Pages

Thursday, February 16, 2012

Risalah Al Qusyairi : 1. Taubat

Abd al-Karim ibn Hawazinal-Qusyairi

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahawa Rasulullah saw mengatakan - 'Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdoa, dan jika Allah mencintai seorang hamba, niscaya dosa tidak melekat pada dirinya.’
Ketika beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, apa tandanya taubat?”, Rasulullah menjawab, “Menyesali kesalahan.”
Anas bin Malik meriwayatkan bahawa Rasulullah saw mengatakan, “Tiada sesuatu yang lebih dicintai oleh Allah selain pemuda yang bertaubat.”
Makna taubat dalam bahasa Arab adalah kembali – ia merupakan tingkat pertama di antara maqam yang dialami oleh sufi, dan tahap pertama di antara tahap-tahap yang dicapai oleh salik (si penempuh jalan Allah).
Sebuah hadis mengatakan, “Pengingat Tuhan di dalam hati setiap insan adalah Muslim.”
Abu Hafs Al-Haddad mengatakan, “Saya meninggalkan suatu perbuatan tercela, lalu kembali kepada Nya. Kemudian perbuatan itu meninggalkan saya, dan sesudah itu saya tidak kembali kepada Nya.”
Syeikh Abu Ali Al-Daqqaq mengatakan, “Salah seorang murid bertaubat, kemudian menerima ujian. Dia bertanya-tanya di dalam hati, “Jika saya bertaubat, bagaimanakah keadaan saya nanti?”

Syeikh Abu Ali Al-Daqqaq pula mengatakan: Taubat dibahagikan menjadi 3 tahap: tahap pertama adalah tawbah (taubat), tahap kedua adalah inabah (berpaling kepada Tuhan), dan tahap akhir adalah awbah (kembali).

Al-Junaid menyatakan, “Taubat mempunyai 3 makna. Pertama menyesali kesalahan; kedua tetap hati untuk tidak mengulang kembali kepada apa yang telah dilarang oleh Allah SWT, dan ketiga adalah menyelesaikan keluhan orang terhadap dirinya.”
Sahl Ibn Abdullah menyatakan, “Taubat adalah menghentikan sikap suka menunda-nunda.”
Al-Harith menegaskan, “Saya tidak pernah mengatakan , “Wahai Tuhanku, aku memohon ampunan-Mu.’ Saya mengatakan, ‘Kurniakan kepadaku, wahai Tuhan, kerinduan untuk bertaubat.’

Al-Junaid mengunjungi As-Sari pada suatu hari, dan mendapatinya sedang kebingungan. Dia bertanya, “Apa yang terjadi atas dirimu?”
As-Sari menjawab, “Aku bertemu dengan seorang pemuda, dan dia bertanya tentang taubat kepadaku. Ku beritahu dia – ‘Taubat adalah engkau tidak melupakan dosa-dosamu.’ Lantas dia menegurku dengan mengatakan, ‘Taubat adalah bahwa engkau benar-benar melupakan dosa-dosamu.’ Al-Junaid mengatakan bahwa yang dikatakan oleh pemuda itulah yang benar. As-Sari bertanya kepadanya mengapa dia berpendapat seperti itu. Al-Junaid menjawab, ‘Karana apabila aku kafir dan kemudian Dia membimbingku menjadi Muslim, maka ingatan akan kekafiran dalam taubat merupakan kekafiran.’ As-Sari lalu terdiam.
Al-Junaid merujuk taubatnya orang-orang yang telah mencapai kebenaran, yang tidak ingat akan dosa-dosa mereka lagi karana keagungan Allah SWT telah menguasai hati mereka, dan dzikr (mengingat Dia) yang terus mereka lakukan.

Menurut Ruwaym, : Ia adalah taubat dari taubat.
Dzun Nun Al-Mishri memberi penjelasan, “Taubat dari kalangan orang awam adalah taubat dari dosa, dan taubat kaum terpilih adalah taubat dari kealpaan.”

Abul Hussain An-Nuri mengatakan, “Taubat adalah bahawa engkau berpaling dari segala sesuatu selain Allah SWT.”
Yahya bin Muaz berdoa, “Wahai Tuhanku, aku tidak mengatakan bahwa aku telah bertaubat. Aku tidak kembali kepada-Mu dikerenakan sesuatu yang menurutku adalah kecenderunganku, aku tidak bersumpah bahwa aku tidak akan berbuat dosa lagi, karana aku mengetahui kelemahanku sendiri. Aku tidak mengatakan bahwa aku kembali kepada-Mu kirana bisa jadi aku mati sebelum kembali dengan sunguh-sungguh.”

Dzun Nun mengatakan, “Permohonan keampunan diajukan dengan tidak disertai kehati-hatian adalah taubatnya para pendusta.”

Ketika Ibn Yazdanyar ditanya tentang prinsip-prinsip yang menjadi asas perjalanan seorang hamba menuju Tuhan, dia menjawab, “Prinsip-prinsip yang engkau maksudkan ialah bahwa dia tidak kembali kepada sesuatu yang telah dia tinggalkan, tidak meminta segala sesuatu selain Yang Esa yang kepada Nya dia menuju, dan menjaga lubuk hatinya dari menginginkan sesuatu yang darinya dia telah menjauhkan diri.”
“Taubat ialah saat di mana engkau mengingat dosa dan tidak menemukan kemanisan di dalamnya.”, kata Al-Bunsyanji.

“Perasaan taubat adalah bahwa bumi ini terlalu sempit bagimu meskipun ia luas sehingga engkau tidak menjumpai tempat untuk beristirahat. Lalu engkau merasakan jiwamu terbatas, kerana Allah SWT telah mengatakan dia dalam Al Quran:
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Taubah, 9:118)

Ibn Atha’ mengatakan “Terdapat dua jenis taubat: inabah (kembali) dan istijabah (menjawab atau memenuhi) Dalam inabah sang hamba bertaubat kerana takut akan hukuman; dalam istijabah dia bertaubat kerana malu akan kedermawan-Nya.

Abu Hafs mengatakan, “Seorang hamba tidak bersangkut paut dengan taubat. Taubat datang kepadanya, bukan dari dirinya.”
Abu Hafs ditanya, “Mengapa orang-orang bertaubat membenci dunia?” Dia menjawab, “Karana ia merupakan tempat dosa-dosa dikejar.” Dan dikatakan kepadanya, “Ia juga tempat tinggal yang dijunjung tinggi oleh Tuhan dengan taubat. Dia mengatakan, “Pendosa mendapatkan keyakinan dari dosanya, tetapi mendapatkan bahaya dari penerimaan atas taubatnya.”

Diriwayatkan bahawa Allah SWT berfirman kepada Adam, “Wahai Adam, Aku telah mewariskan anak cucumu beban dan penderitaan Aku juga telah mewariskan kepada mereka taubat. Aku menjawab seorang di antara mereka, yang berdoa dengan sunguh-sungguh kepada Ku sebagaimana kamu telah berdoa kepada-Ku, sama sebagaimana Aku menjawabmu. Wahai Adam, Aku akan membangkitkan orang-orang yang bertaubat dari kubur-kubur mereka dalam keadaan gembira; doa mereka akan Ku-jawab.”
Diriwayatkan seseorang telah bertanya kepada Rabiah, "Saya telah sering berbuat dosa dan menjadi semakin tidak taat. Tetapi, apabila saya bertaubat, apakah Dia akan mengampuninya?" Rabiah menjawab: 'Tidak - tetapi apabila Dia mengampunimu, maka engkau akan bertaubat.'

Adalah perbuatan Nabi Muhammad saw bertaubat terus-menerus. Beliau mengatakan, “Hatiku suram, oleh kerana itu aku memohon ampunan Allah 70 kali dalam sehari.”
Yahya bin Muaz menyatakan, “Satu pelanggaran saja sesudah taubat lebih patut ditakuti berbanding 70 pelanggaran sebelum taubat.

وَقُل لِّلۡمُؤۡمِنَـٰتِ يَغۡضُضۡنَ مِنۡ أَبۡصَـٰرِهِنَّ وَيَحۡفَظۡنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنۡهَا‌ۖ وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِہِنَّ‌ۖ وَلَا يُبۡدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوۡ ءَابَآٮِٕهِنَّ أَوۡ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآٮِٕهِنَّ أَوۡ أَبۡنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوۡ إِخۡوَٲنِهِنَّ أَوۡ بَنِىٓ إِخۡوَٲنِهِنَّ أَوۡ بَنِىٓ أَخَوَٲتِهِنَّ أَوۡ نِسَآٮِٕهِنَّ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَـٰنُهُنَّ أَوِ ٱلتَّـٰبِعِينَ غَيۡرِ أُوْلِى ٱلۡإِرۡبَةِ مِنَ ٱلرِّجَالِ أَوِ ٱلطِّفۡلِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يَظۡهَرُواْ عَلَىٰ عَوۡرَٲتِ ٱلنِّسَآءِ‌ۖ وَلَا يَضۡرِبۡنَ بِأَرۡجُلِهِنَّ لِيُعۡلَمَ مَا يُخۡفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ‌ۚ وَتُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ 

"Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat." "Katakanlah kepada wanita yang beriman :"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka meukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur:31)

وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡمَحِيضِ‌ۖ قُلۡ هُوَ أَذً۬ى فَٱعۡتَزِلُواْ ٱلنِّسَآءَ فِى ٱلۡمَحِيضِ‌ۖ وَلَا تَقۡرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطۡهُرۡنَ‌ۖ فَإِذَا تَطَهَّرۡنَ فَأۡتُوهُنَّ مِنۡ حَيۡثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٲبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-Baqarah:222)

إِنَّمَا يَسۡتَجِيبُ ٱلَّذِينَ يَسۡمَعُونَ‌ۘ وَٱلۡمَوۡتَىٰ يَبۡعَثُہُمُ ٱللَّهُ ثُمَّ إِلَيۡهِ يُرۡجَعُونَ 

Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nya-lah mereka dikembalikan. (Al-An'am:36)

No comments:

Post a Comment