Saturday, April 20, 2013

Rumi : Pagelaran Hal-hal yang Berlawanan

Rumi: Matsnawi

Sudah menjadi Kehendak dan Keputusan Dia,
sang Maha Pengampun, untuk
memperkenalkan dan menyingkapkan Diri-Nya.

Tetapi takkan sesuatu dikenali
kecuali jika ada lawannya,
dan Raja tak-Tertandingi itu tak terbandingkan.

Maka diangkatnya seorang khalifah,
seorang insan pemilik qalb,
agar menjadi cermin yang menampikan kedaulatan-Nya.

Lalu dilimpahkan padanya kemurnian tak-terhingga,
dan dari kebalikannya ditampilkan lawannya,
yang berasal dari kegelapan.

Berkibar dua panji berlawanan, putih dan hitam:
Yang pertama Adam;
dan lainya Syaithan, sang penghalang jalan
menuju kepada-Nya. [1]

Diantara ke dua kubu ini,
berlangsung pertentangan dan perang;
dan melalui hal-hal itu terjadilah
apa-apa yang harus terjadi.

Demikianlah, pada generasi berikutnya
tampil lah Habil, sedangkan saudaranya Khabil
menentang cahaya murninya. [2]

Lalu , pertentangan ke dua panji itu:
keadilan melawan ke-tidak-murni-an,
memasuki masa kekuasaan Namrud.

Dia menentang dan memusuhi Ibrahim,
dan tentara ke duanya berperang
dan bertempur satu sama lain.

Sampai akhirnya,
Dia berkehendak mengakhiri sengketa itu,
api-Nya menjadi alat penentu diantara mereka.

Lalu dia mengangkat hamba-Nya, sang Api,
menjadi pemutus perkara ini: sehingga persoalan
diantara mereka dapat ditentukan. [3]

Generasi demi generasi berlalu,
sampai pertentangan ke dua kubu itu
memasuki masa Fir'aun dan Musa yang bertakwa.

Pertentangan diantara ke duanya
berlangsung bertahun-tahun.
Terjadi bermacam pelanggaran berat
yang melampaui batas,
dan menyebabkan banyak penderitaan.

Saat itu, Dia menjadikan Air sebagai utusan-Nya,
Laut lah yang menentukan siapa yang benar
diantara mereka yang bersengketa. [4]

Pada masa ketika Mushtafa hadir bertugas,
dia berhadapan dengan Abu Jahl,
pemimpin ke-tidak-adilan.

Di masa kaum Tsamud,
Dia mengutus Suara sebagai abdi-Nya,
gelegar Suara dahsyat mematikan mereka. [5]

Di dalam penghancuran kaum 'Ad,
hamba-Nya yang bertugas adalah Angin, [6]
yang bergemuruh, bergerak naik, dengan cepat.

Ketika Dia mengutus hamba-Nya yang teliti, Bumi,
sebagai utusan kepada Qarun:
dihias-Nya sifat lembut bumi dengan permusuhan.

Saat itu, kelembutan Bumi berubah
menjadi kemurkaan, sehingga
ditelannya Qarun beserta harta-bendanya. [7]

Perhatikanlah fungsi makanan bagi tegaknya tubuhmu,
roti itu ibarat baju zirah yang menahan tombak lapar.

Tapi ketika Dia menaruh kemurkaan dalam rotimu,
roti akan melekat pada kerongkonganmu,
dan membuatmu tersedak sampai terasa tercekik.

Atau ketika pakaianmu
--yang seharusnya melindungimu dari hawa dingin-- dibuat-Nya dingin, setajam es.

Maka segera kau tanggalkan baju-bulu hangat,
dan beralih berlindung kepada hawa dingin.

Pengetahuanmu belum memadai;
ibarat air, jumlah dan kemurniannya
masih tak mencukupi untuk bersuci:
kau lupakan azab yang menimpa
pada hari ketika awan menaungi. [8]

Di kota dan desa,
kepada setiap rumah dan dinding,
turunlah perintah -Nya: "Jangan beri naungan,

Jangan tepis hujan maupun cahaya matahari;"
sehingga kaum itu semua bergegas
menemui Syu'aib, Sang Utusan,

Sambil menjerit, Kasihanilah kami,
wahai Pangeran! Kami seperti telah mati.
Baca lah kisah selanjutnya dalam Al Qur'an.

Kenanglah bagaimana Dia yang Maha Terampil
mengubah tongkat Musa menjadi seekor ular-naga,
itu saja cukup sebagai contoh bagimu,
seandainya kau cukup cerdas. [9]

Kau miliki perangkat akal,
tapi tak cukup dalam kau merenung:
bagai musim dingin membeku,
tak kunjung mengalir ke musim semi.

Karenanya, sang Maha Perancang,
yang membentuk pikiran berkata,
Wahai hambaku, renungkan lah dalam-dalam.

Dia tak berkata, tempa lah besi yang dingin, [10]
tapi maksudnya, wahai engkau yang sekeras besi,
dedikasikanlah dirimu bagi Dawud. [11]

Jika tubuhmu seperti mati,
cari lah pertolongan Israfil; [12]
jika hatimu membeku,
cari lah kehangatan Ruh al-Quds.

Jika berlama-lama kau kungkung dirimu
dalam selimut pakaian khayalan,
segera kau dapati pikiranmu berubah jahat.

Sehingga Akal Sejati tanggal:
tak didapati persepsi yang sejati
tak pula diperoleh pengalaman kesejatian.

Disini aku harus menahan lisanku,
jika kukatakan yang sebenarnya,
akan banyak penyingkapan yang mempermalukan.

Apakah sebenarnya arti iman?
Maknanya: yang menyebabkan mata-air-sumber mengalir.
Ketika janin keluar dari rahim,
ia disebut rawan. [13]

Filsuf yang sejati itu
orang yang jiwanya telah dimerdekakan
dari kungkungan penjara tubuh,
lalu berkelana (rawan) di taman Kesejatian.

Ke dua hal pokok di atas itu didapat melalui anugerah,
maka perhatikan lah dengan cermat;
Semoga engkau terberkati.

Catatan:
[1] "... Dan syaithan jadikan mereka memandang baik perbuatan mereka, dan menghalangi mereka dari jalan (Allah) ..." QS [Al 'Ankabuut [29]: 38)
[2] Ketika ke dua putera Adam a.s, Qabil dan Habil diperintahkan berkurban, maka kurban Qabil ditolak. Adiknya, Habil, berkata, "... Sesungguhnya Allah hanya mengabulkan dari (orang-orang) al-Mutaqiin." (QS Al Maa-idah [5]: 27)
[3] "Kami berfirman, 'Wahai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim.'" (QS Al Anbiyaa [21]: 69)
[4] "... maka Kami tenggelamkan dia serta mereka yang bersamanya, seluruhnya." (QS Al Israa [17]: 103)
[5] Kaum Tsamud yang tinggal di daerah Hijr akhirnya "... dibinasakan oleh suara yang menggelegar di waktu subuh." (QS Al Hijr [15]: 83)
[6] "Adapun kaum 'Aad, mereka telah dibinasakan oleh angin yang sangat dingin lagi kencang." (QS Al Haaqqah [69]: 6)
[7] "Maka Kami benamkan ia beserta rumahnya kedalam bumi. Maka tiada baginya suatu golonganpun yang menolong dari adzab Allah, dan tiada pula ia yang dapat membela diri." (QS Al Qashash [28]: 81)
[8] "Kemudian mereka mendustakannya (Syu'aib), lalu mereka ditimpa 'adzab, pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya 'adzab itu hari yang agung ('adziim)." (QS Asy Syu'araa [26]: 189)
[9] "Kemudian Musa melemparkan tongkatnya, maka tongkat itu menelan apa yang mereka ada-adakan" (QS [Asy Syu'ara [26]: 45)
[10] Maksudnya, menghabiskan daya dan waktu dalam pemikiran spekulatif. [11] Nabi Dawud a.s, Insan Kamil yang bertugas ketika Bani Israil diboikot habis sehingga tak memiliki kekuatan apa pun; "Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud, membuat baju besi untukmu, guna melindungimu dalam peperanganmu. Maka hendaklah kau bersyukur." (QS Al Anbiyaa [21]: 80) Maksudnya, agar orang-orang kuat, cerdik-cendekia atau berkuasa, tidak sekedar tenggelam asyik dalam pagelaran kecerdasan atau kekuasaan mereka tapi mendaya-gunakannya untuk mencari amal-shaleh dalam bimbingan insan kamil, yang yang dihadirkan hidup pada zaman mereka.
[12] Sang malaikat Pemegang Sangsakala Hari Kiamat.
[13] Yang bergerak, mengalir
.

Sumber: Rumi: Matsnavi VI:2151 - 2189. Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson. Ngrumi.blogspot.com

No comments: