Jalan orang-orang sufi.. Pecinta menuju makrifatullah Blog ini saya persembahkan untuk saudara2ku sesama muhibbun pencari cinta dan makrifatullah,belajar dan mengikuti jalan tasawuf. Meneladani dan mengikuti jalan para Awlia Allah. Semua Artikel dan foto didalam blog ini dibuat untuk pecinta ilmu dan penambah wawasan keislaman. sy perbolehkan untuk dicopy atau didownload dengan tetap mencantumkan sumber artikel
Pages
▼
Sunday, November 25, 2012
Kumpulan Hizib Syazili (2) Hizib Fath
Risalah Al Qusyairi 7: Zuhud
Abd al-Karim ibn Hawazinal-Qusyairi
Diriwayatkan dari Abu Khallad, bahwa Nabi saw mengatakan, “Apabila kamu sekalian melihat seseorang yang telah dianugerahi zuhud berkenaan dunia dan ucapan, maka dekatilah dia, kerana dia dialiri kebijaksanaan.”
Sementara orang mengatakan, “Zuhud bersangkutan dengan hal-hal yang haram saja, sebab hal-hal yang halal diperbolehkan Tuhan. Apabila Tuhan memberikan berkah kepada hamba-hamba-Nya berupa harta yang halal, dan hamba itu sendiri bersyukur kepada Tuhan atas berkah itu, maka sikap zuhud berkenaan dengan harta seperti itu, menurut syariah-Nya, adalah makruh.”
Sebagian orang yang lain mengatakan, “ Zuhud terhadap hal-hal yang haram adalah suatu kewajiban, sementara zuhud terhadap hal-hal yang halal adalah suatu kebaikan. Apabila hamba yang berzuhud miskin, tetapi sabar terhadap keadaannya, bersyukur atas apa pun yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya, dan berpuas hati dengan apa yang telah Tuhan beri kepadanya, maka hal itu lebih baik berbanding berusaha mengumpul banyak kekayaan di dunia.
Allah menyeru manusia bersikap zuhud berkenaan dengan memiliki kekayaan, melalui firman-Nya, di dalam Surah An-Nisa, ayat 77
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمۡ كُفُّوٓاْ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيۡہِمُ ٱلۡقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ۬ مِّنۡہُمۡ يَخۡشَوۡنَ ٱلنَّاسَ كَخَشۡيَةِ ٱللَّهِ أَوۡ أَشَدَّ خَشۡيَةً۬ۚ وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ كَتَبۡتَ عَلَيۡنَا ٱلۡقِتَالَ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ۬ قَرِيبٍ۬ۗ قُلۡ مَتَـٰعُ ٱلدُّنۡيَا قَلِيلٌ۬ وَٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظۡلَمُونَ فَتِيلاً
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.. (An-Nisa: 77)
Sebagian orang lain mengatakan, “Apabila seorang hamba membelanjakan harta dalam kepatuhan, bersabar, dan tidak mengajukan keberatan kepada apa yang dilarang oleh syariah untuk dia lakukan dalam kesulitan hidup, maka adalah lebih baik baginya bersikap zuhud terhadap hal-hal yang dihalalkan.”
Sebagian yang lain berpendapat, “Adalah tepat bagi seorang hamba memutuskan untuk tidak bersikap zuhud dengan sengaja terhadap hal-hal yang halal, tidak pula berusaha memenuhi keperluan-keperluan secara berlebihan, karana menyadari rezeki yang diberikan oleh Allah. Apabila Allah SWT menentukan dia berada pada batas hidup sederhana, maka dia hendaknya tidak memaksakan diri mencari kemewahan, kerana kesabaran merupakan sesuatu paling utama bagi pemilik harta yang halal. Berkenaan dengan makna zuhud, para sufi mengatakan, “Masing-masing orang berbicara sesuai dengan zamannya masing-masing dan menunjukkan batas (yang ditetapkannya) sendiri.”
Sufyan Al-Tsawri menyatakan, “Zuhud terhadap dunia adalah mengurangi keinginan untuk memperoleh dunia, bukan memakan makanan kasar atau mengenakan jubah dari kain kasar.”
Sari As-Saqati menegaskan, “Allah SWT menjauhkan dunia dari dari ahli sufi-Nya, menjauhkannya dari makhluk-makhluk-Nya yang berhati suci, dan menjauhkannya dari hati mereka yang Dia cintai, lantaran Dia tidak memperuntukkannya bagi mereka.” – sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Hadid, ayat 23.
لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَٮٰڪُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٍ۬ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Yahya Ibn Muadz menyatakan, “Zuhud menyebabkan kedermawanan berkenaan dengan harta, dan cinta menghantarkan kepada semangat kederwanan.” Ibn Al-Jalla berpendapat, “Zuhud adalah sikap anda memandang dunia ini hina, karana dunia ini fana setelah itu, maka berpaling darinya akan menjadi mudah bagi anda.”
Ibnu Khafif mengatakan, “Petanda zuhud adalah adanya sikap tenang ketika berpisah dari harta milik.”
Al-Nasrabadzi menyatakan, “Seorang zahid adalah orang asing di dunia ini, dan seorang arif adalah orang asing di akhirat.”
Dikatakan, “Bagi orang yang benar-benar bersikap zuhud, dunia akan menyerahkan diri kepadanya dengan penuh kerendahan dan kehinaan.”
Junaid mengajarkan, “Zuhud adalah: Hati kosong dari sesuatu yang tangan tidak memilikinya.”
Abu Sulaiman Ad-Darani menegaskan, “Pakaian bulu domba adalah salah satu tanda zuhud; oleh sebab itu, tidak layak bagi seorang zahid mengenakan pakaian beharga 3 dirham jika dia menginginkan wang sebanyak 5 dirham.”
Al-Mubarak berpendapat, “Zuhud adalah tawakkal kepada Allah SWT dipadu dengan kecintaan kepada kefakiran.” Si hamba tidak mampu merelakan dunia kecuali dengan tawakkal kepada Allah SWT.
Abd Al-Wahid Ibn Zahid mengatakan, “Zuhud adalah menjauhkan diri dari dinar dan dirham.” Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Zuhud adalah menjauhkan diri dari apa pun yang memalingkan anda dari Allah SWT.”
As-Sari mengatakan, “Kehidupan orang zahid tidak akan baik apabila dia tidak peduli terhadap jiwanya, dan kehidupan seorang arif tidak akan baik apabila dia terlalu mementingkan jiwanya.
Al-Junaid mengatakan, “Zuhud adalah mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari keterpautan.”
Yahya Ibn Mu’adz menyatakan, “Orang baru akan mencapai zuhud yang sebenar-benarnya apabila dia memiliki sifat-sifat ini: berbuat tanpa disertai keterikatan, berbicara tanpa disertai nafsu, dan kemuliaan tanpa adanya kekuasaan ke atas orang lain.”
Abu Hafs mengatakan, “Tidak ada zuhud kecuali dalam hal-hal yang halal.”
Abu Utsman mengatakan, “Allah SWT memberi seorang zahid sesuatu lebih daripada yang dia inginkan, dan Dia memberikan sesuatu kepada hamba yang dicintai-Nya kurang dari yang dia inginkan, dan Dia memberi hamba yang takut sebanyak yang benar-benar diinginkan.” Muhammad Ibn Al-Fadhl mengatakan, “Kedermawanan kaum pecinta adalah pada waktu mereka berkecukupan, dan kedermawanan kaum pembela adalah pada waktu yang sangat diperlukan.” Seseorang bertanya kepada Yahya Ibn Mu’adz, “Bilakah saya akan memasuki kedai tawakkal, mengenakan jubah zuhud, dan duduk di dalam majlis bersama kaum pecinta?” Dia menjawab, “Ketika anda tiba pada suatu keadaan – dalam latihan untuk cinta secara diam-diam – yang di dalamnya apabila Tuhan menghentikan nafkah anda selama 3 hari, jiwa anda tidak melemah. Tetapi, apabila tujuan ini tidak tercapai, maka duduk di atas karpet kaum pecinta hanyalah kebodohan, dan saya tidak dapat menjamin bahawa anda tidak akan terhinakan di tengah-tengah mereka.” Dikatakan, “Manakala seorang hamba menjauhkan diri dari dunia, maka Allah SWT mempercayakan dirinya kepada malaikat yang menanamkan kebijaksaan di dalam hatinya.” Ahmad Ibn Hanbal memberikan penjelasan, “Ada 3 macam zuhud: bersumpah menjauhi hal yang haram adalah zuhud kaum awam, bersumpah menjauhi berlebihan dalam hal-hal yang halal adalah zuhud kaum terpilih, dan bersumpah menjauhi apa pun yang mengalihkan sang hamba dari Allah SWT adalah zuhud kaum arif.” Al-Nasrabadzi berpendapat, “Zuhud memelihara darah kaum pecinta dan menumpahkan darah kaum arif.” Hatim Al-Asamm berkata, “Kaum pecinta menghabiskan isi dompetnya sebelum dirinya, dan orang bertarekat menghabiskan dirinya sebelum isi dompetnya.”
Diriwayatkan dari Abu Khallad, bahwa Nabi saw mengatakan, “Apabila kamu sekalian melihat seseorang yang telah dianugerahi zuhud berkenaan dunia dan ucapan, maka dekatilah dia, kerana dia dialiri kebijaksanaan.”
Sementara orang mengatakan, “Zuhud bersangkutan dengan hal-hal yang haram saja, sebab hal-hal yang halal diperbolehkan Tuhan. Apabila Tuhan memberikan berkah kepada hamba-hamba-Nya berupa harta yang halal, dan hamba itu sendiri bersyukur kepada Tuhan atas berkah itu, maka sikap zuhud berkenaan dengan harta seperti itu, menurut syariah-Nya, adalah makruh.”
Sebagian orang yang lain mengatakan, “ Zuhud terhadap hal-hal yang haram adalah suatu kewajiban, sementara zuhud terhadap hal-hal yang halal adalah suatu kebaikan. Apabila hamba yang berzuhud miskin, tetapi sabar terhadap keadaannya, bersyukur atas apa pun yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya, dan berpuas hati dengan apa yang telah Tuhan beri kepadanya, maka hal itu lebih baik berbanding berusaha mengumpul banyak kekayaan di dunia.
Allah menyeru manusia bersikap zuhud berkenaan dengan memiliki kekayaan, melalui firman-Nya, di dalam Surah An-Nisa, ayat 77
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمۡ كُفُّوٓاْ أَيۡدِيَكُمۡ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيۡہِمُ ٱلۡقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ۬ مِّنۡہُمۡ يَخۡشَوۡنَ ٱلنَّاسَ كَخَشۡيَةِ ٱللَّهِ أَوۡ أَشَدَّ خَشۡيَةً۬ۚ وَقَالُواْ رَبَّنَا لِمَ كَتَبۡتَ عَلَيۡنَا ٱلۡقِتَالَ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ۬ قَرِيبٍ۬ۗ قُلۡ مَتَـٰعُ ٱلدُّنۡيَا قَلِيلٌ۬ وَٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظۡلَمُونَ فَتِيلاً
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: “Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!” Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.. (An-Nisa: 77)
Sebagian orang lain mengatakan, “Apabila seorang hamba membelanjakan harta dalam kepatuhan, bersabar, dan tidak mengajukan keberatan kepada apa yang dilarang oleh syariah untuk dia lakukan dalam kesulitan hidup, maka adalah lebih baik baginya bersikap zuhud terhadap hal-hal yang dihalalkan.”
Sebagian yang lain berpendapat, “Adalah tepat bagi seorang hamba memutuskan untuk tidak bersikap zuhud dengan sengaja terhadap hal-hal yang halal, tidak pula berusaha memenuhi keperluan-keperluan secara berlebihan, karana menyadari rezeki yang diberikan oleh Allah. Apabila Allah SWT menentukan dia berada pada batas hidup sederhana, maka dia hendaknya tidak memaksakan diri mencari kemewahan, kerana kesabaran merupakan sesuatu paling utama bagi pemilik harta yang halal. Berkenaan dengan makna zuhud, para sufi mengatakan, “Masing-masing orang berbicara sesuai dengan zamannya masing-masing dan menunjukkan batas (yang ditetapkannya) sendiri.”
Sufyan Al-Tsawri menyatakan, “Zuhud terhadap dunia adalah mengurangi keinginan untuk memperoleh dunia, bukan memakan makanan kasar atau mengenakan jubah dari kain kasar.”
Sari As-Saqati menegaskan, “Allah SWT menjauhkan dunia dari dari ahli sufi-Nya, menjauhkannya dari makhluk-makhluk-Nya yang berhati suci, dan menjauhkannya dari hati mereka yang Dia cintai, lantaran Dia tidak memperuntukkannya bagi mereka.” – sesuai dengan firman-Nya dalam surah Al-Hadid, ayat 23.
لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَٮٰڪُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٍ۬ فَخُورٍ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
Yahya Ibn Muadz menyatakan, “Zuhud menyebabkan kedermawanan berkenaan dengan harta, dan cinta menghantarkan kepada semangat kederwanan.” Ibn Al-Jalla berpendapat, “Zuhud adalah sikap anda memandang dunia ini hina, karana dunia ini fana setelah itu, maka berpaling darinya akan menjadi mudah bagi anda.”
Ibnu Khafif mengatakan, “Petanda zuhud adalah adanya sikap tenang ketika berpisah dari harta milik.”
Al-Nasrabadzi menyatakan, “Seorang zahid adalah orang asing di dunia ini, dan seorang arif adalah orang asing di akhirat.”
Dikatakan, “Bagi orang yang benar-benar bersikap zuhud, dunia akan menyerahkan diri kepadanya dengan penuh kerendahan dan kehinaan.”
Junaid mengajarkan, “Zuhud adalah: Hati kosong dari sesuatu yang tangan tidak memilikinya.”
Abu Sulaiman Ad-Darani menegaskan, “Pakaian bulu domba adalah salah satu tanda zuhud; oleh sebab itu, tidak layak bagi seorang zahid mengenakan pakaian beharga 3 dirham jika dia menginginkan wang sebanyak 5 dirham.”
Al-Mubarak berpendapat, “Zuhud adalah tawakkal kepada Allah SWT dipadu dengan kecintaan kepada kefakiran.” Si hamba tidak mampu merelakan dunia kecuali dengan tawakkal kepada Allah SWT.
Abd Al-Wahid Ibn Zahid mengatakan, “Zuhud adalah menjauhkan diri dari dinar dan dirham.” Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Zuhud adalah menjauhkan diri dari apa pun yang memalingkan anda dari Allah SWT.”
As-Sari mengatakan, “Kehidupan orang zahid tidak akan baik apabila dia tidak peduli terhadap jiwanya, dan kehidupan seorang arif tidak akan baik apabila dia terlalu mementingkan jiwanya.
Al-Junaid mengatakan, “Zuhud adalah mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari keterpautan.”
Yahya Ibn Mu’adz menyatakan, “Orang baru akan mencapai zuhud yang sebenar-benarnya apabila dia memiliki sifat-sifat ini: berbuat tanpa disertai keterikatan, berbicara tanpa disertai nafsu, dan kemuliaan tanpa adanya kekuasaan ke atas orang lain.”
Abu Hafs mengatakan, “Tidak ada zuhud kecuali dalam hal-hal yang halal.”
Abu Utsman mengatakan, “Allah SWT memberi seorang zahid sesuatu lebih daripada yang dia inginkan, dan Dia memberikan sesuatu kepada hamba yang dicintai-Nya kurang dari yang dia inginkan, dan Dia memberi hamba yang takut sebanyak yang benar-benar diinginkan.” Muhammad Ibn Al-Fadhl mengatakan, “Kedermawanan kaum pecinta adalah pada waktu mereka berkecukupan, dan kedermawanan kaum pembela adalah pada waktu yang sangat diperlukan.” Seseorang bertanya kepada Yahya Ibn Mu’adz, “Bilakah saya akan memasuki kedai tawakkal, mengenakan jubah zuhud, dan duduk di dalam majlis bersama kaum pecinta?” Dia menjawab, “Ketika anda tiba pada suatu keadaan – dalam latihan untuk cinta secara diam-diam – yang di dalamnya apabila Tuhan menghentikan nafkah anda selama 3 hari, jiwa anda tidak melemah. Tetapi, apabila tujuan ini tidak tercapai, maka duduk di atas karpet kaum pecinta hanyalah kebodohan, dan saya tidak dapat menjamin bahawa anda tidak akan terhinakan di tengah-tengah mereka.” Dikatakan, “Manakala seorang hamba menjauhkan diri dari dunia, maka Allah SWT mempercayakan dirinya kepada malaikat yang menanamkan kebijaksaan di dalam hatinya.” Ahmad Ibn Hanbal memberikan penjelasan, “Ada 3 macam zuhud: bersumpah menjauhi hal yang haram adalah zuhud kaum awam, bersumpah menjauhi berlebihan dalam hal-hal yang halal adalah zuhud kaum terpilih, dan bersumpah menjauhi apa pun yang mengalihkan sang hamba dari Allah SWT adalah zuhud kaum arif.” Al-Nasrabadzi berpendapat, “Zuhud memelihara darah kaum pecinta dan menumpahkan darah kaum arif.” Hatim Al-Asamm berkata, “Kaum pecinta menghabiskan isi dompetnya sebelum dirinya, dan orang bertarekat menghabiskan dirinya sebelum isi dompetnya.”
Thursday, November 22, 2012
Kumpulan Hizib Syazili (1) Hizib Kabir
Assalamualaikum
Terdapat beberapa hisib yang diamalkan oleh tarekat syaziliah yaitu: Hizb al Bahr, Hizb an Nasr, Hizb al Barr, Hizb al Kabeer, Hizbul Anwar, Hizb an Nur, Hizb al Lutf, Hizb al Ikhfa, Hizb at Tams, Hizbul Hafiza, Hizb al Kifaya, Hizb ash Shikwa, Hizb al Falah, Hizb al Makhfi, Hizb al Khaira, Hizb at Tawassul, Hizb al Ayat Hizb ash Shadhili ,
Berikut sy lampirkan salah satu hizib tersebut yaitu hizib Al Kabir. silahkan mencari ijazah untuk mengamalkan hizib ini. Semoga Allah memberikan kita keberkahan atas kemulian hizib ini.
salam
Terdapat beberapa hisib yang diamalkan oleh tarekat syaziliah yaitu: Hizb al Bahr, Hizb an Nasr, Hizb al Barr, Hizb al Kabeer, Hizbul Anwar, Hizb an Nur, Hizb al Lutf, Hizb al Ikhfa, Hizb at Tams, Hizbul Hafiza, Hizb al Kifaya, Hizb ash Shikwa, Hizb al Falah, Hizb al Makhfi, Hizb al Khaira, Hizb at Tawassul, Hizb al Ayat Hizb ash Shadhili ,
Berikut sy lampirkan salah satu hizib tersebut yaitu hizib Al Kabir. silahkan mencari ijazah untuk mengamalkan hizib ini. Semoga Allah memberikan kita keberkahan atas kemulian hizib ini.
salam
Saturday, November 10, 2012
Sholawat Miftahu Abwabil-Jinan
Sholawat Miftahu Abwabil-Jinan (Pembuka Pintu-Pintu Surga)
As-Syaikh Muhammad Murtadha dalam kitabnya syarah Ihya Ulumuddin disitu beliau menceritakan mengenai perihal salah seorang dari guru-gurunya, yaitu As-Syaikh Ahmad bin Musthafa Al-Iskandari R.A. yang lebih dikenal dengan panggilan As-Shabbagh. As-Shabbagh mengatakan : Bahwa pada akhir Ijazah yang dilimpahkan oleh gurunya kepadanya, Gurunya mengatakan jalan yang tersingkat bagi seorang murid yang kurang memperhatikan keadaan dirinya ialah agar murid itu memperbanyak beristighfar dan memperbanyak memberikan As-Sholawat 'alan-Nabi shalla Allahu 'alaihi wa alihi wa sallam
Saya mendapatkan iiham dengan kalimat As-Shalawat ini dan saya merutinkannya dengan keberkahan amal itulah saya memperoleh banyak sekali feedah-feedah dan limpahan kaninia Allah yang timbulnya dengan sebab fedhilah As-Shalawat tersebut dan kesemua itu tak lain adalah suatu keberkatan dari An-Nabi shalla Aliahu alaihi wa alihi wa sallam. Seterusnya beliau mengatakan : Pada suatu ketika saya berjumpa dengan An-Nabi shalla Aliahu 'alaihi wa alihi wa sallam, maka saya bacakan di hadapan beliau Beliau As-Shalawat tersebut untuk meminta restu langsung dari Beliau shalla Aliahu 'alaihi wa alihi wa sallam, untuk saya mempergunakan As-Shalawat itu, maka Beliau shalla Aliahu 'alaihi wa alihi wa sallam, tersenyum kepada saya, menandakan bahwa Beliau bergembira dengannya dan merestuinya. Sesudah menceritakan kejadian tersebut, kemudian beliau membacakan As-Shalawat yang dimaksudnya itu dan mengijazahkannya pula kepada saya.
Shalawat tersebut kami dapatkan dari dalam kitab Saadatud Dara`in karya Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani dengan terjemahan dari Syaikhina Habib Muhammad bin Ali bin Ahmad Syihab.
Friday, November 2, 2012
Nasehat Solihin mengenai Hati
"Hati dan jasad adalah seperti seorang tuna netra ( orang buta ) dan seorang lumpuh memasuki sebuah kebun. Si lumpuh berkata kepada sang tuna netra, "Aku bisa melihat buah-buahan yang ada di kebun ini tetapi tidak dapat memetiknya, karena aku lumpuh. Kau tidak dapat melihatnya, tetapi kau tidak lumpuh. Gendonglah aku."
Sang tuna netra menggendong si lumpuh, dan memetik buah-buahan tersebut, kemudian mereka memakannya.
Ruh dan jasad bekerja sama untuk berbuat maksiat kepada Allah swt, maka keduanya layak mendapat siksa."
( Sayyidina Salman Al-Farisi )
“Orang yang berhati hasud (dengki) tidak akan meraih kemuliaan dan orang yang suka dendam, akan mati merana. Sejelek-jeleknya saudara adalah yang selalu memperhatikan dirimu ketika kamu kaya dan ia menjauhi kamu, ketika kamu dalam keadaan melarat. Bersikap rela terhadap taqdir Allah swt yang tidak menyenangkan adalah merupakan martabat yang tinggi.” ( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )
“Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.”
( Imam Syafi’i )
"Doa' kalian tidak terkabul karena hati kalian telah mati, dan penyebab matinya hati kalian adalah sepuluh Hal : 1. Kalian mengenal Allah swt, tetapi tidak memenuhi hak-haknya.
2. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi tidak mengikuti sunah-sunahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur'an , tetapi tidak mengamalkan isinya.
4. Kalian menikmati berbagai karunia Allah swt, tetapi tidak bersyukur kepadanya.
5. Kalian nyatakan setan sebagai musuh, tetapi tidak menentangnya.
6. Kalian nyatakan surga itu benar-benar ada, tetapi tidak beramal untuk memperolehnya.
7. Kalian nyatakan neraka itu ada, tetapi tidak berusaha untuk menghindarinya.
8. Kalian nyatakan kematian itu pasti datang, tetapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.
9. Sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib ( keburukan ) orang lain dan melupakan aib ( keburukan ) kalian sendiri.
10. Kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tetapi tidak pernah memetik pelajaran darinya.
( Syekh Ibrahim bin Adham )
“Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
“Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah SWT dan hendaknya kalian bertawakal kepadanya sepenuh hati, sebab Allah SWT mengetahui di manapun kalian berada.”
( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )
"Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya?
Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat.
Jadilah seperti tawon, kecil tetapi memiliki cita-cita yang mulia. Ia hisap wewangian dan ia produksi madu yang enak.
Engkau sudah terlalu lama bergelimang kemaksiatan, kini terjunlah ke dalam hal-hal yang dicintai Allah 'Azza wa Jalla.
Telah kujelaskan hakikat permasahan ini kepadamu, tetapi orang yang lalai tidak akan sadar meskipun memperoleh berbagai rencana. Sebab wanita yang kurang waras akalnya ketika putranya mati, ia justru tertawa. Begitu pula dirimu, engkau tinggalkan shalat malam, puasa sunah dan berbagai amal shaleh lain yang dapat kau kerjakan dengan seluruh anggota tubuhmu, tetapi tidak sedikitpun engkau merasa sakit. Kelalaian telah membunuh hatimu. Orang hidup akan merasa sakit ketika tertusuk jarum, akan tetapi, sesosok mayat tidak akan merasa sakit meskipun tubuhnya di potong-potong dengan sebilah pedang. Saat ini hatimu sedang mati, karena itu duduklah di majelis yang penuh hikmah,sebab, di dalamnya terdapat hembusan karunia dari surga. Hembusan karunia itu dapat kamu temukan di rumahmu, di perjalananmu. Jangan tinggalkan majelis hikmah ( majelis ilmu ), andaikata dirimu masih melakukan banyak maksiat, jangan berkata : Apa manfaatnya aku datang ke majelis ilmu, sedangkan aku senantiasa bermaksiat dan tidak mampu meninggalkannya.
Akan tetapi, lepaskan busur panahmu selalu, jika hari ini tidak tepat sasaran, bisa jadi besok tepat sasaran."
( Ibnu 'Atha illah Askandari )
"Jika ingin membersihkan air maka akan kau singkirkan segala hal yang dapat mengotorinya. Anggota tubuhmu ini seperti selokan-selokan yang bermuara ke hati. Karena itu jangan kau alirkan kotoran ke dalam hatimu, seperti pergunjingan, pengadu dombaan, ucapan yang buruk, pandangan yang haram dan lain sebagainya. Hati akan bercahaya dengan memakan makanan halal, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan menjaga mata dari pandangan yang tidak mendatangkan pahala, pandangan yang kurang disukai agama dan pandangan yang haram. Jangan biarkan matamu memandang sesuatu, kecuali jika pandangan itu menambah ilmu dan hikmahmu."
( Ibnu 'Atha illah Askandari )
“Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )
“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!“
( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau ) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.“
( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
Sumber: http://wasiatnasehat.blogspot.com
Ruh dan jasad bekerja sama untuk berbuat maksiat kepada Allah swt, maka keduanya layak mendapat siksa."
( Sayyidina Salman Al-Farisi )
“Orang yang berhati hasud (dengki) tidak akan meraih kemuliaan dan orang yang suka dendam, akan mati merana. Sejelek-jeleknya saudara adalah yang selalu memperhatikan dirimu ketika kamu kaya dan ia menjauhi kamu, ketika kamu dalam keadaan melarat. Bersikap rela terhadap taqdir Allah swt yang tidak menyenangkan adalah merupakan martabat yang tinggi.” ( Sayyidina Ali Zainal Abidin Ra )
“Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.”
( Imam Syafi’i )
"Doa' kalian tidak terkabul karena hati kalian telah mati, dan penyebab matinya hati kalian adalah sepuluh Hal : 1. Kalian mengenal Allah swt, tetapi tidak memenuhi hak-haknya.
2. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi tidak mengikuti sunah-sunahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur'an , tetapi tidak mengamalkan isinya.
4. Kalian menikmati berbagai karunia Allah swt, tetapi tidak bersyukur kepadanya.
5. Kalian nyatakan setan sebagai musuh, tetapi tidak menentangnya.
6. Kalian nyatakan surga itu benar-benar ada, tetapi tidak beramal untuk memperolehnya.
7. Kalian nyatakan neraka itu ada, tetapi tidak berusaha untuk menghindarinya.
8. Kalian nyatakan kematian itu pasti datang, tetapi tidak bersiap-siap untuk menyambutnya.
9. Sejak bangun tidur kalian sibuk meneliti dan memperbincangkan aib ( keburukan ) orang lain dan melupakan aib ( keburukan ) kalian sendiri.
10. Kalian kuburkan mereka yang meninggal di antara kalian, tetapi tidak pernah memetik pelajaran darinya.
( Syekh Ibrahim bin Adham )
“Sedikit amal dari hati menyamai amal seluruh manusia dan jin.”
( Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim Ra )
“Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah SWT dan hendaknya kalian bertawakal kepadanya sepenuh hati, sebab Allah SWT mengetahui di manapun kalian berada.”
( Imam Qutbil Anfas Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas )
"Orang yang menggunakan masa sehatnya untuk bermaksiat kepada Allah swt adalah seperti seorang anak yang mendapat warisan dari ayahnya sebesar seribu dinar, kemudian ia gunakan semua uang itu untuk membeli ular dan kalajengking yang sangat berbisa yang kemudian mengelilingi dan menggigitnya. Bukankah ular dan kalajengking tersebut akan membunuhnya?
Kamu gunakan masa sehatmu untuk bermaksiat kepada Allah swt, maka nilaimu adalah seperti burung pemakan bangkai yang terbang berkeliling mencari bangkai, dimana pun ia dapatkan, maka ia segera mendarat.
Jadilah seperti tawon, kecil tetapi memiliki cita-cita yang mulia. Ia hisap wewangian dan ia produksi madu yang enak.
Engkau sudah terlalu lama bergelimang kemaksiatan, kini terjunlah ke dalam hal-hal yang dicintai Allah 'Azza wa Jalla.
Telah kujelaskan hakikat permasahan ini kepadamu, tetapi orang yang lalai tidak akan sadar meskipun memperoleh berbagai rencana. Sebab wanita yang kurang waras akalnya ketika putranya mati, ia justru tertawa. Begitu pula dirimu, engkau tinggalkan shalat malam, puasa sunah dan berbagai amal shaleh lain yang dapat kau kerjakan dengan seluruh anggota tubuhmu, tetapi tidak sedikitpun engkau merasa sakit. Kelalaian telah membunuh hatimu. Orang hidup akan merasa sakit ketika tertusuk jarum, akan tetapi, sesosok mayat tidak akan merasa sakit meskipun tubuhnya di potong-potong dengan sebilah pedang. Saat ini hatimu sedang mati, karena itu duduklah di majelis yang penuh hikmah,sebab, di dalamnya terdapat hembusan karunia dari surga. Hembusan karunia itu dapat kamu temukan di rumahmu, di perjalananmu. Jangan tinggalkan majelis hikmah ( majelis ilmu ), andaikata dirimu masih melakukan banyak maksiat, jangan berkata : Apa manfaatnya aku datang ke majelis ilmu, sedangkan aku senantiasa bermaksiat dan tidak mampu meninggalkannya.
Akan tetapi, lepaskan busur panahmu selalu, jika hari ini tidak tepat sasaran, bisa jadi besok tepat sasaran."
( Ibnu 'Atha illah Askandari )
"Jika ingin membersihkan air maka akan kau singkirkan segala hal yang dapat mengotorinya. Anggota tubuhmu ini seperti selokan-selokan yang bermuara ke hati. Karena itu jangan kau alirkan kotoran ke dalam hatimu, seperti pergunjingan, pengadu dombaan, ucapan yang buruk, pandangan yang haram dan lain sebagainya. Hati akan bercahaya dengan memakan makanan halal, berdzikir, membaca Al-Qur'an dan menjaga mata dari pandangan yang tidak mendatangkan pahala, pandangan yang kurang disukai agama dan pandangan yang haram. Jangan biarkan matamu memandang sesuatu, kecuali jika pandangan itu menambah ilmu dan hikmahmu."
( Ibnu 'Atha illah Askandari )
“Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”
( Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi )
“Hati yang bersih siap menerima karunia-karunia Allah swt. Sedang hati yang kotor tidak dapat menampung karunia Allah swt.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
“Hati manusia seperti Baitul Ma’mur. Setiap hari ada 70.000 malaikat yang thawaf mengelilinginya hingga hari kiamat. Dalam 24 jam hati 70.000 bisikan dan setiap bisikan dipegang oleh seorang malaikat.”
( Imam Qutb Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas )
"Ketahuilah bahwa Allah swt akan memberikan kepada hambanya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurut saya Allah swt niscaya akan mendatangkan segala nikmat-Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba-Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba-Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah swt kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah swt yang sejati jika belum membersihkan hatinya!“
( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
"Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini ( sambil menunjuk ke dada beliau ) seperti rumah, jika dihuni oleh orang yang pandai merawatnya dengan baik, maka akan nampak nyaman dan hidup; namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, maka rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah swt merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.“
( Imam Qutb Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf )
Sumber: http://wasiatnasehat.blogspot.com
Thursday, November 1, 2012
Keiemahan Nafs
Berikut penjelasan dari kitab "Idharu Asrari Ulumil Muqarrabin" oleh Habib Muhammad bin Abdullah Al Aidarus"
Wahai hamba yang lemah, ketahuilah, sesungguhnya nafs yang terdapat dalam tubuhmu adalah sebuah ujian bagimu. Jika engkau seorang pencari kebenaran yang menyadari keburukan nafs, tentu engkau mengetahui keiemahan nafs dan selalu berusaha memperbaikinya. Jika engkau membiarkannya sakit, maka in akan menghancurkanmu. Salah satu keiemahan nafs adalah sering membenci sesuatu yang sebenarnya tidak membahayakannya Orang yang berakal saja nafs-nya segera bergelora ketika dihina oleh seorang anak yang belum mencapai usia tamyiz atau orang bodoh yang ucapannya tidak diperhitungkan. Sebenarnya ia sadar bahwa perbuatannya ini tidak bermanfaat dan ucapan itu tidak membahayakannya. Semua ini terjadi karena keiemahan dan kekurangan nafs sejak asal penciptaannya.
Begitulah manusia, mereka menviksa dirinya sendiri dan menghancurkan agamanya hanya untuk mencari sesuatu yang tidak dibutuhkannya. Lihatlah para penguasa, mereka melakukan berbagai hal yang berbahaya dan menanggung banyak dosa demi merebut sebuah daerah yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Mereka melakukannya demi nafs al-ammarnh bissu", yaitu nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan. Andaikata mau berpikir serta mengetahui cara mengobati dan mencegah nafs agar tidak mematuhi hawa yang merusak, tentu ia akara menjinakkan keganasan nafs-nya. Ia akan menyibukkan nafsnya sehingga dapat melupakan berbagai keinginan buruknya dan meninggalkan dosa-dosa besar yang menghancurkan agamanya. Ia tidak akan melakukan perbuatan yang membahayakan makhluk lain dan berbuat kerusakan di muka bumi.
Kelalaian dan bius hawa menghalangi akal untuk menolak keinginan nafs.Pada saat itulah nafs berbuat sesukanya, setan menguasai manusia dan taufik pun sirna. Manusia akan menaati perintah hawa dan tidak dapat melepaskan diri dari belenggunya Seorang penyair berkata:
Apa yang dapat diperbuat oleh dia yang diusir Tuannya
Obat para dokter tidaklah bermanfaat baginya
Karena inilah para solihin selalu berusaha mengobati dan memerangi nafs. Begitu merasakan sedikit saja perubahan ahlaknya, mereka pun segera mengobatinya. Lihatlah sikap amirul mukminin Umar Bin Khatab ra. Seorang manusia yang memiliki kedudukan tinggi dan tabiat mulia, saat memikul tempat air dipanggungnya dan bertemu dengan Urwah bin Zubair “Wahai amirul mukminin, tidak sepatutnya hal ini engkau lakukan", ucap Urwah
“Aku harus melakukannya, sebab diriku merasa mulia ketika sejumlah urusan arab menemuiku dengan patuh dan mendengarkan ucapanku. Aku ingin menghancurkan perasaan ini,” jawab beliau
Kemudian beliau membawa dan menuangkan air itu kerumah janda.
Lihatlah kekuatan manusia yang mulia ini, manusia tidak mungkin salah satu akhlaknya dapat kita samai, meskipun kuat dan mulia, beliau masih khawatir hatinya akan disusupi sesuatu yang tidak baik, lalu menurut pendaptmu bagaimana seharusnya sikap kita yang lemah dan hidup di zaman yang penuh kekurangan ini:
Wahai saudaraku, perhatikanlah baik-baik uraianku ini. Jika engkau memang seorang pencari kebenaran, maka berjuanglah untuk melawan nafs-mu. Dalam bagian ini telah kutunjukkan kepadamu akhlak rijalul haq Jalla Jalaluh. Jangan engkau kalah dengan kebiasaan buruk dan nafs yang keras kepala. Tempuhlah petungjuk menuju jalan yang lurus.
Wahai hamba yang lemah, ketahuilah, sesungguhnya nafs yang terdapat dalam tubuhmu adalah sebuah ujian bagimu. Jika engkau seorang pencari kebenaran yang menyadari keburukan nafs, tentu engkau mengetahui keiemahan nafs dan selalu berusaha memperbaikinya. Jika engkau membiarkannya sakit, maka in akan menghancurkanmu. Salah satu keiemahan nafs adalah sering membenci sesuatu yang sebenarnya tidak membahayakannya Orang yang berakal saja nafs-nya segera bergelora ketika dihina oleh seorang anak yang belum mencapai usia tamyiz atau orang bodoh yang ucapannya tidak diperhitungkan. Sebenarnya ia sadar bahwa perbuatannya ini tidak bermanfaat dan ucapan itu tidak membahayakannya. Semua ini terjadi karena keiemahan dan kekurangan nafs sejak asal penciptaannya.
Begitulah manusia, mereka menviksa dirinya sendiri dan menghancurkan agamanya hanya untuk mencari sesuatu yang tidak dibutuhkannya. Lihatlah para penguasa, mereka melakukan berbagai hal yang berbahaya dan menanggung banyak dosa demi merebut sebuah daerah yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Mereka melakukannya demi nafs al-ammarnh bissu", yaitu nafsu yang selalu mengajak kepada keburukan. Andaikata mau berpikir serta mengetahui cara mengobati dan mencegah nafs agar tidak mematuhi hawa yang merusak, tentu ia akara menjinakkan keganasan nafs-nya. Ia akan menyibukkan nafsnya sehingga dapat melupakan berbagai keinginan buruknya dan meninggalkan dosa-dosa besar yang menghancurkan agamanya. Ia tidak akan melakukan perbuatan yang membahayakan makhluk lain dan berbuat kerusakan di muka bumi.
Kelalaian dan bius hawa menghalangi akal untuk menolak keinginan nafs.Pada saat itulah nafs berbuat sesukanya, setan menguasai manusia dan taufik pun sirna. Manusia akan menaati perintah hawa dan tidak dapat melepaskan diri dari belenggunya Seorang penyair berkata:
Apa yang dapat diperbuat oleh dia yang diusir Tuannya
Obat para dokter tidaklah bermanfaat baginya
Karena inilah para solihin selalu berusaha mengobati dan memerangi nafs. Begitu merasakan sedikit saja perubahan ahlaknya, mereka pun segera mengobatinya. Lihatlah sikap amirul mukminin Umar Bin Khatab ra. Seorang manusia yang memiliki kedudukan tinggi dan tabiat mulia, saat memikul tempat air dipanggungnya dan bertemu dengan Urwah bin Zubair “Wahai amirul mukminin, tidak sepatutnya hal ini engkau lakukan", ucap Urwah
“Aku harus melakukannya, sebab diriku merasa mulia ketika sejumlah urusan arab menemuiku dengan patuh dan mendengarkan ucapanku. Aku ingin menghancurkan perasaan ini,” jawab beliau
Kemudian beliau membawa dan menuangkan air itu kerumah janda.
Lihatlah kekuatan manusia yang mulia ini, manusia tidak mungkin salah satu akhlaknya dapat kita samai, meskipun kuat dan mulia, beliau masih khawatir hatinya akan disusupi sesuatu yang tidak baik, lalu menurut pendaptmu bagaimana seharusnya sikap kita yang lemah dan hidup di zaman yang penuh kekurangan ini:
Wahai saudaraku, perhatikanlah baik-baik uraianku ini. Jika engkau memang seorang pencari kebenaran, maka berjuanglah untuk melawan nafs-mu. Dalam bagian ini telah kutunjukkan kepadamu akhlak rijalul haq Jalla Jalaluh. Jangan engkau kalah dengan kebiasaan buruk dan nafs yang keras kepala. Tempuhlah petungjuk menuju jalan yang lurus.