Pages

Saturday, April 28, 2012

Risalah Al Qusyairi : 4. Takut Kepada Tuhan (Takwa)

Abd al-Karim ibn Hawazinal-Qusyairi

Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri, bahawa seseorang menghadap Nabi saw dan berkata, “Wahai Rasulullah, bimbinglah saya.” Beliau menjawab, “Semoga anda mempunyai ketakwaan kepada Allah, karena ketakwaan adalah kumpulan seluruh hal yang baik. Semoga anda dapat melaksanakan jihad, kerana jihad adalah kerahiban kaum muslimin. Dan mudah-mudahan anda sibuk mengingat Allah, karena zikir adalah cahaya bagi anda.”

Al-Kattani mengatakan, “Dunia dibagi secara adil sesuai dengan penderitaan yang dideritai dan kehidupan akhirat dibagi secara adil sesuai dengan takwa.” Al-Jurairi mengatakan, “Orang yang belum menjadikan takwa dan kesedaran sebagai hakim, antara dirinya dan Tuhan tidak akan memperoleh makrifat dan kemanisannya.”

Al-Nasrabadzi menjelaskan, “Takwa adalah bahwa si hamba waspada terhadap segala sesuatu selain Allah SWT.” Sahl mengatakan, “Siapa pun menginginkan takwa yang sempurna, hendaklah menghindari setiap dosa.” Seseorang menegaskan, “Tuhan menjadikan berpaling dari dunia mudah bagi orang yang benar-benar bertakwa. “ Abu Abdullah Al-Rudzbari mengatakan, “Takwa adalah menghindarkan diri dari segala sesuatu yang menjadikan anda jauh dari Tuhan.” Abul Hasan Al-Farisi menyatakan, “Takwa mempunyai aspek luar dan aspek dalam. Aspek luarnya adalah perlaksanaan syariat dan aspek dalamnya adalah niat dan mujahadah.” Dikatakan, “Takwa itu ditandai oleh tiga sikap yang baik: tawakkal terhadap apa yang belum dianugerahkan, berpuas hati dengan apa yang telah dianugerahkan, dan bersabar dalam menghadapi milik yang hilang.”

Talq Ibn Habib menjelaskan, “Takwa adalah bertindak sesuai dengan ketundukan kepada Tuhan melalui petunjuk-Nya, dan pada saat yang sama takut kepada hukuman-Nya.” Pada suatu hari, Abu Yazid Al-Bustami membeli kunyit jingga di Hamadhan. Dia menjumpai hanya sedikit kunyit jingga, dan ketika dia kembali ke Bistham, dia menemukan dua ekor semut pada kunyit itu. Maka, dia kembali ke Hamadhan dan melepaskan kedua semut itu. Abu Hanifah tidak pernah mau berteduh di bawah kerindangan pohon milik orang yang berhutang kepadanya. Dia menjelaskan, “Sebuah hadith menyatakan, ‘Setiap hutang yang pengembaliannya disertai kelebihan adalah riba’. Abu Yazid sedang mencuci jubahnya di luar kota bersama seorang sahabatnya, ketika sahabatnya berkata, “Jemurlah jubah anda dipagar dinding kebun buah itu”. Abu Yazid menjawab, “Jangan menancapkan paku di dinding orang.” Sahabatnya menyarankan, “Jemurlah di atas pohon.” Abu Yazid menjawab, “Saya khawatir ia akan menyebabkan cabang-cabangnya patah.” Dia berkata, “Bentangkanlah ia di atas rerumput.” Abu Yazid menjawab, “Rerumput itu makanan haiwan ternak. Jangan kita menutupnya dengan jubah ini.” Selanjutnya, dia menghadapkan punggungnya sehingga satu sisi jubahnya yang menghadap matahari menjadi kering, lalu dia menghadapkan sisi yang lain ke matahari sehingga kering.

Pada suatu hari Abu Yazid memasuki masjid dan manancapkan tongkatnya ke tanah. Tongkat itu jatuh dan menimpa tongkat seseorang yang berusia lanjut, yang juga menacapkannya di tanah, dan menyebabkan tongkat orang tua tersebut jatuh. Orang tua itu membongkok, lalu mengambil tongkatnya. Abu Yazid pergi ke rumah orang tua tersebut dan meminta maaf kepadanya, dengan mengatakan, “Anda tentu merasa terganggu disebabkan kelalaian saya, ketika anda terpaksa membongkok.”

Utbah Al-Ghulam tampak bercucuran keringat di musim dingin. Ketika orang-orang di sekitarnya menanyakan hal itu kepadanya, dia memberikan penjelasan, “Ini adalah tempat di mana saya telah memberontak kepada Tuhan saya.” Ketika diminta memberikan penjelasan lebih lanjut, dia mengatakan, “Saya mengambil sebongkah tanah dari dinding ini, supaya tamu saya dapat membersihkan tangan dengannya,tetapi saya tidak meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik dinding ini.” Dikatakan bahwa takwa mempunyai bermacam-macam aspek; takwa bagi kaum awam adalah menghindari syirik, bagi kaum terpilih menghindari dosa, bagi ahli sufi menghindari pergantungan kepada amal, dan bagi para nabi menghindari menisbatkan amal kepada selain Tuhan, demi Dia. Amir Al-Mukminin Ali ra menyatakan, “Kaum yang paling mulia di antara seluruh ummat manusia di dunia adalah kaum dermawan, dan yang paling mulia di akhirat adalah kaum yang bertakwa.”

Diriwayatkan oleh Abu Umamah, bahawa Nabi saw menegaskan, “Apabila seseorang melihat kecantikan seorang wanita dan kemudian menundukkan matanya setelah tatapan pertama, maka Tuhan menjadikan tindakannya itu suatu ibadah yang rasa manisnya dirasakan oleh hati orang yang melakukannya.”

Al-Junaid sedang duduk-duduk bersama Ruwaym, Al-Jurairi dan Ibn Atha’. Al-Junaid mengatakan: “Seseorang hanya boleh selamat apabila berlindung secara ikhlas kepada Allah.

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬ 
Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih takwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu). (Al-Hujraat: 13)

 وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬‌ۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ‌ۗ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ 
Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan dan demi sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh itu, tidakkah kamu mahu berfikir? (Al-An'am: 32)

 وَيُنَجِّى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ بِمَفَازَتِهِمۡ لَا يَمَسُّهُمُ ٱلسُّوٓءُ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
Dan (sebaliknya) Allah akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa (yang menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan maksiat) dengan mereka mendapat kemenangan besar (keredaan Allah) mereka tidak akan disentuh sesuatu yang buruk dan tidak akan berdukacita. (Az-Zumar: 61)

No comments:

Post a Comment