan orang, katakanlah 99 dari 100 orang ingin mewujudkan keberadaannya.Allah SWT mengharapkan hamba-hamba-Nya agar mereka menghilangkan keberadaan mereka (fana’ al-Wujud).Kalian harus memilih antara keduanya.

Berada dengan kebinatangan kalian atau dengan Tuhan kalian. Barangsiapa yang mewujudkan egonya dapat terbuang bersama sampah. Dia tidak berguna. Menurut kalian, mengapa tak seorang pun yang datang ke thariqat?!Tinggallah bersama diri kalian sendiri. Tetapi kalian tidak dapat memasuki hadirat yang sejati.Quran:Sesungguhnya mereka yang takut pada Tuhan berada dalam Surga, dengan sungai-sungai yang mengalir, dalam keadaan ikhlas, dalam Hadirat Sang Raja Yang Mahakuasa.Innal muttaqiina fii jannaatiw wa naharin fii maq`adi shidqin `inda maliikim muqtadirAl-Muqtadhi, Yang Maha Berkuasa, Asma Allah SWT ini mempunyai makna yang tidak terjangkau, bahkan oleh seluruh Nabi, atau melalui kekuatan seluruh Awliya dan Jinn. Barangsiapa yang memanifestasikan dirinya di hadapan Syaikh, juga akan memanifestasikan dirinya di hadapan Rasulullah SAW, dan juga di hadapan Allah SWT, yang mana hal itu adalah tidak mungkin.

Di depan pintu, tak ada yang mengizinkan kalian masuk. Berapa banyak orang yang meninggal bersama egonya dan dikubur dengan kebinatangannya?Bila kalian setuju untuk meninggalkan ego kalian, Grandsyaikh akan mengatakan, “Selamat datang di thariqat kami.”Untuk memasuki hadirat Nabi-Nabi yang suci, kalian wajib meninggalkan ego kalian. Menurut kalian, untuk apa kalian berdzikir, menjaga awrad kalian, shalat di malam hari dan berpuasa di siang hari? Tetap saja Setan dan ego yang kotor menunggangi kalian di setiap langkah yang kalian ambil. Dia berkata, “Aku di sini, Aku di sini, Aku di sini.” Dengan demikian kalian berada di level terendah. Perwujudan (Itsbat) dan Menghilang (Ifna`)Murid harus memilih salah satu di antara keduanya. Bilamana dia meninggalkan egonya, dia akan bersama Syaikhnya, dengan Nabi Muhammad SAW dan bersama Allah SWT.

Pada manusia terdapat ego, nafs. Binatang juga mempunyai nafs, tetapi nafs mereka hanya untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan keturunannya. Nafs binatang digunakan sebagai insting. Tanpa itu mereka tidak akan makan. Keinginan untuk makan, minum dan meneruskan spesiesnya berasal dari nafs.Nafs merupakan ujian bagi ummat manusia, agar mereka dapat meraih maqam yang tinggi, (atau tidak). Barangsiapa yang menentangnya, dia akan meraih maqam yang lebih tinggi. Ada sesuatu yang dapat diperoleh. Setiap orang hendaknya memohon lebih banyak kekuatan untuk menyelamatkan spiritualitas dan jiwanya dari kekangan egonya. Ego itu menyerang sosok spiritual kita dan tidak pernah membiarkannya agar mendapat dukungan surgawi atau untuk mencapai tingkat mukmin sejati. Oleh sebab itu setiap saat kita harus memohon dukungan, dan santapan bagi spiritualitas kita.Thariqat Naqsybandi kita tidak untuk setiap orang, karena tidak setiap orang dapat menjalankannya.Untuk menjadi seorang Naqsybandi, kalian harus memerangi dan menghancurkan ego kalian; dan menjadikannya nol.

Bila setiap orang mampu mengendalikan ego mereka, mereka akan dipanggil, “Mari, datanglah.”Orang yang tidak berakal memaksa pergi menemui Sultan dengan keledainya. Kalian tidak dapat melakukan hal itu! Kalian harus meniggalkan nafs kalian. Ketika kalian sudah dapat mengatakan bahwa keberadaan kalian telah lenyap, maka kalian boleh pergi. Jutaan orang mengaku bahwa mereka adalah Naqsybandi, tetapi bila kalian mengusiknya sedikit saja, mereka akan menendang kalian. Bila kalian mendekatinya dari belakang atau dari depan, mereka akan menendang dan menggigit! Jika kalian tidak meninggalkan keledai kalian, kalian tidak dapat menjadi Naqsybandi, yang mempunyai disiplin ketat, lain tidak. (jadi kalian belum berada di sana).

Bila kalian mewakili nafs kalian, tak ada yang dapat diambil dan kalian tidak lain akan dikirim ke kandang, bersama kuda dan keledai yang menghentak-hentakkan tanah dan menggerakkan kepala-kepala mereka. Janganlah menghantam orang lain. Jangan berdebat atau berkelahi dengan orang lain, atau mencampuri urusan orang lain. Kendalikanlah nafsu kalian sendiri dan jangan katakan bahwa kalian lebih baik daripada orang lain. Barangsiapa mengeluarkan kata-kata itu, maka tempatnya adalah di kandang.Kalian harus menerima semua orang. Macam apapun. Allah SWT telah menciptakan menurut Kehendak-Nya dan Dia dapat menciptakan setiap orang dengan cara apapun. Kalian harus menghormati Pencipta kalian dan menyukai apapun yang Dia ciptakan. Allah SWT menyukainya dan menciptakannya, jadi kalian harus berkata bahwa kalian juga menyukainya. Kalian harus mengendalikan nafs kalian. Kalian tidak tahu berhadapan dengan siapa dan rahasia-rahasia apa yang mereka miliki. Bila seseorang terikat pada nafs-nya, dengan mudah kita dapat melihat sisi buruk mereka. Tetapi lupakanlah, dan lihatlah mutiara di kedalamannya. Jangan hanya melihat sisi buruknya dan melihat realitas dari nafs.

Ingatlah mutiaranya.Jangan berkata bahwa kalian tidak suka pada seseorang. Bila kalian perhatikan dengan seksama, kalian mempunyai sifat-sifat yang sama. Allah SWT akan berfirman, “Engkau menolak hamba itu, padahal engkau mempunyai nilai-nilai yang sama.”Kalian menolak, tetapi bahkan kalian tidak dapat menghilangkan hal-hal yang sama itu dari diri kalian. Sibukkan diri dengan mencari kebaikan dalam setiap orang. Dengan demikian, jalan menuju Allah SWT menjadi semakin dekat dan lebih pendek. Kalian dapat mencapai-Nya. Pintu-pintu akan dibukakan untuk kalian. Bila tidak, kalian akan tetap bersama nafs kalian.Bila Allah SWT tidak memberi nilai pada orang itu, Dia tidak akan menciptakannya.Tidak baik untuk mencari keburukan seseorang dan membeberkannya. Hal ini tidak membuat kalian bebas dari nafs kalian. Jangan beranggapan bahwa kalian lebih berharga di hadapan Allah SWT.Semua orang berseteru, tidak menyukai satu sama lain, cemburu pada orang lain, atau saling bermusuhan.

Padahal mereka semua sama saja.Jangan biarkan nafs kalian memimpin. Mereka akan menjerumuskan kalian ke dalam got untuk menjadi tikus. Semua Nabi mengundang orang agar menjalani hidup yang bersih dan terhormat. Nafsu kalian seperti tikus yang berkata, “Apa yang kami lakukan dalam air yang bersih? Tempat kami di comberan.”Masyarakat abad ke dua puluh menentang para Nabi, khususnya pada Nabi yang terakhir, karena beliau mengundang orang ke perairan yang bersih.Semua orang menganggap dirinya berada di atas, tidak berpijak pada tanah. Mereka mengklaim, “Aku lebih tinggi daripada kalian.” Lalu yang lain mengatakan, “Tidak, aku yang lebih tinggi daripada kamu.” Keduanya bicara melalui egonya saja. Dan manusia di dunia ini saling berkompetisi di antara mereka sendiri, agar lebih tinggi dalam urusan duniawi. Allah SWT sama sekali tidak suka akan hal ini. Tidak. Dia suka bila kita saling berlomba untuk mendekatkan diri dengan Hadirat-Nya.Kehidupan sederhana memuaskan jiwa kita.Kita hendaknya berbahagia dapat tidur di atas lantai. Kita hendaknya berbahagia dalam kebersamaan.

Kita hendaknya berbahagia bisa berjalan. Dan kita hendaknya juga berbahagia dengan apa yang kita lihat pada orang lain. Saya berusaha untuk mengubah kekuatan dari ego kalian menjadi kekuatan spiritual kalian. Pada dasarnya ego kita bukan untuk merugikan diri kita sendiri. Bukan. Ego itu bagaikan suatu kabel listrik telanjang. Dia dapat melukai kalian. Kalian tidak dapat menyentuhnya atau menggunakannya. Karena itu kalian kehilangan kesempatan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Bila kabel itu diberi pelindung, kalian dapat menyentuh kabel itu. Jika kalian bertanya, “Mengapa kawat yang berbahaya itu ada di dalam?” dan bila kalian mengeluarkan kawat itu dari plastik pembungkusnya maka kawat itu tidak berguna lagi dan kalian telah kehilangan daya yang besar itu. Ego kita adalah anugerah yang besar dari Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ego itu merupakan kuda yang dapat kalian tunggangi ke manapun kalian ingin pergi. Dia dapat membawa kalian ke titik ambang tertinggi dari penciptaan, tetapi kalian bertanya, “Mengapa kita diberi ego?”Bila kita tidak mempunyai ego, kita akan seperti malaikat. Tetapi Tuhan Yang Mahakuasa menciptakan suatu makhluk baru yang 100% berbeda dengan para malaikat (untuk alasan, maksud dan kebijaksanaan tertentu). Jadi Dia menciptakan Adam AS dan memberinya ego. Bila Nabi Adam AS tidak diberi ego, dia akan tetap seperti malaikat. Dan tanpa ego, tanpa kuda itu, kalian tidak dapat meraih kehormatan yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada makhluk yang mempunyai ego. Itulah suatu kebijaksanaan besar yang hendaknya dipahami.Allah SWT berfirman, “Gunakan ego kalian dan datanglah kepada-Ku.”Ketika Abu Yazid al-Bistami k sampai pada Hadirat Ilahi dan mohon agar dapat masuk, Allah SWT berkata, “Wahai Abu Yazid k, tinggalkan egomu dan datanglah kepada-Ku.” Ini berarti bahwa tujuan dari pemberian ego itu adalah agar kalian dapat meraih tingkat tertinggi dari tingkat terendah. Bagai pesawat yang terbang membawa seseorang ke tempat yang ingin dituju.

Dan bila pesawat terbang itu membawa kalian ke Jerman, kalian tidak dapat meminta agar pesawat itu membawa kalian ke tempat tidur. Tidak bisa! Pesawat itu berkata bahwa kalian harus turun dan berjalan ke sana. Pesawat itu berkata, “Aku tidak dapat melakukannya. Batasku berakhir di sini. Pergilah dan tinggalkan aku.” Jadi setiap orang yang ingin sampai ke Hadirat Ilahi harus menggunakan egonya sebagai tunggangannya. Tetapi bila kalian memohon untuk memasuki Hadirat Ilahi Rabbi, maka Dia akan berkata, “Tinggalkan kudamu di luar, lalu masuklah.”Kuda itu ibarat ego kalian. Kalian tidak dapat memasuki istana kerajaan untuk menghadap Raja dengan kuda kalian. Tidak bisa! Bila kalian dapat menggunakan ego kalian, maka ego itu bisa menjadi hamba kalian untuk mencapai Hadirat Ilahi. Ketika sudah sampai, keberadaannya tidak penting lagi dan kalian dapat menyuruhnya untuk kembali. (Seperti pesawat yang akan membawa penumpang yang baru). Ego merupakan makhluk yang paling liar dan lalai yang pernah diciptakan. Dia memiliki sifat-sifat yang paling buruk, yang mewakili seluruh binatang dalam dirinya.

Binatang yang hidup dekat dengan manusia dan binatang dari hutan rimba serta binatang buas dan menakutkan lainnya. Sifat-sifat mereka semuanya disatukan dan diberikan kepada ego kita. Tidak ada makhluk yang lebih kuat daripada ego, namun tak ada makhluk yang lebih berguna dibandingkan ego kita. Ego itu dapat membawa kita dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi. Ya, dia memang sangat berbahaya dan kuat; dan pekerjaannya sangat penting. Tak ada sarana lain yang dapat membawa ummat manusia dari tingkat terendah ke tingkat yang paling tinggi. Allah SWT telah menciptakan ego dan memberikannya kepada manusia. Tetapi Allah SWT tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa kebijaksanaan. Allah SWT berfirman, “Aku telah menciptakan anak-anak Adam AS agar menjadi kalifah-Ku.” Kalian tahu bahwa seorang sultan di antara bala tentaranya akan menunggangi kuda yang terbaik, tercepat dan terkuat (bukan yang tua atau kuda betina).

Karena dia memang sultan. Dan Allah SWT telah memberikan kalifah-Nya, anak-anak Adam AS, tunggangan yang paling kuat dan penting. Dia menempatkannya pada tingkat yang paling rendah, yaitu di bumi dan Dia berfirman, “Datanglah pada-Ku.”Inilah sebabnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Egomu adalah tungganganmu.” Cukuplah kebijaksanaan ini bagi seluruh ummat manusia untuk memahami diri mereka sendiri. Tetapi ternyata manusia tidak pernah paham, sehingga mereka terhempas ke bawah tingkat terendah. Mereka hanya mengerti caranya makan, minum, dan bersenang-senang. Tidak ada yang mengerti. Tidaklah tunggangan terpenting itu diberikan kepada kalian hanya untuk makan, minum dan bersenang-senang belaka. Tidak! Sang Sultan menginginkan agar kalian menungganginya dan datang ke Hadirat-Nya.Itulah masalah terbesar dalam kehidupan ummat manusia.Semua orang ditunggangi kuda mereka.

Memanjakannya dengan makan, minum dan bersenang-senang. Sebanyak-banyaknya! Namun tak seorang pun memohon untuk menungganginya, dan datang ke Hadirat-Nya. Barangkali di antara sepuluh ribu orang, hanya satu yang memahami kebijaksanaan ego tersebut. Rasulullah SAW mengendarai tunggangan surgawinya, yaitu Buraq pada peristiwa isra mi’raj. Ketika beliau sampai di Hadirat Ilahi, beliau bertanya pada malaikat Jibril u, “Adakah tunggangan semacam ini bagi ummatku?”Jibril u menjawab, “Ya. Dan bila mereka mengendarainya, mereka bisa datang dan mencapai apa yang sedang engkau capai.”Jadi yang berbahaya dan sangat kuat itu, ego kita, adalah Buraq kita. Tetapi orang-orang tidak memahaminya dan mereka tidak menggunakannya.Semua Nabi telah memanggil orang-orang ke arah ini. Mengertikah kalian?!Itulah pintu gerbang ke semua kebijaksanaan. Kalian dapat memasukinya dan meraih semua daya. Jika tidak, kalian akan tetap tinggal di bawah supremasi ego kalian yang akan menghancurkan kalian dan pada akhirnya menjadikan kalian debu di pemakaman. Namun para ksatria itu, yang menunggangi kuda mereka melalui pemakaman, bumi pun tidak akan menghancurkan mereka dan mereka akan tiba di Hari Perhitungan dengan jasad yang sama yang akan bercahaya laksana matahari.

Barangsiapa yang menggunakan akalnya akan mencapai maqam itu. Mengapa harus menunggu?! Sang Sultan memelihara kalian. Mengapa tidak mempersiapkan diri kalian untuk Hadirat-Nya?Allah SWT mendengar semuanya dan Dia melihat dan mengetahui siapa kalian dan apa niat atau maksud kalian. Pada saat kalian memohon atau menolak. Dia paham bahwa ego kalian mengklaim sebagai yang nomor satu dari semua makhluk dan dia ingin agar semua perintahnya dituruti. Itulah rahasia dari realitas ego kalian yang tersembunyi bila ego berkata, “Mengapa ini terjadi?” Artinya bahwa hamba ini meminta ketuhanan baginya. Ego tidak bahagia dengan ke-Ilahian Allah SWT dia percaya bahwa dia dapat berpikir dengan lebih sempurna. Dia berkata, “Menurut aku, apa yang aku pikirkan dalam situasi tersebut lebih baik daripada apa yang terjadi.” Astaghfirullah!Barangsiapa yagn selalu menyalahkan orang lain, tidak pernah menyukai tindakan dan sifat-sifat orang lain, merupakan budak dari ego mereka. Barangsiapa memohon jalan menuju kesempurnaan harus mulai dengan menyalahkan diri sendiri (berintrospeksi), meneliti kekurangan-kekurangan sendiri tanpa memperhatikan ketidaksempurnaan orang lain.

Hanya orang yang tidak sempurnalah yang akan melihat ketidaksempurnaan di sekelilingnya.Barangsiapa yang memiliki ketidaksempurnaan, selalu melihat ketidaksempurnaan dalam diri orang lain kecuali dalam dirinya sendiri. Itu yang dinamakan mementingkan diri sendiri.Kalian harus berusaha untuk memperbaiki diri kalian sendiri. Bila kalian telah memperbaiki diri dan mencapai kesempurnaan, kalian hanya akan menyalahkan diri sendiri. (ego kalian, atau nafs kalian).Kita berharap tidak hidup untuk kesenangan sendiri tetapi untuk keridhaan Allah SWT. Kita ingin hidup untuk Allah SWT, bukan untuk ego kita. Tidak! Kalau aku ingin hidup untuk egoku lebih baik aku mati. Tetapi bila hidup untuk Allah SWT, aku ingin hidup (untuk selamanya). Mohonlah selalu perlindungan terhadap ego kalian. Kita telah diciptakan sebagai makhluk lemah dan ego kita membawa kita sesukanya. Ego dalam jasad setiap orang mewakili Setan.

Ketika meninggalkan masa kanak-kanak, menjadi dewasa, Tuhan Yang Mahakuasa berfirman, “Sekarang jadilah engkau hamba-Ku. Ikutilah Aku!” Tetapi Setan mengatakan, “Jangan ikuti Dia.” Dan dia mempunyai lebih banyak kesempatan karena dia menyapa hasrat ragawi kalian dan berkata, “Kamu akan memenuhi semua keinginanmu yang tanpa batas itu. Jangan dengarkan mereka yang berkata, ‘Jangan lakukan ini atau itu,’ Aku katakan, kebebasan mutlak ada di tanganmu! Hingga engkau mati.”Musuh terbesar kalian adalah Setan dan wakilnya melalui diri kalian sendiri, yaitu ego kalian. Waspadailah Setan. Waspadailah ego kalian.Setan meminta kita untuk mencampuradukkan pemikiran yang baik dan inspirasi-inspirasi yang datang pada hati kita. Ketika kita ingin melakukan sesuatu yang baik, Setan ingin menghancurkannya agar tidak bermanfaat (atau meningkatkan tingkat perkembangan kita yang tidak berbatas).

Setan membuat kalian melanggar syari’ah. Setan menipu kalian berulang kali, tetapi kalian mengatakan hal itu tidak terjadi. Terlalu! Kalian berkata, “Aku baik-baik saja. Sempurna!” Astaghfirullah!Dalam setiap langkah selalu ada halangan yang mencegah kalian untuk mencapai kebenaran. Dan bilamana sukar untuk mencapai kebenaran, Setan dengan cepat menemukan jalan untuk menipu kalian (dengan hal-hal palsu, bentuk-bentuk atau rekaan pikiran). Dia mengajarkan orang-orang dan berkata, “Inilah kebenaran.”Jika tidak memutuskan belenggu hasrat, maka kita selalu akan menjadi budak. Jika kalian menjadi budak ego kalian, maka dengan sendirinya kalian menjadi budak dunia, Setan dan hawa nafsu kalian. Tidak hanya untuk ego, karena semuanya saling berkaitan. Kalau salah satunya merangkul kalian sebagai budak, maka kalian menjadi budak untuk semuanya.

Bila kalian bebas dan selamat, maka kalian tidak dapat ditipu oleh Setan dan kalian tidak akan lengah agar tidak terperangkap dengan ego kalian. Ketika kalian mengucapkan, “A`uudzubillaahi minasy-syaythaanir rajiim,” berarti kalian sungguh-sungguh memohon perlindungan dari Allah SWT.

Sunday, November 7, 2010

Sufi Road : Keistimewaan Yaman- Hadramaout

Keistemewaan Yaman:
Yaman adalah tanah yang penuh berkah, disana terlahir wali-wali besar dan juga buminya para cucu-cucu nabi yang sangat kita cintai.
Keistimewaan yaman ini sesuai dengan hadits Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan bumi Yaman adalah salah satu bumi yang pernah didoakan oleh Baginda صلى الله عليه وآله وسلم:

اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم بارك لنا في يمننا. قالوايارسول الله، وفي نجدنا. قال : اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا. قالوا يارسول الله، وفي نجدنا. قال : هناك الزلازل والفتن وبها يطلع قرن الشيطان

Maksudnya: “Ya Allah Ya Tuhanku! Berkatilah negeri Syam kami, Ya Allah Ya Tuhanku! berkatilah negeri Yaman kami”.
Mereka (para Sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (Doakanlah) juga untuk negeri Najd kami”. Baginda صلى الله عليه وآله وسلم (terus) berdoa: “Ya Allah Ya Tuhanku! Berkatilah negeri Syam kami, Ya Allah Ya Tuhanku! Berkatilah negeri Yaman kami”.
Mereka (para Sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (Doakanlah) juga untuk negeri Najd kami”. Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Padanya (Najd) (berlaku) gempa bumi, fitnah dan tempat munculnya tanduk syaitan”
Siapakah yang tidak ingin untuk menjejakkan kaki kebumi yang pernah didoakan oleh penghulu segala anbiya dan mursalin, Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم.

Di dalam hadits yang lain Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda:


إني لأجد نفس الرحمن من هاهنا- و أشار إلى اليمن. وفي روية : إني اجد نفس الرحمن من قبل اليمن
Maksudnya: “Sesungguhnya aku mendapati ‘nafas ar-Rahman’ dari sebelah sana – dan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم mengisyaratkan ke arah Yaman.




Dan dalam riwayat lain Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Sesungguhnya aku menemukan ‘Nafas ar-Rahman’ dari arah Yaman.”
Yaman yang dikhabarkan oleh Baginda صلى الله عليه وآله وسلم mengenai sifat ahlinya, yaitu:

أتاكم أهل اليمن هم أرق أفئدة وألين قلوباً الإيمان يمان والحكمة يمانية

Maksudnya: “Telah datang kepada kalian orang-orang Yaman. Mereka ini adalah orang-orang paling halus sanubarinya dan paling lembut hatinya.
Keimanan itu ada pada orang Yaman dan hikmah itu ada pada orang Yaman”.
Manakala di dalam riwayat yang lain disebutkan: “Keimanan itu ada pada orang Yaman, fiqih itu ada pada orang Yaman dan hikmah itu ada pada orang Yaman”.


Di dalam kitab al-Fadhoil al-Yaman, seorang ulama hadits iaitu al-Hafidz al-Quraisyi menyebutkan, Sayyiduna Abu Dzar al-Ghiffari رضي الله عنه meriwayatkan, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda (maksudnya): “Jika timbul fitnah, hendaklah kalian (tinggal) di Yaman, kerana (tempat) itu diberkati”.

Dalam sebuah Hadits lain disebutkan: “Sebab, penduduknya bersifat pengasih, tanahnya diberkati, dan ibadah disana pahalanya besar”. Dan di dalam kitab Wasilatul Muta’abbidin, tercantum sebuah hadits dari Sayyidina Jabir bin Abdullah al-Anshari, Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda (maksudnya): “Sepertiga keberkahan dunia kembali ke Yaman. Barangsiapa (yang ingin) lari dari fitnah hendaklah ia lari ke Yaman”.

Demikianlah serba-sedikit tentang keistimewaan bumi Yaman sebagaimana yang terdapat di dalam riwayat. qalbu Yaman itu adalah Hadramaut, manakala qalbu Hadramaut adalah kota Tarim.
== Al Fanshuri

Wednesday, November 3, 2010

Sufi Road : Tawasul Naqsybandi Haqqani


Yaa sayyid as-Saadaat wa Nuur al-Mawjuudaat, yaa man huwaal-malja’u liman massahu dhaymun wa ghammun wa alam.Yaa Aqrab al-wasaa’ili ila-Allahi ta’aalaa wa yaa Aqwal mustanad, attawasalu ilaa janaabika-l-a‘zham bi-hadzihi-s-saadaati, wa ahlillaah, wa Ahli Baytika-l-Kiraam, li daf’i dhurrin laa yudfa’u illaa bi wasithatik, wa raf’i dhaymin laa yurfa’u illaa bi-dalaalatik, bi Sayyidii wa Mawlay, yaa Sayyidi, yaa Rasuulallaah:

(1) Nabi Muhammad ibn Abd Allah Salla Allahu ’alayhi wa alihi wa sallam
(2)
Abu Bakr as-Siddiq radiya-l-Lahu ’anh
(3)
Salman al-Farsi radiya-l-Lahu ’anh
(4)
Qassim ibn Muhammad ibn Abu Bakr qaddasa-l-Lahu sirrah
(5)
Ja’far as-Sadiq alayhi-s-salam
(6)
Tayfur Abu Yazid al-Bistami radiya-l-Lahu ’anh
(7)
Abul Hassan ’Ali al-Kharqani qaddasa-l-Lahu sirrah
(8)
Abu ’Ali al-Farmadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(9)
Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadani qaddasa-l-Lahu sirrah(
10)
Abul Abbas al-Khidr alayhi-s-salam
(11)
Abdul Khaliq al-Ghujdawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(12)
’Arif ar-Riwakri qaddasa-l-Lahu sirrah
(13)
Khwaja Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(14)
’Ali ar-Ramitani qaddasa-l-Lahu sirrah
(15)
Muhammad Baba as-Samasi qaddasa-l-Lahu sirrah
(16)
as-Sayyid Amir Kulal qaddasa-l-Lahu sirrah
(17)
Muhammad Bahaa’uddin Shah Naqshband qaddasa-l-Lahu sirrah
(18)
‘Ala’uddin al-Bukhari al-Attar qaddasa-l-Lahu sirrah
(19) Ya’quub al-Charkhi qaddasa-l-Lahu sirrah
(20)
Ubaydullah al-Ahrar qaddasa-l-Lahu sirrah
(21)
Muhammad az-Zahid qaddasa-l-Lahu sirrah
(22)
Darwish Muhammad qaddasa-l-Lahu sirrah
(23)
Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
(24)
Muhammad al-Baqi bi-l-Lah qaddasa-l-Lahu sirrah
(25)
Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi qaddasa-l-Lahu sirrah
(26)
Muhammad al-Ma’sum qaddasa-l-Lahu sirrah
(27)
Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi qaddasa-l-Lahu sirrah
(28)
as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani qaddasa-l-Lahu sirrah
(29)
Shamsuddin Habib Allah qaddasa-l-Lahu sirrah
(30)
‘Abdullah ad-Dahlawi qaddasa-l-Lahu sirrah
(31)
Syekh Khalid al-Baghdadi qaddasa-l-Lahu sirrah
(32)
Syekh Ismaa’il Muhammad ash-Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(33)
Khas Muhammad Shirwani qaddasa-l-Lahu sirrah
(34)
Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi qaddasa-l-Lahu sirrah(
(35)
Sayyid Jamaaluddiin al-Ghumuuqi al-Husayni qaddasa-l-Lahu sirrah
(36)
Abuu Ahmad as-Sughuuri qaddasa-l-Lahu sirrah
(37)
Abuu Muhammad al-Madanii qaddasa-l-Lahu sirrah
(38)
Sayyidina Syekh Syarafuddin ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(39)
Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh ‘Abd Allaah al-Fa’iz ad-Daghestani qaddasa-l-Lahu sirrah
(40)
Sayyidina wa Mawlaana Sultan al-Awliya Sayyidi Syekh Muhammad Nazhim al-Haqqaani qaddasa-l-Lahu sirrah


Syahaamatu FardaaniYuusuf ash-Shiddiiq‘Abdur Ra’uuf al-YamaaniImaamul ‘Arifin Amanul HaqqLisaanul Mutakallimiin ‘Aunullaah as-SakhaawiiAarif at-Tayyaar al-Ma’ruuf bi-MulhaanBurhaanul Kuramaa’ Ghawtsul Anaam
Yaa Shaahibaz Zaman Sayyidanaa Mahdi Alaihis Salaam wa yaa Shahibal `Unshur Sayyidanaa Khidr Alaihis Salaam
Yaa BudallaYaa NujabaYaa NuqabaYaa AwtadYaa AkhyarYaa A’Immatal Arba’a
Yaa Malaaikatu fi samaawaati wal ardhYaa Awliya AllaahYaa Saadaat an-Naqsybandi
Rijaalallaah a’inunna bi’aunillaah waquunuu ‘awnallana bi-Llah, ahsa nahdha bi-fadhlillah . Al-Faatihah


www.nurmuhammad.com
www.sufilive.com
www.naqsybandi.web.id

Sufi Road : Sholawat Nuril Anwar

Allahumma shalli 'alaa nuuril anwaari wasirril asraari, watiryaaqil aghyaari wamiftaahi baabil yasaari, sayyidinaa wamaulaana Muhammadinil muhtaari wa aalihil ath haari wa ash haabihil ahyaari 'adada ni'amillaahi wa ifdhaalih.

Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya, rahsia di antara segala rahasia, pe-nawar duka, dan pembuka pintu kemudahan, yakni Say-yidina Muhammad, manusia pilihan, juga kepada ke-luarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya."

Penjelasan:
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Badawi r.a., Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, "Sha-lawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh ca-haya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan."
Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani rhm. dalam "Afdhalush Sholawat" menukil sebagaimana di atas daripada Sidi Ahmad Zaini Dahlan rhm. dengan sedikit tambahan, yaitu: ".....bahkan sholawat ini mujarrab untuk segala sesuatu dan bilangan wiridannya adalah 100 kali setiap hari.
Hikmah dari membaca sholawat ini ialah menerangkan hati dapat menyingkap rahasia-rahasia ilmu dan mengobati bisa-bisa dan pembuka rezeki. Sholawat ini hendaklah dibaca setiap hari 100 kali atau 92 kali.
Jika dibaca setiap selesai shalat fardhu, maka akan terhindar dari segala mara bahaya dan memperoleh rizki dengan mudah
Jika dibaca 7 kali sebelum tidur, insya Allah akan terhindar dari sihir yang dilakukan orang jahat
Jika dibaca 100 kali sehari semalam, akan memperoleh cahaya Illahi, menolak bencana, mendapat rizki lahir batin

Sufi Road : Tiada Penghalang Untuk Melihat Allah swt (Hb. Mundzir)

www.Majelisrasulullah.corg, Senin, 25 Oktober 2010

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ وَلَنْ يُضَيِّعَنِيَ اللَّهُ أَبَدًا

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw :
Sungguh Aku Rasulullah, dan Allah swt tidak akan mengecewakanku selama lamanya” (shahih Bukhari)

Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Kekal dan abadi, kita bersalawat dan bersalam kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kelurga, para sahabatnya dan para pengikutnya, mulai hari ini hingga hari perjumpaan. Kita memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah memilih kita dan memuliakan kita di malam hari ini untuk masuk ke rumah-Nya (masjid) dan menghadiri majelis nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka hal ini adalah suatu kenikmatan dari Allah untuk kita semua. Allah menghadirkan kita di malam hari ini untuk memberi anugerah kepada kita, karena Allah tidaklah memberi kemudahan kepada kita dalam melakukan sesuatu kecuali Allah hendak memberikan kepada kita balasan pahala. Dan tidaklah Allah menciptakan sesuatu itu begitu saja (sia-sia), maka segala ciptaan Allah dan segala perbuatan makhluk-Nya adalah dalam lingkupan hikmah atau dalam lingkupan rahmah.

Segala perbuatan yang disyariatkan oleh Allah adalah bentuk dari rahmah Allah, dan Allah membalas mereka yang melakukannya dengan balasan pahala dan surga. Adapan sesuatu yang menyalahi syariat dan perintah Allah maka hal itu terdapat hikmah dan jauh dari rahmah, dan Allah akan membalas perbuatan mereka dengan siksaan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini dari perbuatan baik atau buruk, keimanan atau kekufuran, dan kemaksiatan atau kerugian, kesemua itu adalah ciptaan Allah yang tidaklah sia-sia (remeh) melainkan berada dalam koridor rahmah atau dalam koridor hikmah, semoga Allah menjadikan kita selalu berada dalam lingkupan rahmah.

Dan majelis-majelis dzikir dan shalawat atas nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah lingkupan rahmat Allah subhanahu wata'ala. Allah menambhakan rahmat untuk hamba-hamba-Nya yang selalu mendekat kepada tempat-tempat dan majelis yang dipenuhi rahmah. Dan setiap rahmat yang dilimpahkan oleh Allah adalah pecahan dari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan penundaan siksa untuk orang kafir juga merupakan rahmah, rahmah yang disebabkan oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala :

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ( الأنفال:33 )

" Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun" ( QS. Anfal: 33)

Istighfar merupakan syariat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan selama kita beristighfar memohon ampunan kepada Allah maka tidak akan ada siksa untuk kita, insyaallah. Dan selama ummat beristighfar maka niscaya tidak akan ada siksaan yang turun dari Allah untuk mereka. Kita memohon kepada Allah semoga kita dilimpahi rahmat di majelis malam hari ini dan senantiasa melimpahkan rhamat kepada kita tiada hentinya. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"jika kita memasuki masjid berdoalah kepada Allah agar dibukakan untuk kita pintu-pintu rahmah".

Maka majelis-majelis dzikir dan maulid yang diadakan di dalam masjid merupakan rahmat diatas rahamat, dan limpahan rahmat yang turun karena dzkir, dan juga rahmat para malaikat yang hadir di majelis-majelis dzikir, maka seorang mukmin akan selalu dilimpahi rahmat hingga Allah menyatukannya dengan nabi yang penuh rahmat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Jika Allah telah mengikatmu dengan nabi yang penuh rahmat dalam kehidupanmu maka engkau akan mendapatkan kebahagian dan ketenangan.

Diantara tanda bahwa engkau telah terikat dengan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah ketika engkau akan masuk ke dalam rumahmu maka engkau akan teringat apa yang diucapakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika memasuki rumah, dan ketika engkau memasuki pasar maka kau teringat tuntunan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tentang apa yang diucapkan beliau saat memasuki pasar, ketika engkau sedang menghadapi makanan dan engkau teringat akan tuntunan Rasulullah apa yang diucapkan ketika akan makan, maka sungguh engkau telah terikat dengan nabi yang penuh rahmah.


Dan ketika engkau akan tidur kemudian engkau teringat apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bagaimana cara tidur beliau serta apa yang diucapkan ketika akan tidur,maka sungguh engkau akan selalu dalam rahmat Allah dan selalu terikat dengan nabi yang penuh rahmat, dan engkau akan melihat dampak dari rahmat ini ketika engkau wafat dimana merupakan jalan untuk menuju kenikmatan yang kekal di surga, dan kenikmatan yang paling mulia di surga adalah memandang dzat Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana hadits agung yang kita baca tadi, namun pembuka rahmat yang kekal adalah kematian. Jika engkau memperbanyak mencari rahmah di dunia maka ia akan datang sebagai penolongmu ketika engkau wafat.

Darimana dan bagaimana rahmah itu datang?! Yaitu dengan mengukuti tuntunan dan sunnah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka sebagian ulama besar mengatakan bahwa ada 2 orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bersepakat untuk saling membantu di dunia dalam mencapai ridha Allah, dan untuk menyebarkan ajaran Rasulullah shallallahu 'alihi wasallam, dan menampakkan akhlak rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selama mereka dalam kehidupan dunia. Maka kedua orang shalih ini setuju untuk mengamalkan sunnah-sunnah nabi Muhammad dan menyebarkan ajaran beliau hingga mereka wafat, dan mereka berkesinambungan dalam hal itu, mereka saling membantu dalam menyebarkan dakwah nabi Muhammad, mereka mengajarkan sunnah-sunnah nabi Muhammad kepada manusia dengan kasih kelembutan dan kasih sayang dan akhlak yang mulia, dan mereka terus mengamalkan sunnah-sunnah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang mana hal itu adalah sunnah-sunnah yang sangat sederhana dan kita semua mengetahuinya, diantaranya sunnah ketika makan, ketika tidur, ketika keluar dan masuk rumah. Kita menganggapnya sesuatu yang kecil padahal hal itu sangat agung di sisi Allah. Dan setelah beberapa tahun kedua orang ini mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka salah seorang diantara mereka meninggal.

Maka orang ini selalu mendoakan temannya yang meninggal, dan memintakan ampunan kepada Allah untuknya. Dan suatu saat ia berjumpa dengan temannya di dalam mimpi, dan ia menanyakan keadaannya setelah meninggal, dan apa yang terjadi setelah ia wafat. Kita mengetahui bahwa mimpi-mimpi baik itu adalah benar dan datangnya dari Allah,dan sebagian mimpi yang lainnya adalah dari syaitan. Lihatlah pada indahnya tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka berkatalah saudaranya yang meninggal itu: " Ketika aku wafat dan berpindah dari kehidupan dunia ini, sungguh aku tidak merasakan kematian sama sekali, orang-orang memandikanku, mengkafaniku, dan membawaku ke dalam kubur, tetapi aku mengira diriku dalam mimpi, sehingga datang 2 malaikat ke dalam kuburku, dan berkata kepadaku : "duduklah wahai Abdullah", dan ketika aku duduk di kuburku aku merasa bahwa diriku baru bangun dari tidur, dan dahulu ketika aku masih hidup di dunia aku selalu menjaga 2 sunnah nabi yaitu ketika akan tidur dan ketika bangun tidur, yang pertama adalah sunnah siwak, ketika aku bangun tidur aku selalu mengambil siwak dan bersiwak dengannya, dan yang kedua adalah ketika aku bangun tidur aku selalu membaca doa:

الحمدلله الذي أحيانا بعدما أماتنا وإليه النشور

" Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali, dan kepada-Nya lah kami akan kembali".

Adapun balasan dari sunnah yang pertama aku tidak merasakan sakitnya kematian bahkan aku mengira bahwa aku sedang dalam mimpi, sehingga malaikat berkata kepadaku:
"duduklah wahai Abdullah"
mereka ingin menanyakan aku di dalam kubur, dan ketika aku bangun dari kuburku aku mengira bahwa aku bangun dari tidur, dan aku mulai mencari siwak dan aku mengulang-ulang doa bangun tidur, dan ketika itu aku memanggil anakku dan aku berkata:
"wahai fulan, dimana siwakku, siapa yang yang telah mengambil siwak?", maka malaikat yang berada di hadapanku berkata:
"Wahai Abdullah, siwak apa yang engkau cari dan siapa yang orang yang engkau panggil itu?, apakah engkau mengira bahwa engkau sedang tidur di tempat tidurmu?, engkau sekarang adalah mayyit di dalam kuburmu, dan kami adalah malaikat yang akan bertanya kepadamu",
maka aku menjadi risau dan aku sadar bahwa aku telah berada di alam kubur, dan aku pun mengulang-ulang doa bangun tidur, maka malaikat itu berkata:
"engkau adalah hamba yang shalih, engkau telah dikuatkan dengan ucapan yang kuat, maka tiada lagi pertanyaan untukmu di kubur dan di hari kiamat, maka tidurlah seperti tidurnya pengantin sampai tiba hari kiamat".

Maka ia berkata kepada temannya di dalam mimpi, sungguh Allah subhanahu wata'ala telah menyelamatkanku dari pedihnya kematian, dan dari pertanyaan 2 malaikat di alam kubur dikarenakan aku mengamlakan dua sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sangat mudah dan sederhana itu. Maka bagaimana jika kita mengamalkan 5 dari sunnah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan bagaimana jika kita menjaga 10 sunnah dari sunnah-sunnah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Setiap sunnah Rasulullah yang engkau amalkan akan membawa manfaat untukmu, dan orang ini telah melewati 1 tahap yaitu selamat di alam kuburnya, ia akan selamat dari kubur kemudian mencapai ke surga, dan dari surga ia akan mencapai kepada puncak kenikmatan di surga yaitu memandang keindahan dzat Allah subhanahu wata'ala.

Demikianlah Allah subhanahu wata'ala memberi balasan kepada orang-orang yang beriman di dunia, karena mereka beriman kepada Allah subhanahu wata'ala walaupun mereka tidak melihat-Nya, dan mereka menyembah-Nya padahal mereka tidak melihat-Nya, dan mereka melakukan shalat karena Allah subhanahu wata'ala sedangkan mereka tidak melihat-Nya. Jika mereka telah sampai kepada ketetapan rahmat Allah, maka mereka akan melihat Allah subhanahu wata'ala, dan Allah akan menyingkirkan dari mereka tabir yang menghalangi mereka dengan Allah.

Sungguh Allah subhanahu wata'ala tidak bisa disifati dengan tempat, langit-langit dan bumi ini dahulu tiada, bintang-bintang, bulan dan matahari asal mulanya tiada, dan segala unsur oksigen dan lain-lainya dahulu tiada. Dahulu tidak ada tempat atau masa, karena perhitungan zaman diketahui dengan putaran matahari dan bumi, maka bagaimana mungkin ada zaman sebelum ada matahari. Allah ada sebelum ada atas dan bawah, dan sebelum diciptakan alam semesta, langit dan bumi ini, maka bagaimana diketahui arah atas dan bawah, oleh karena itu kelak di hari kiamat hamba akan melihat Allah tanpa terikat lagi dengan tempat, mereka melihat Allah subhanahu wata'ala sebagaimana hari mulia di hari Jum'at ketika di dunia, sebagaimana riwayat sahabat Abi Sa'id Al Khudri RA, beliau adalah seorang sahabat yang selalu mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga mencintainya. Beliau sering keluar ke pedesaan dengan membawa kambing-kambingnya dan menggembalanya di pedesaan itu, dia sangat mencintai kambing dan tempat penggembalaannya itu. Maka suatu saat Rasulullah berkata kepada Abu Sa'ad Al Khudri:
" wahai Aba Sa'id, aku melihat engkau sangat menyayangi kambing dan perkampunganmu",
maka ia berkata: "betul wahai Rasulullah ", kita lihat apa yang diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengikat cinta dengan agama, beliau berkata kepada Aba Sa'id :
"jika engkau sedang menggembala kambingmu, dan disaat itu telah masuk waktu shalat, maka janganlah kamu langsung melaksanakan shalat, tetapi adzan dan iqamahlah kemudian lakukan shalat",
kemudian beliau menyebutkan keutamaan-keutmaan adzan yang demikian luhur, Rasulullah berkata:
"tiadalah sesuatu dari bebatuan, benda yang mati dan yang yang kering atau basah, dan lainnya yang mendengar suara adzan dikumandangkan kecuali akan menjadi saksi bagimu dengan keimanan" .


Maka jika engkau melakukan shalat di rumah mu atau di kamarmu maka adzanlah karena segala sesuatu yang ada disekitarmu akan menjadi saksi bagimu dengan keimanan. Demikian keadaan Rasulullah saat duduk bersama para sahabat, terkadang mereka bertanya kepada beliau dan terkadang Rasulullah memulai pembicaraan dengan mereka. Dan di sebagian riwayat tentang hadits tadi, bahwa Rasulullah bersabda :
" Kalian akan melihat tuhan kalian dengan kasat mata",
maka sahabat heran dengan ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata: "wahai Rasulullah apakah kita akan melihat Allah kelak di hari kiamat?,
kita lihat apa jwaban nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau tidak menjawab "iya", beliau tidak menjawab : "betul", namun beliau memberi jawaban dengan sesuatu yang betul-betul meyakinkan dan terjadi di hadapan mereka. Maka beliau bersabda:
"apakah kalian tidak bisa melihat matahari dan bulan jika langit cerah?", para sahabat berkata: "tidak wahai Rasulullah, bagaimana kita tidak dapat melihat bulan atau matahari jika langit sedang cerah",
maka Rasulullah berkata:
"tidak ada keraguan dalam melihat Allah subhanahu wata'ala kelak di hari kiamat, keculi kalian ragu dalam melihat matahari atau bulan ketika langit sedang cerah".
Dan dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"sungguh kalian akan meliahat Allah dengan sangat jelas dan dalam keadaan sadar",
dan dalam riwayat Abi Sa'id, dijelasakan di dalam kitab Imam Malik Al Muwattha' beliau berkata:
"ketika kami keluar bersama nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam suatu malam dan bulan purnama sangat sempurna dan terlihat jelas, maka nabi Muhammad berkata kepada para sahabat yang disaat itu bersama beliau: " Apakah kalian masih ragu melihat bulan purnama itu di malam hari ini?",
maka para sahabat berkata : "tidak wahai rasulullah", Rasulullah berkata: "sungguh kalian akan melihat tuhan pencipta kalian seperti jelasnya kalian melihat bulan purnama ini",

bukan berarti Allah subhanahu wata'ala seperti bulan atau matahari, tetapi maksudnya adalah selama kalian yakin dengan melihat bulan atau matahari itu, maka sungguh engkau akan melihat Allah subhanahu wata'ala di hari kiamat. Sungguh orang-orang yang beriman akan menikmati memandang dzat Allah subhanahu wata'ala di surga dan itu merupakan nikmat yang paling luhur. Waktu hari Jum'at di dunia, disaat itu pula waktu melihat Allah subhanahu wata'ala dan keindahan-Nya, dan jika engkau ketika di dunia mendatangi shalat Jum'at di akhir shaf maka ia juga akan memandang Allah dibagian paling belakang, dan siapa yang mendatanginya di awal waktu maka ia akan berada di barisan pertama bersama para nabi dan para shalihin untuk melihat Allah kelak. Salah seorang Tabi'in, sayyidina Yahya bin Mu'adz Rahimahullah berkata: "Jika Allah menyingkapkan penghalang dari jiwa orang-orang mukmin, dan mereka melihat tuhan mereka, maka pandangan mereka akan hilang selama 800 tahun dan tidak bisa melihat yang lain karena keagungan cahaya Allah, dan setelah 800 tahun mereka akan kembali sadar, karena keindahan memandang dzat Allah subhanahu wata'ala, sebagaimana firman-Nya:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ( القيامة : 22-23)


Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nyalah mereka melihat.” (QS Al Qiyamah: 22-23)

Semua kenikmatan surga tidak sebanding dengan nikmat memandang dzat Allah subhanahu wata'ala. Maka orang-orang yang beriman setelah berjumpa dengan Allah subhanahu wata'ala dan kembali ke istana mereka masing-masing, maka para istri mereka dari wanita-wanita mu'minat dan para bidadari surga berkata: "apa yang membuatmu sangat bercahaya?, semakin indah wajahmu", maka mereka berkata:
"hari ini Allah telah memuliakan kami dan mengangkat tabir penghalang sehingga kami melihat Allah subhanahu wata'ala",

inilah kenikmatan yang agung, kedudukan yang sangat mulia, balasan yang sangat luhur, anugerah yang sangat besar, dan keridhaan Allah yang paling agung, dan tiada kemurkaan lagi setelah itu, kenikmatan yang kekal dan abadi selama-lamanya. Ribuan tahun lewat seperti lewatnya 24 jam, berlalunya 1000 tahun seperti 2 menit, dan kelezatan makanan di surga akan terus terasa kenikmatannya sepanjang seribu tahun, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Hakim tentang hadits ini, bahwa kelezatan satu suap makanan di surga kenikmatannya akan tetap terasa hingga 1000 tahun.

Karena waktu di surga berlalu begitu cepat dan kenikmatan disana kekal selamanya. Apakah yang menyebabkan semua ini? , hal yang kecil dan mudah, hanya 10 menit dalam sehari melaksanakan shalat fardhu 5 waktu, jika engkau shalat di masjid hal itu dibenarkan, shalat di padang pasir dibolehkan, shalat di rumah atau di sawah juga diperbolehkan karena bumi semua adalah masjid bagi ummat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Yang terpenting adalah engkau melaksanakan shalat, jika engkau shalat berjamaah maka hal itu lebih utama dan lebih sempurna, jika engkau shalat sendiri pun diperbolehkan, dan jika engkau shalat dengan siwak maka itu lebih utama, dan siwak dengan kayu ara:k afdhal, dan siwak dengan ujung pakaian pun dibenarkan.
Hal yang sangat kecil dan mudah dilakukan akan membawa kita kepada kenikmatan yang kekal. Dan kita berpuasa setahun sekali di bulan Ramadhan, kemudian bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sepuluh kali di pagi hari dan sepuluh kali di sore hari, atau kita bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi ketika akan tidur agar sebanyak 20 kali, agar mendapatkan syafaat dari nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan kita saling membantu dalam meneggakkan agama ini, saling mencintai karena Allah, menyebarkan ajaran Rasulullah diantara manusia, kita keluar untuk berdakwah di jalan Allah, ajarkan orang-orang non muslim tentang ajaran nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, hendaknya demikian hari-hari kita berlalu dari tahun ke tahun, dan kita gembira ingin kehidupan ini segera berlalu dengan cepat, rindu dengan kematian karena rindu ingin berjumpa dengan Allah, kita mengharapkan balasan yang agung di surga, kita ingin berjumpa dengan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.


Kehidupan ini kesemuanya adalah tambahan pahala yang sangat luhur, kehidupan bagi kita merupakan tambahan kenikmatan dan kenikmatan, jadikan kehidupan ini di setiap harinya selalu bersyukur kepada Allah subhanahu wata'ala. Jika kita telah melaksanakan shalat fardhu maka kita bersyukur kepada Allah dengan ucapan "Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah", setelah membaca Al Qur'an kita bersykur dengan ucapan "Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah".

Jika kita hadir seperti majelis di malam hari ini dan kita keluar dengan gembira dan ucapkan
"Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah". Kehidupan dunia berlalu dan kita mengharap perjumapaan dengan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kita jadikan kehidupan kita mengikuti kehidupan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang kesemuanya adalah dakwah untuk agama, dakwah untuk ajaran-ajaran nabi yang penuh rahmah, kesemua itu adalah kebahagiaan. Kebahagiaan bukanlah hanya dengan makanan dan minuman saja, akan tetapi dengan wirid dan dzikir, di pagi hari dengan bacaan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, di waktu dzhuhur membaca "Laa ilaaha illallah almalik alhaqq almubiin", di waktu Asar membaca
"Hasbunallaah wani'ma Al wakiil", sesudah maghrib membaca "Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu allahu akbar", dan sesudah Isya membaca "Subhanallah wabihamdihi subhanallah Al 'azhim" , dan ketika akan tidur membaca Subhanallah 33 x, Alhamdulillah 33x, dan Allahu Akbar 33 x ,
maka engkau akan merasakan kenikmatan dzikir dan engkau akan mencapai derajat dicintai Allah karena engkau banyak menyebut-Nya, dan hatimu akan dipenuhi dengan rahmah, engkau menginginkan semua manusia masuk kedalam agama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan menggembirakan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, jika nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam gembira maka Allah akan ridha dan syaitan akan sedih, karena syaitan menginginkan manusia bersamanya di neraka, sedangkan Rasulullah menginginkan mereka baik pria dan wanita untuk bersama beliau di surga.


Rasulullah tidak menginginkan mereka berada di surga yang pertama akan tetapi beliau menginginkan semua ummatnya berada di surga Firdaus, surga yang paling tinggi. Agar kita bersama nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka kita ikuti akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam, sifat-sifat beliau, keberanian beliau, kejujuran beliau, dan kita berdzikir kepada Allah sebagaimana Rasulullah berdzikir. Kita semua menginginkan keluhuran dan kebaikan maka ajaklah para kelurga, kerabat dan teman kita kepada keluhuran. Jika semakin banyak kejahatan, dan kita tidak saling membantu dalam menegakkan agama dan menyebarkan kemuliaan, maka Rasulullah akan bersedih dan Allalh akan murka, manusia akan celaka dan syaitan gembira.

Jika syaitan melihat kebaikan itu sedikit maka ia akan gembira, karena dia menginginkan manusia bersamanya di neraka. Oleh karena itu kita menginginkan semua perbuatan kita membuat syaitan marah dan sedih namun membuat Rasulullah gembira. Jika engkau akan tidur dan kau teringat dan mengamalkan dzikir sebelum tidur maka Rasulullah akan gembira dan syaitan marah. Dan ketika kau bangun dari tidur bacalah doa bangun tidur maka Rasulullah akan gembira dan engkau akan dilimpahi pahala yang agung oleh Allah karena telah menggembirakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Namun ketika engkau bangun tidur dan tidak menyebut Allah dan tidak mengucapkan doa bangun tidur maka syaitan akan gembira, dan ketika engkau akan makan dan tidak mengucapkan "Bismillah" maka syaitan senang dan ia akan makan bersamamu, dan mengambil keberkahan makanan itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat alam hakikat keseluruhannya, beliau melihat syaitan dan para malaikat, dan jika beliau melewati kubur beliau akan melihat ruh-ruh orang yang telah meninggal dan berbicara dengan mereka, beliau mendengar benda-benda, hewan dan tumbuhan yang berdzikir dan bertasbih kepada Allah subhanahu wata'ala.

Maka di suatu hari beliau duduk bersama para sahabat untuk makan, kemudian datang seseorang dengan bergegas dan ingin makan bersama mereka, ia tidak mengucap Bismillah dan langsung mengulurkan tangannya ke makanan itu, dan disaat itu para sahabat ada namun mereka tidak melihat sesuatu, namun nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memegang tangan lelaki itu, maka lelaki itu berkata:
"wahai Rasulullah, mengapa engkau menahan tanganku, lepaskanlah", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "sungguh tangan syaitan telah mengulurkan tangannya bersama tangan saudaramu ini, untuk mengmabil keberkahan dari makanan kita", dan aku memegang tangan syaitan yang terulur bersama tangannya", kemudian beliau berkata kepada lelaki itu : "ucapkanlah bismillah", maka ia pun berkata : "bismillah", maka Rasulullah melepas tangannya dan berkata: "sekarang makanlah". Oleh karena itu jika kita akan makan maka ucapkanlah bismillah atau bismillahirrahmanirrahim, tidak kita lupakan hal ini selama-lamanya. Jika engkau selalu lupa mengucap bismillah, maka syaitan akan menjadi semakin besar dan sangat gemuk, dan ia akan semakin kuat menggoda dan membisikimu untuk mencelakakanmu, namun jika engkau selalu mengucapkan bismillah maka syaitan akan semakin lemah dan semakin tidak berdaya mengecohmu, dan ketika selesai makan ucapkanlah
Alhamdulillah 3 x, walaupun cuma sekali cukup, namun jika engakau mengulanginya sebanyak 3 kali maka Allah akan menambah kemuliaan untukmu. Semoga Allah subhanahu wata'ala menolong kita untuk selalu berada dalam sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, amin.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Doa "Laa ilaaha illallah" yang kita baca tadi yang telah diajarkan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh adalah untuk menjauhkan kita dari musibah, semoga Allah jauhkan kita dan kota Jakarta ini dari musibah, hujan yang turun tadi jika bukan karena banyaknya majelis dzkir dan majelis ta'lim, sungguh akan lebih dahsyat dari yang tadi, namun Allah subhanahu wata'ala hentikan tiba-tiba karena akan ada majelis ini. Hadirin hadirat, perbanyak doa ini untuk menjaga kita, wilayah kita dan seluruh wilayah muslimin dari musibah. Selanjutnya qasidah penutup "Muhammadun" secara ringkas, kemudian doa penutup oleh Al Habib Musa Al Kazhim bin Ja'far As Saggaf

Sufi Road : Dzikir Fida dalam Al Quran dan HAdits

Para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA telah menjelaskan dan mengamalkan dzikir fida' guna menebus, membebaskan, melepaskan, menyelamatkan dan mengamankan diri mereka, lebih-lebih keluarga mereka dari siksa api neraka.
Penebusan diri dari api neraka itu telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW dan berkembang corak dan ragamnya. Kendati demikian, metode yang secara khusus diamalkan oleh para Masyayikh al-'Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah dzikir fida', terbagi menjadi dua metode:
Pertama; 'Ataqot al-Shughra, yaitu membaca "Subhanallah wa Bihamdih" seribu kali (1.000 x) dan "Laa ilaaHha illallaHh " tujuh puluh ribu kali (70.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.
Kedua; 'Ataqot al-Kubra, yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak seratus ribu kali (100.000 x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka. Dan untuk menunjukkan kesungguhan itu semua, mereka memberikan mahar laksana kewajiban mahar dalam pernikahan.
Bahkan diantara ulama salaf ada yang menebus dirinya dari siksa api neraka dengan seluruh harta yang dimilikinya. Dalam memberikan mahar harus ada kesungguhan, apalah artinya dunia jika dibanding dengan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.

Dasar dua metode penebusan diri dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini:
1. Firman Allah SWT [Q.S. al-Taubah: 111]:


إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. [التوبة/111]
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” [Q.S. al-Taubah: 111]

2. Firman Allah SWT [Q.S. al-Baqarah: 207]:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ. [البقرة/207]
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” [Q.S. al-Baqarah: 207]

3. Firman Allah SWT [Q.S. al-Zumar: 15]:
قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ. [الزمر/15]
Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” [Q.S. al-Zumar: 15]

4. Rasulullah SAW bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلأُ الْمِيزَانَ. وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلآنِ - أَوْ تَمْلأُ - مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَالصَّلاَةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا. (رواه مسلم)
Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi bathin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), shadaqah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gumilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Qur’an adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya.” [H.R. Muslim]

Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW "Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya" adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah SWT dengan ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebagian yang lain menjual dirinya kepada syaithan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga mencelakakannya.

5. Dalam Shahih Bukhari, dari shahabat Abu Huraiarah RA, beliau berkata: “Rasulullah SAW berdiri ketika Allah SWT menurunkan ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, beliau bersabda:
“Wahai orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT.
Wahai Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah SWT. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.
Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT. Wahai Fathimah putri Muhammad SAW, mintalah apa saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah SWT.” [H.R. Bukhari]

6. Dalam Shahih Muslim, sahabat Abu Hurairah mengisahkan bahwa ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syu’ara: 214)”, Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy, lalu mereka berkumpul. Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan sabda secara umum dan secara khusus, beliau bersabda: “Wahai Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai Bani Hasyim, selamtkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api neraka.
Wahai Fathimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Karena sesungguhnya aku tidak kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai hubungan kerabat, dan aku selalu melestarikannya dengan menyambung dan mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” [H.R. Muslim]
Yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku karena kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemadlaratan yang dikehendaki oleh Allah SWT kepada kalian.

7. Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah SWT dan ia di akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Allah SWT.” [H.R. al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam al-Ausath]

Dalam sebagian atsar diriwayatkan bahwa barang siapa mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api neraka. Sayiduna al-Syaikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi RA berkata: “Ayahku mengumpulkan jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal, membaca Lailaaha Illallah seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebagian orang-orang yang telah meninggal.

Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan antusias dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian dari mereka berpesan agar menjaga dan melestarikannya. Mereka menuturkan bahwa dengan hal itu Allah SWT memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”
Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahwa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah SWT dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan: “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas.”, seperti ‘Amr bin ‘Uthbah. Sebagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.

Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani RA berkata: “Aku mendengar Syaikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata: “Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi RA berkata dalam sebagian atsar: “Barang siapa yang mengucapkan Laailaha Illallah tujuh puluh ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu karena mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat surga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda.
Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu. Kemudian sebagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan asumsi tidak baik. Pemuda itu berkata: “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.” Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang sangat keras.
Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata: “Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah SWT memberi ilham kepadaku untuk membacakan Lailaaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku: “Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah orang-orang yang jujur. Ya Allah, Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata: “Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.”

Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca Laailaha Illallah sebanyak tujuh puluh ribu kali. Karena dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah SWT akan membabaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.

Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Amr al-Jawi RA berkata: “Bacaan Laailaha Illallah sebanyak ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat al-Ikhlash ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra (pembebasab besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun, karena tidak disyaratkan untuk berturut-turut.

والله أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب . وصلى الله على سيدنا وحبيبنا وقرة أعيننا ومولانا محمد صلى الله عليه وآله وسلم وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا الى يوم الدين , والحمد لله ربّ العالمين .

Sumber : Muhammad Khudhori al-Tsubuty