Wednesday, November 9, 2011

Kitab Sirrul Assrar-Syeikh Abdul Qadir Jailani (7)

Bashirah atau Mata Hati

Allah Swt. Memberi manusia mata kasar agar dapat melihat segala yang zahir atau lahir, yang dapat dilihat oleh mata biasa. Tetapi untuk dapat melihat hal yang gaib, Allah telah mengaruniakan suatu penglihatan yang halus di dalam hati, yang dikenal dengan Bashirah, yakni mata hati, atau mata ruh.

Bashirah terbuka di dalam hati orang-orang yang dekat atau yang kuat taqarrubnya kepada Allah. Tidak ada satu pun kekuasaan atau ilmu di dunia ini yang dapat memberikan Bashirah. Padahal manusia sangat memerlukannya untuk sampai ke Alam Gaib yang merupakan rahasia-rahasia Tuhan, kecuali ia tergolong orang-orang yang diberi karunia khusus oleh Tuhan yaitu ilmu yang datangnya dari kesadaran diri tentang
Ketuhanan Allah Yang Esa yang keluar dari kesadaran diri terhadap Ketuhanan Allah yang Esa yang tercuah ke dalam hatinya untuk mengenal alam rahasia Allah yang
gaib seperti dalam firman,Nya: " yang telah Kami berikan kepadanya Rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami" (Al-Kahfi: 65).

"Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan " orang~orang yang bertakwa. Yaitu orang~orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, orang~orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) oranglain. Allah menyukai orang~orang yang berbuat kebajikan" (Ali Imran: 133~134).

Masuklah menjadi ahli golongan orang yang berjalan kembali menuju Allah. Jangan sampai menunggu hingga jalan itu tidak dapat dilalui lagi atau hingga tidak ada lagi orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan itu. Tujuan kita datang ke bumi yang sempit dan fana' ini bukan untuk makan, minum, bersenggama, dan berfoya-foya semata-mata. Sikap semacam ini bukanlah sikap yang dikehendaki Allah dan diajarkan oleh Nabi-Nya yang termulia, Muhammad Saw.. Nur Muhammad Saw. sedang memperhatikan kita. Jika kita tidak mempeduli ajarannya, alangkah hiba dan dukanya hati baginda.

Ajaran atau risalah yang disampaikan kepada manusia memiliki dua kategori, yaitu zahir dan batin, nyata dan gaib tampak dan tidak tampak. Risalah yang zahir ialah hukum syari'at dan risalah yang batin ialah ilmu atau hikmah. Allah Swt. memerintahkan kita supaya mematuhi syari'at unt mengharmonikan atau menyesuaikan aspek zahir kita. Demikian pula dengan aspek batin kita, hendaknya kita mengharmonikannya melalui ilmu atau hikmah.

Apabila yang zahir dan yang batin bersatu, atau apababila syari'at dan hikmah berpadu, barulah seseorang itu dapat mencapai taraf hakikat. Ibarat pokok buah-buahan yang telah mengeluarkan daun, putik, bunga dan seterusnya menjadi buah. Firman Allah:

" Antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui oleh masing~masing" (Ar-Rahman: 20).

Jelaslah kini bahwa keduanya harus disatukan dan dipadukan. Hakikat tidak dapat dicapai hanya melalui ilmu yang diperoleh melalui pancaindera. Lewat pancaindera semata, seseorang tidak akan dapat mencapai tujuannya, yaitu mengenal Yang Asal arau Zat. Ibadah yang sebenarnya me- merlukan syari'at dan hakikat. Diseburkan dalam firman Al~ lah:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku" (Adz~Dzariyat: 56).

No comments: