Sunday, December 26, 2010

Sufi Road : Majelis Haul: Faedah Menghadirinya


Apa faedahnya kita menghadiri majelis haul ?
Maka jawabnya, banyak faedahnya. Pada ghalib (yang nyata)-nya, acara yang dilakukan di dalam majelis haul adalah:
1. Membaca DzikruLlah secara beramai-ramai, seperti biasanya ketika haul Imam Syaikh Abu Bakar bin Salim akan dibacakan Wirdul Sughra, Wirdul kubro Syaikh Abu Bakar bin Salim dan Maulid Adh-Dhiyaul Lami' susunan Al-Habib 'Umar ibn Muhammad ibn hafizh
2. Membaca Yasin atau mengkhatam al-Quran dan pahalanya dihadiahkan kepada shohibul haul.
3. Membaca manaqib shohibul haul,
4. Dapat duduk bersama ulama dan mendengar nasihat dan peringatan daripada mereka5. Membaca petikan dari kitab-kitab karangan shohibul haul, dan banyak lagiiii ........

1. BerdzikruLlah.Kelebihan berdzikruLlah ini sangat banyak.
Bacalah di dalam kitab Fadhilat Dzikir oleh Syeikhkul Hadits Maulana Zakaria al-Kandahlawi. Di dalam kitab tersebut ada dijelaskan lebih dari 70 faedah atau keutamaan dari berdzikir. Di sini kami sampaikan sedikit diantara mengenai fadhilat keutamaannya dan juga menjadi dalil berdzikir secara bersama-sama (jama’ah).
Di antaranya:إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا. قيل: وما رياض الجنة يارسول الله؟ قال: حلق الذكرArtinya: “Apabila kalian melalui suatu taman syurga, maka hendaklah kalian berhenti”. Mereka bertanya: “Apakah taman syurga itu, wahai Rasulullah? Baginda صلى الله عليه وآله وسلم menjawab: Halaqah (kumpulan) dzikir” (Hadits riwayat at-Tirmidhi)

Sabda Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلملا يقعد قوم يذكوون الله تعالى إلا حفتهم الملا ئكة، وغشيتهم الرحمة، ونزلت عليهم السكينة، وذكرهم الله فيمن عندهArtinya: “Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala, melainkan mereka akan dikelilingi oleh para malaikat dan akan dilimpahi rahmat serta akan diturunkan ke atas mereka ketenangan dan Allah akan menyebut mereka di hadapan para malaikatNya" (Hadits riwayat Muslim)

أن النبي خرج على حلقة من أصحابه فقال: ما يجلسكم؟ قالوا: جلسنا نذكر اللهَ ونحمده. فقال: إنه أتاني جبريل، فأخبرني أنّ الله يباهي بكم الملائكةArtinya: “Bahwa suatu ketika Nabi صلى الله عليه وآله وسلم keluar dan melalui suatu halaqah dari para shahabatnya. Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Apakah yang menyebabkan kalian duduk beramai-ramai? Para shahabat رضي الله عنهم menjawab: Kami berdzikir serta memuji Allah. Maka Baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Sesungguhnya Jibril عليه السلام telah datang kepadaku dan mengkhabarkan kepadaku bahwasanya Allah Ta’ala membanggakan kalian di hadapan para malaikatNya (Hadits riwayat Muslim)

مامن قوم اجتمعوا يذكرون الله لا يريدون بذلك إلا وجه تعالى إلا ناداهم مناد من السماء: قوموا مغفورا لكم، قد بدلت سيئاتكم حسناتArtinya: “Tidaklah suatu kaum yang berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala, (yang mana mereka) tidak menginginkan sesuatu kecuali keredhaanNya, melainkan ada suara yang menyeru mereka dari langit: Berdirilah kalian dalam keadaan diampunkan kesalahan kalian, sesungguhnya keburukan yang kalian lakukan telah digantikan dengan kebaikan. (Hadits riwayat Ahmad, ath-Thabarani dan Abu Ya’la)

Keutamaan majelis zikir• Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam, Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkahi lagi Maha Tinggi memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari majelis-majelis zikir. Apabila mereka mendapati satu majelis zikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan, mengagungkan, membesarkan, memuji dan memohon kepada Engkau. Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan
kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi:


Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami. Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu. Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami. Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum. Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan. Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berzikir bersama mereka. Beliau berkata lalu Allah menjawab : Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara/merugi orang yang ikut duduk bersama mereka. (Shahih Muslim No.4854)
Anjuran untuk ingat (berzikir) kepada Allah Taala•


Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari. (Shahih Muslim No.4832)

Cukuplah sekadar beberapa hadits untuk menyatakan kelebihan berdzikiruLlah.

2. Mendoakan shohibul haul, bacaan tahlil atau surah yasin atau mengkhatam al-Quran yang mana pahalanya dihadiahkan kepada shohibul haul.

Mengenai menghadiahkan bacaan tahlil, bacaan al-Quran ke mayyit, maka, disisi pendapat jumhur ulama ahlus sunnah wal jamaah, perbuatan ini dianjurkan dan sampai pahala yang dihadiahkan kepada orang yang telah mati. Persoalan ini sudah sering dibahaskan. Maka kami rasa tidak perlu lagi untuk diperjelaskan.

Hanya ingin mengungkapkan sedikit perkataan ulama tentang perkara tersebut, sebagaimana di dalam terjemahan Ajwibah al-Ghaliyyah karya Habib Zein bin Sumaith: “Tersebut Di dalam kitab al-Majmu’ syarah al-Muhazzab oleh Imam an-Nawawi (15/522): “Berkata Ibn Nahwi di dalam Syarah al-Minhaj: Di dalam mazhab Syafi’i, menurut qaul yang masyhur, pahala bacaan tidak sampai. Tetapi menurut qaul yang mukhtar, sampai pahala apabila dimohonkan kepada Allah agar disampaikan pahala bacaan tersebut”.Dalam menanggapi qaul yang masyhur tersebut, maka Syaikhul Islam, Syaikh Zakaria al-Anshari mengatakan di dalam kitabnya Fathul Wahhab (2/19):

وماقاله من مشهور المذهب محمول على ماإذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب قرائته لهArtinya: Apa yang dikatakan sebagai qaul masyhur di dalam mazhab Syafi’i itu dalam pengertian: Jika al-Quran itu dibaca dengan tiada kehadiran orang mati (tidak dibaca di hadapan orang mati) dan tidak meniatkan pahala bacaan itu bagi orang mati.”Maka jika dibaca dengan di niatkan sebagai pahala, Insya Allah layaknya sebuah doa, pasti Allah mengabulkannya.

3. Membaca Manaqib
Perkataan manaqib itu adalah bentuk jamak dari mufrod manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang. Jadi membaca manaqib, artinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Oleh sebab itu kata-kata manaqib hanya khusus bagi orang-orang baik dan mulia. Maka hukumnya juga harus bahkan dianjurkan, kerana manaqib menceritakan teladan yang baik untuk diikuti. Apa faedahnya membaca manaqib dan memperingati orang-orang sholeh?

Maka faedahnya membaca manaqib dan mengingati orang-orang sholeh adalah sepertimana yang tersebut di dalam sebuah hadits riwayat ad-Dailami didalam Musnad al-Firdaus daripada Sayyidina Muadz رضي الله عنهذكر الأنبياء من العبادة وذكر الصالحين كفارة وذكر الموت صدقة وذكر القبر يقربكم من الجنةMaksudnya: Mengingati para Nabi adalah ibadah, mengingati orang-orang sholeh adalah kaffarah (bagi dosa), mengingati mati adalah sedekah dan mengingati qubur mendekatkan kalian semua kepada syurga. (menurut Imam asy-Sayuthi didalam al-Jami’ asy-Shoghir dan al-Munawi didalam Faidhul Qadir)

Muhammad bin Yunus رحمه الله تعالى berkata:ما رأيت أنفع للقلب من ذكر الصالحينArtinya: Tiada melihat aku akan sesuatu yang terlebih manfaat bagi hati daripada mengingati riwayat hidup orang-orang sholeh.

Sufyan bin Uyainah رحمه الله تعالى mengatakanعند ذكر الصالحين تنزل الرحمةArtinya: Tatkala menyebut orang-orang sholeh akan bercucuran rahmat.

Imam Junaid al-Baghdadi رحمه الله تعالى pula berkata: Hikayat (kisah orang-orang sholeh) itu adalah merupakan tentera dari tentera-tentera Allah Ta’ala dimana Allah menetapkan hati para auliyaNya dengan kisah-kisah tersebut. Maka ditanyai oleh orang kepada Imam Junaid: Apakah engkau mempunyai asas menyokong katamu itu? Maka beliau menjawab: Dalil atau landasan hukum bagi kenyataannya itu adalah firman Allah [bermaksud]: Dan semua kisah-kisah Rasul-rasul itu, kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad), yang dengannya Kami teguhkan hatimu. (Surah Hud:120).

Imam Abu Hanifah.rhm berkata: Kisah-kisah para ulama dan kebaikan-kebaikan mereka lebih aku sukai daripada banyaknya (masalah) fiqih, kerana kisah-kisah tersebut mengandungi adab-adab dan akhlaq mereka.

Faedahnya lagi, dengan membaca manaqib maka akan menambahkan lagi rasa cinta kita kepada shohibul haul, yang mana Beliau dari kalangan auliya dan sholihin. Maka di dalam sebuah hadits riwayat daripada Abu Dzar رضي الله عنه, dimana beliau berkata: Wahai Rasulullah! Seorang lelaki mengasihi suatu kaum sedangkan ia tidak mampu ber’amal dengan ‘amalan mereka? Maka baginda صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: Engkau, wahai Abu Dzar bersama sesiapa yang engkau kasihi.

Mudah-mudahkan kita digolongkan kedalam golongan auliyaNYA lantaran karena cinta kita kepada mereka. آمين.

Manakala di dalam kitab Jala adh-Dholaam ‘ala ‘Aqidatil Awwam disebutkan: Ketahuilah! Seyogyanya bagi setiap muslim yang menuntut kelebihan dan kebaikan (dari Allah Ta’ala) bahwa dia mencari barakah, nafaahat, maqbulnya doa dan turunnya rahmat pada auliya’ didalam majlis perhimpunan mereka, sama halnya ketika mereka masih hidup atau telah wafat, ketika berada disisi kubur mereka atau ketika berziarah atau ketika menyebut keutamaan mereka dan membaca manaqib mereka.

Di dalam kitab Ainul Adab was Siyasah, halaman 158, disebutkan: Umar bin al-Khattab رضي الله عنه berkata: “Hendaklah kalian mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang memiliki keutamaan, kerana hal itu termasuk dari kemuliaan dan padanya terdapat kedudukan dan kenikmatan bagi jiwa”. Di dalam kitab tersebut juga, mengatakan: Ali bin Abdurrahman bin Hudzail berkata: “Ketahuilah, bahawa membaca kisah-kisah dan sejarah-sejarah tentang orang yang memiliki keutamaan akan memberikan kerehatan (kesenangan) dalam jiwa seseorang. Kisah-kisah tersebut akan melegakan hati serta mengisi kehampaan. Membentuk watak yang penuh semangat dilandasi kebaikan, serta menghilangkan rasa malas”.

4. Duduk bersama ulama, menatap wajah mereka dan mendengar nasihat dari mereka.

Apakah faedahnya? Disebut di dalam kitab Irsyad-ul ‘Ibad oleh asy-Syaikh Utsman bin Shihabuddin al-Funtiani رحمه الله تعالى , pada halaman 4, telah bersabda Nabi صلى الله عليه وآله وسلم:عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنور الحكمة كما يحيى الارض الميتة بماء المطرYakni [artinya] biasakanlah atas diri kamu dengan bersama duduk [dengan] ulama’ yang berbuat ‘amal dengan ‘ilmunya dan menuntut mendengar perkataan auliya Allah yang mempunyai ilmu haqiqat, maka bahwasanya Allah Ta’ala menghidupkan Ia akan hati yang mati dengan nur hikmah, (berkata qaum –sufi) seorang berhimpun bersama-sama ahlullah mendapat ia kelakuan yang mulia dan lagi sebenar memberi manfaat dengan berhimpun bersama-sama mereka itu terlebih memberi manfaat daripada lafaz lidah) maka bahwasanya Allah
menghidupkan Ia akan hati yang buta dengan nur ilmu yang memberi manfaat seperti menghidupkan Ia akan bumi yang mati dengan air hujan.
Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani رحمه الله تعالى , di dalam kitabnya Nasho-ihul Ibad fi bayani al-Faadzi al-Munabbihaat 'alal Isti'daadi Li Yaumil Ma'adi pada halaman 4, beliau telah memberi penjelasan bahwa yang dimaksudkan dengan:Ulama’ ialah orang-orang ‘alim yang mengamalkan ilmunyaHukama’ ialah orang-orang yang mengetahui/mengenal zat Allah Ta’ala, yang betul dan tepat dalam perkataan dan perbuatan mereka.Hikmah itu adalah ilmu yang memberi manfaat

Seterusnya asy-Syaikh Nawawi al-Bantani رحمه الله تعالى mengklasifikasikan ulama’ itu kepada 3 bagian:1. Ulama’ yang ‘alim tentang hukum-hukam, mereka adalah ashhab al-fatwa, yakni mempunyai hak untuk memberi fatwa.2. Ulama yang ‘alim [dan arif] akan dzat Allah [ulama ‘tauhid] sahaja . Mereka ini adalah golongan hukama. Bergaul, berdamping dengan mereka menjadikan akhlaq kita terdidik, karena dari hati mereka bersinar cahaya ma’rifatullah dan terbit dari sirr mereka cahaya keagungan Allah.3. Dan ulama yang memiliki kedua-dua sifat diatas, mereka itu kubara’. Maka bergaul dengan ahlullah mendatangkan ahwal yang mulia.

Nadzrah (pandangan) mereka lebih mendatangkan manfaat dari daripada ucapan mereka. Dan barangsiapa yang pandangannya memberi manfaat kepadamu, maka bermanfaatlah kata-katanya, dan barangsiapa yang pandangannya tidak memberi manfaat kepadamu, maka kata-katanya tidak akan mendatangkan manfaat.

Di dalam Kitab Lubabul Hadist, susunan al-Imam al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi.rhmImam Jalaluddin Abdurrahman Bin Abi Bakar As Syuyuti ( 849 – 911 H ) adalah ulama’ ahli hadits juga Tafsir, yang banyak menyumbangkan karya ilmiahnya kepada ummat Islam, di antaranya Kitab Lubabul Hadits, yang mana kitab tersebut di syarahi (diberi penjelasan) oleh Ulama’ Besar asli Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram-Mekkah dan wafat serta dimakamkan di pekuburan Ma’la Mekkah al-Mukarammah, yakni Syekh Muhammad bin Umar An Nawawi al Bantani, dengan judul kitab, “Tanqihul Qoul al hadits”, diterangkangkan bahwa:

1. Nabi Saw. bersabda kepada ibnu Mas'ud r.a : " Hai ibnu Mas'ud, dudukmu sesaat di majlis ilmu tanpa menyentuh pena dan tanpa menulis suatu huruf lebih baik bagimu daripada membebaskan seribu hamba sahaya. Pandangan kepada wajah orang alim lebih baik bagimu daripada menyedekahkan seribu ekor kuda fi sabilillah (dijalan Allah). Ucapan salammu kepada orang alim lebih baik bagimu daripada ibadah seribu tahun."
2. Nabi Saw. bersabda : "Seorang yang faqih dan berhati-¬hati dalam masalah agama (wara’) lebih berat bagi syaitan untuk menggodanya daripada seribu orang yang ahli ibadah dan giat, tetapi bodoh, meskipun berusaha menjauhi yang haram. " Faqih = seseorang yang sangat menguasai ilmu syari’at (Fiqh).

3. Nabi Saw. bersabda : " Kelebihan orang alim di atas ahli ibadah, seperti kelebihan bulan di malam purnama, di atas bintang-bintang lainnya. "

4. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa pergi, sambil berjalan atau menaiki kendaraan dari tempatnya ke tempat lain untuk belajar ilmu, diampunilah dosa-dosanya yang lalu sebelum ia melangkah. " H.R. Asy-Syirazi dari Aisyah.

5. Dalam riwayat Tirmidzi dan ibnu Majah dari ibnu Abbas. Nabi SAW bersabda, “Seorang yang faqih lebih berat bagi syaithan untuk menggodanya dari pada seribu ahli ibadah.”
6. Nabi Saw. bersabda : "Muliakanlah para ulama, karena mereka mulia di sisi Allah dan dimuliakan."

7. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa memandang kepada wajah orang alim dengan pandangan yang menggembirakannya, maka Allah Ta'ala menciptakan dari pandangan itu seorang malaikat yang memohonkan ampun baginya hingga hari Kiamat."

8. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa menuliskan seorang alim, maka ia telah memuliakan aku. Dan siapa yang memuliakan aku, maka ia telah memuliakan Allah. Dan siapa yang memuliakan Allah, maka tempat tinggalnya adalah surga."

9. Nabi. Saw. bersabda : " Tidurnya orang alim lebih baik daripada ibadahnya orang jahil (yang tidak mengetahui adab-adab ibadahnya).”

10. Nabi Saw. bersabda : " Barangsiapa belajar satu bab ilmu, baik diamalkan atau tidak diamalkannya, maka hal itu; lebih baik dari pada shalat sunnah seribu raka' at. "

11. Dalam suatu riwayat Abu Nu'aim dari Salman: "Tidur dalam keadaan berilmu lebih baik daripada sholat dalam keadaan jahil"

12. Nabi Saw. bersabda : "Barangsiapa menziarahi seorang alim, maka seakan-akan ia menziarahi aku. Dan siapa yang berjabatan tangan dengan seorang alim, maka seakan-akan ia berjabatan denganku. Dan siapa yang duduk dengan seorang alim, maka seakan¬-akan ia duduk denganku di dunia. Dan siapa yang duduk denganku di dunia, maka aku dudukkan dia denganku pada hari kiamat ".

Itulah keutamaan yang Agung, yang dilimpahkan dan dianugerahkan kepada Umat Baginda Nabi Rasulullah SAW mengenai keutamaan ilmu dan para Ulama. Tentu ilmu yang dimaksud tersebut adalah ilmu agama, al-Islam.

Al-'Arifbillah al-Quthb al-Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas رضي الله عنه sewaktu beliau berada di kota Tarim pada suatu majelis yang dihadiri oleh banyak orang dari golongan Saadah Bani Alawi dan lainnya. Setelah selesai pembacaan kitab dan qasidah dari pada kalam salaf (para leluhur ahlulbait terdahulu), beliau رضي الله عنه berkata: “Majelis-majelis seperti ini adalah merupakan hidangan bagi arwaah yang bertebaran dan merupakan asroor (rahasia-rahasia) yang berterbangan. Semua yang hadir akan mendapatkan jalan petunjuk. Semua yang hadir akan mendapatkan kenaikan derajat (di sisi-Nya) dan semua akan mendapatkan curahan rahmat. Barakah dari pada majelis ini, oleh Allah akan disampaikan ke perbagai tempat (meliputi berbagai tempat) dan Allah Ta'ala akan menurunkan pada majelis ini berbagai macam kebaikanNya, kemurahanNya, dan pemberianNya. Sebagian yang hadir mendapatkan barakah disebabkan sebagian yang lainnya, dan orang yang
tertolak (ghairu maqbuulin) akan mendapatkan barakah daripada orang-orang yang diterima (almaqbuulin). Majelis ini merupakan suatu tempat yang sangat bagus, bagaikan tanah subur yang dapat menyerap air dan yang dicurahkan diatasnya hujan rahmat.

Selanjutnya beliau رضي الله عنه berkata: Apabila seseorang merasakan hatinya susah atau anggota badannya terasa malas untuk melakukan amal kebajikan, maka lihatlah atau bacalah kalam (ucapan) para salaf, agar hilang perasaan susah dan rasa malas yang ada pada dirinya. Janganlah seseorang memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak mampu untuk dilakukan. Bertakwalah kepada Allah semampumu. Bersyukurlah kepada Allah jika engkau diberi taufiq untuk dapat melakukan amal-amal shaleh.

Selain itu di antara faedah duduk bersama ulama, dapat memandang wajah mereka. Memandang wajah para sholehin ini bukanlah perkara yang sia-sia kerana memandang mereka mendatangkan hal yang positif bagi yang memandangnya. Seperti membangkitkan semangat, untuk meningkatkan amalan kebaikan, tatkala keimanan seseorang sedang turun. Perkara sedemikian pernah dilakukan oleh Abu Ja’far bin Sulaiman, salah seorang murid Hasan Al Bashri رضي الله عنه . Beliau pernah mengatakan,”Jika aku merasakan hatiku sedang dalam keadaan qaswah (keras), maka aku segera pergi untuk memandang wajah Muhammad bin Wasi’ al-Bishri. Maka hal itu mengingatkanku kepada kematian.” (Tarikh al-Islam, 5/109).

Bahkan Imam Malik رضي الله عنه sendiri juga melakukan hal yang sama tatkala merasakan qaswah dalam hati. Beliau menceritakan: “Setiap aku merasakan adanya qaswah dalam hati, maka aku mendatangi Muhammad bin al-Munkadar dan memandangnya. Hal itu dapat memberikan peringatan kepadaku selama beberapa hari.” (Tartib Al Madarik, 2/51-52).

Apakah perbuatan mereka ini mempunyai sandaran? Sudah pasti. Daripada Sayyidina Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما katanya: Dikatakan kepada Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم: Wahai Rasulullah! Karib(teman) kami (yang kami duduk bersamanya) yang mana satukah yang paling baik? Jawab Baginda صلى الله عليه وآله وسلم : Orang yang apabila kamu melihat kepadanya akan mengingatkan kamu kepada Allah, percakapannya menambahkan ilmu kalian dan amalannya mengingatkan kalian kepada akhirat (Hadits riwayat Abu Ya’la. Perawinya adalah perawi hadits shahih sebagaimana terdapat di dalam Majma` az-Zawaid).

Ibnu Hibban meriwayatkan bahawa Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda (maksudnya): Sesungguhnya sebahagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah (Hadits riwayat Ibn Hibban, hadits ini dishahihkan oleh beliau)

Bergaul dengan orang-orang baik dan soleh, akan tertanam di hati kita cinta kepada kebaikan dan tumbuh semangat untuk berbuat baik seperti mereka. Adapun apabila kita bergaul dengan orang-orang fasik, maka gemar berbuat fasik dan lacurlah yang akan tertanam dalam hati kita. Maka dapat disimpulkan, bahwa kepribadian seseorang terprogram secara otomatis sesuai karakter lingkungan pergaulan.

Dalam kitab ‘Awarif, syeikh Umar Syahrawardi berkata, “Persahabatan dengan orang-orang baik memberikan dampak positif yang luar biasa. Sedangkan rasa cinta dan sayang akan memperkokoh persahabatan tersebut.” Seorang ahli hikmah berpendapat bahwa apabila seseorang bertemu sahabatnya, maka terjadi pembauran karakter diantara keduannya. Mereka saling mengisi dan memperkuat kepribadian masing-masing.

Ada sebuah kaidah klasik berbunyi. “Pandangan kepada sesuatu akan mempengaruhi perilaku pihak yang memandang sehingga selaras dengan perilaku pihak yang dipandang”. Seperti apabila kita melihat sesuatu yang mengharukan, maka hati kita terbawa rasa haru lalu menjadi sedih. Demikian juga apabila kita melihat sesuatu yang menggembirakan, maka di hati kita akan muncul rasa senang dan gembira.

Seekor unta liar yang tak dapat dikendalikan akan menjadi patuh dan terkendali apabila dikumpulkan dengan unta-unta yang telah jinak. Bahkan hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan udara sekalipun berevolusi baik secara fisik maupun karakter sesuai kondisi lingkungan masing-masing.

Rasulullah SAW bersabda, ”Agama seseorang tergantung agama orang yang dicintainya (sahabatnya).” Sebuah kalam bijak menyebutkan bahwa seseorang yang suka bergaul dan berteman dengan orang yang baik, maka akan dijadikan oleh Allah sebagai orang baik sekalipun sebelumnya ia adalah orang jahat. Dan seseorang yang suka bergaul dengan orang fasik, maka ia akan dijadikan sebagai orang yang fasik dan jahat sekalipun sebelumnya ia adalah orang yang baik.

Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW ditanya salah satu sahabat,” Wahai Rasulullah! Ada seorang laki-laki mencintai suatu kaum, namun ia bukan termasuk kaum tersebut.” Rasulullah SAW dengan bijak menjawab,” Kamu kelak dikumpulkan bersama orang yang kamu cintai.”

“Quthbul Irsyad” al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad.rhm berkata, “Barang siapa senantiasa duduk bersama dan berkumpul dengan para ulama besar didasari rasa cinta kepada mereka dan keinginan meneladani budi pekerti dan perilaku mereka yang cenderung mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi kemewahan dunia atau sekedar mengharapkan keberkahan dan doa-doa mereka tanpa adanya niatan untuk meniru perilaku mereka, maka ia akan mendapatkan kebaikan dan berkah yang melimpah.

Seperti tersebut dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, ”Merekalah (para ulama besar) segolongan orang yang takkan celaka orang-orang yang duduk berkumpul bersama mereka.” Hanya saja, kebaikan dan keberkahan mereka takkan didapatkan orang-orang yang berkumpul dengan mereka dengan niatan agar ia dikenal orang sebagai orang baik karena sering berkumpul dengan para ulama dan orang soleh, sedangkan ia sendiri sebenarnya adalah orang yang keji dan dhalim.”

Seorang ulama besar tempo dulu pernah berkata,” Sesungguhnya prasangka buruk dan rasa cinta yang murni akan menyatukan orang-orang awam bersama para ulama besar. Dan tidak ada ibadah selain fardlu yang dilaksanakan seorang hamba yang lebih utama dari rasa cinta kepada para wali Allah, karena cinta kepada wali Allah adalah pertanda cintanya kepada Allah.”

Terkadang seorang murid mendapatkan keberkahan dan manfaat yang melimpah dari guru-gurunya sekalipun ia tak mengenal bahkan tak pernah melihat mereka. Hal tersebut dikarenakan rasa cinta yang menggelora, keterikatan yang kuat dan prasangka baik kepada mereka. Sayid Ali bin Abubakar Baalawi berkata,”Seorang murid akan mendapatkan manfaat dari guru-gurunya sekalipun mereka telah meninggal jika ikatan antara murid dan guru sangat kuat di dasari rasa cinta yang murni kepada mereka.”

Al Imam Ali bin Abubakar As-Sakran berkata,”Para ulama tasawuf sejati yang ikhlas kepada Allah dalam setiap amal perbuatanya dan senantiasa berusaha menyempurnakan diri dalam meneladani akhlak Rasulullah SAW adalah para wali pembawa cahaya dan rahasia-rahasia Allah sekaligus sebagai kholifah di muka bumi. Maka beruntunglah orang-orang yang mencintai mereka, mendapatkan berkah mereka dan memperoleh doa kebaikan dari mereka. Apalagi orang-orang yang berusaha berhidmat dan menjadi murid yang senantiasa menerima dan melaksanakan nasehat-nasehat mereka. Padahal, dengan memandang wajah mereka saja, rahmat dan keberkahan akan didapatkan.”

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba, barang siapa memandang salah satu diantara mereka, maka niscaya ia beruntung dan takkan celaka selamanya.” Sedangkan Syeikh Abubakar bin Salim pernah berkata, ”Demikian jika kita memandang salah satu diantara hamba-hamba pilihan Allah tersebut. Adapun pandangan mereka kepada kita, maka itu akan menyampaikan kita kepada derajat yang sangat mulia di sisi-Nya.” Walhasil, dengan mendekati ulama, hidup akan menjadi penuh berkah.

AI-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad ra shohibur rotib pernah melukiskan bagaimana kecintaan dan keterkaitannya beliau dengan para pendahulunya, dengan melantunkan suatu bait syair,
“Itulah kaum-kaum (para salafunas sholihun) yang mereka itu adalah keinginanku dan tempatku berharap di antara sekian banyak hamba Allah
Kecintaanku kepada mereka sungguh telah terbenam di hatiku (merekalah) orang yang berpengetahuan, berhati bersih, dan berakhlak mulia”

Al-Habib Ali bin Isa bin Abdul Qodir Alhaddad mensyarah syair diatas :
Lihatlah kepada anjing Ashabul Kahfi yang telah disebutkan di Al-Qur’an bersama Ashabul Kahfi dan anjing tersebut masuk ke dalam surga bersama mereka. Begitu juga (lihatlah) kulit cover penutup Al-Qur’an ketika bersanding dengan Al-Qur’an maka kulit itu tidak boleh dipegang kecuali dalam keadaan suci. Begitulah cara untuk ingin selalu berdekatan dan berdampingan.

Rasullullah SAW bersabda,“Perumpamaan duduk dengan orang yang sholeh adalah seperti penjual minyak wangi. Kamu bisa mendapat keuntungan dengan menjualnya atau (jika tidak) kamu akan mendapat bau yang harum dari minyak wangi tersebut.”

Berkata As-Syeikh Fadhl ra,“Barangsiapa sholat bermakmum kepada orang yang diampuni, maka ia akan diampuni pula. Barangsiapa yang mewakilkan urusannya kepada orang yang diampuni, maka ia akan diampuni pula. Barangsiapa duduk bersama sholihin, maka bertambah keinginannya untuk berbuat kebaikan.”

Berkata Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi ra,“Kepahaman itu cahaya yang bersinar di dalam hati dan tidak akan mendapatkannya kecuali dengan cara duduk bersama orang-orang yang sholeh dan mempelajari kitab-kitab mereka.”

Ketahuilah bahwa sesungguhnya kemanfaatan-kemanfataan itu akan dapat diperoleh dengan cara duduk bersama sholihin dan berakhlak yang baik kepada mereka lahir dan batin. Sesungguhnya paling pentingnya suatu hal itu adalah berakhlak yang baik.

Kembalilah mengingat riwayat-riwayat hidup sholihin, keadaan-keadaan mereka dan perbuatan-perbuatan mereka. Coba bacalah kitab-kitab mereka, perkataan-perkataan mereka, syair-syair mereka, dan kisah-kisah mereka di dalam zuhudnya, di dalam waro’-nya, di dalam qona’ah-nya, di dalam kesendiriannya, di dalam ibadahnya, dan di dalam akhlaknya. Karena dengan mengingat mereka maka rahmat itu akan turun. Sebagaimana yang dikatakan,

“Jika kamu tidak dapat bertemu lagi dengan mereka (sholihin), maka kalam mereka masih dapat menghidupkan hati dan penglihatan ini.”
[Disarikan dari kitab Isyaratul Wajd Syarhu Ahibbatina bin Najd, karangan Al-Habib Ali bin Isa bin Abdul Qodir Alhaddad, hal. 7]

4. Membaca karya-karya atau nasehat, mutiara hikmah dari shohibul haul.
Sebagaimana setiap tahun, para penceramah biasanya akan berceramah, memberikan tausiyah-nasehat mengenai topik yang berkaitan ataupun memetik daripada kitab atau qashidah karya shohibul haul untuk disyarahkan/dijelaskan.

Maka, mengenai membaca kitab mereka ini, Habib ‘ali bin Muhammad al-Habsyi pernah berkata: “Aku wasiatkan agar mengisi semua waktu dengan taat kepada Allah. Menyediakan waktu setiap hari untuk membaca kitab para salaf (ulama Ba’alawi terdahulu) …..” Semoga dengan membacakan sedikit dari sedutan kitab-kitab karangan shohibul haul, mudah-mudahan menjadi sebagai pendorong kepada kita untuk menekuni kitab-kitab karangan mereka yang berharga.

Selain apa yang telah dijelaskan diatas, sungguh sangat banyak faedah keutamaan menghadiri majelis khaul. Semoga kita semua mendapatkan keberkatan dan kemuliaan yang dilimpahkan Allah SWT di dalam majelis haul tersebut, dengan sebab kecintaan-Nya kepada shohibul haul, al-Imam Fakhrul Wujud Syeikh Abu Bakar bin Salim. Dan untuk sebgai perhatian, perkara yang utama yang perlu dijaga adalah NIAT kita dan ADAB kita tatkala menghadiri majelis seperti ini. والله أعلم

Sumber : Milis MR

1 comment:

mohd kamarul ariffin said...

assalamualaikum. .ya habib..mohon copy..assalamualaikum. .