Pages

Tuesday, January 17, 2012

Islam di Siprus

Agama Islam telah ada di Siprus sejak abad ke-7 Masehi.

Siprus merupakan nama sebuah pulau di Laut Mediterania Timur. Negara ini terkena] sejak zaman kuno karena kekayaan mineral, anggur, dan keindahan alamnya. Siprus terdiri atas pegunungan tinggi, lembah yang subur, dan pantai yang luas. Negara yang terletak di Asia Tengah ini berada sekitar 40 mil (65 km) di selatan Turki, 60 mil (100 km) sebelah barat Suriah, dan 480 mil (770 km) di tenggara Yunani. Ini adalah pulau terbesar ketiga Mediterania setelah Sisilia dan Sardinia. Secara umum, luasnya tidak lebih besar dari Jakarta. Bahkan, pada sensus 2006, penduduknya hanya 746.000 jiwa.

Orang-orang Siprus mewakili dua kelompok etnis utama Yunani dan Turki. Siprus Yunani yang berjumlah empat per lima penduduk, berasal dari campuran penduduk asli dan imigran dari Peloponnese yang terjajah sekitar 1200 SM.

Pemukim berasimilasi sampai abad ke-16. Sekitar seperlimanya adalah Siprus Turki, keturunan para prajurit tentara Ottoman yang menaklukkan pulau itu pada 1571 dan imigran dari Anatolia yang dibawa oleh pemerintahan sultan. Sejak 1974, tambahan imigran dari Turki telah dibawa untuk bekerja di tanah kosong. Mereka meningkatkan total angkatan kerja.


Saat ini, kata siprus tidak selalu digambarkan sebagai Siprus. Kata ini lebih sering digunakan bersama-sama dengan awalan Yunani atau Turki, sebagai pengakuan dari dua kelompok etnis besar di Siprus. Siprus Yunani adalah komunitas Ortodoks Yunani yang berbahasa Yunani, sedangkan Siprus Turki adalah komunitas Muslim yang berbahasa Turki.

Ketika Siprus merdeka dari Inggris pada 1960, Konstitusi Republik mendefinisikan Siprus Turki dan Siprus Yunani sebagai dua kelompok etnis yang terpisah. Pada saat itu, para anggota dari kedua kelompok masih menghuni desa-desa dan kota, namun sudah saling berbaur.

Pada kebanyakan kasus, keduanya hidup bersama dalam damai dan merayakan perayaan hari besar juga secara bersama-sama. Sayangnya, peristiwa 1974 memisahkan Pulau Siprus Turki dan Siprus Yunani. Kedua kelompok masyarakat itu tidak lagi hidup berdampingan selama lebih dari 30 tahun.

Agama Islam masuk ke Siprus sekitar tahun 649 Masehi, pada saat pemerintahan Islam di Madinah dipimpin oleh Khalifah Usman bin Affan. Kendati masuk ke negara tersebut lebih awal, sampai tahun 1974, kebanyakan pemeluk agama Islam berasal dari orang-orang Siprus Turki. Jumlahnya mencapai 18 persen dari total penduduk. Namun, saat ini jumlahnya mencapai 264.172 Muslim atau sekitar 10 persen dari total penduduk. Sebagian besar tinggal di bagian utara.


Penduduk Siprus Turki mayoritas menganut ajaran Islam Suni. Berbeda dengan kebanyakan pemeluk Muslim Suni lainnya, Muslim Siprus sangat kental dalam pengaruh tasawuf, baik dalam kebudayaan maupun spiritualnya. Aliran tasawuf yang berkembang adalah Naqsabandi Haqqani yang dipimpin oleh Syaikh Muhammad Nazim Al-Qubrusi dari Larnaca.

Pada masa pemerintahan Ottoman (Turki Usmani) pada tahun 1572-1878, sebagian besar umat Islam menetap di Siprus Turki. Selama abad ke-17, pemeluk Islam tumbuh pesat. Sebagian merupakan imigran Turki, lainnya adalah orang keturunan Yunani yang memeluk Islam.

Beberapa peninggalan Islam ada di Siprus termasuk di dalamnya Masjid Arabahmet di Nikosia (dibangun pada abad ke-16 ), Masjid Hala Sultan

Tekke atau Umm Masjid Haram Larnaca (dibangun pada abad ke-18), Masjid Lala Mustafa Pasha, Selimiye Masjid, dan Masjid Haydarpasha.

Kisah perebutan wilayah

Siprus merupakan semenanjung wilayah Islam yang dibebaskan oleh kaum Muslim pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah setelah sebelumnya dikuasai oleh pemerintahan Islam pada masa Usman bin Affan tahun 28 Hijriah.

Ketika terjadi Perang Salib, Inggris datang ke negeri ini pada 1191 M dan menduduki Siprus selama Perang Salib. Kaum Muslim kemudian membebaskannya kembali dari cengkeraman Inggris.

Inggris paham akan nilai strategis Siprus. Bahkan, mereka menjadikannya sebagai pangkalan titik tolak menyerang negeri-negeri Islam. Karena itu, Inggris mengelabui Daulah Usmaniyah pada 1878, dengan dalih menghadapi Rusia, sehingga bisa menyewa pangkalan di Siprus. Inggris mendeklarasikan kependudukannya atas Siprus pada Perang Dunia I tahun 1914.

Inggris mulai mendorong etnis Yunani Nasrani agar bermigrasi ke Siprus demi mengubahnya menjadi semenanjung yang mayoritasnya non-Muslim. Inggris membuat undang-undang yang berkaitan dengan masalah kependudukan, artinya bebas dari kaum Muslim etnis Turki. Tujuannya untuk melemahkan eksistensi dan kekuatan Turki di sana. Caranya dengan menetapkan syarat bahwa siapa saja yang berkewarganegaraan Turki dilarang menjadi warga negara Siprus yang dikuasai Inggris dan mereka tidak boleh tinggal di Siprus.

Sementara itu, Inggris memberi kemungkinan kepada orang Siprus etnis Yunani untuk memerintah semenanjung dan mengontrol nasib kaum Muslim. Karena itu, jumlah pemeluk Nasrani xii Siprus yang berasal dari luar makin meningkat, sedangkan jumlah penduduk asli yang Muslim makin berkurang. Inggris mengokohkan eksistensinya di Siprus dengan membangun dua pangkalan militer di sana.

Pascakudeta dan intervensi Turki, secara militer, di Siprus pada 1974, semenanjung terbagi menjadi dua bagian. Etnis Turki, di utara semenanjung pada 1983, mendeklarasikan Republik Turki Siprus Utara (The Turkish Republic of Northern Cyprus) dan berada di bawah kontrol negara Turki yang luasnya 37 persen dari luas Kepulauan Siprus.

Wilayah ini oleh Turki diakui sebagai wilayah independen. Bagian selatan tetap berada di bawah kontrol etnis Siprus keturunan Yunani, yakni Republik Siprus yang meliputi 59 persen luas Kepulauan Siprus dan masuk sebagai anggota Uni Eropa.

Karenanya, hingga kini. Siprus tetap terbagi menjadi dua wilayah Siprus Yunani dan Siprus Turki. Bahkan, dalam budaya pun Siprus terbagi menjadi Turki di bagian utara dan Yunani di selatan negara ini.

Sampai sekarang, agama Siprus Yunani masih kebanyakan milik otosefalus Gereja Ortodoks Siprus (78 persen), sedangkan Siprus Turki merupakan Muslim (18 persen). Agama-agama lain terwakili di pulau tersebut, termasuk Maronit dan Apostolics Armenia (empat persen).

Sama halnya di Turki, gaya dan penampilan masyarakat Siprus Turki sudah sangat Eropa. Namun, banyak juga perempuan yang mengenakan jilbab, walaupun tidak sebanyak di Turki.

Bed syaifuddineWikn
Republika

No comments:

Post a Comment