Pages

Saturday, May 21, 2011

Sufi Road : Warna Agama

Warna Agama “Chinese Art and Greek Art”

Rasul pernah berkata, “Ada orang-orang yang melihatku
di dalam cahaya yang sama seperti aku melihat mereka.
Kami adalah satu.
Walau tak terhubung oleh tali apapun,
walau tak menghafal buku dan kebiasaan,
kami meminum air kehidupan bersama-sama
.”


Inilah sebuah kisah tentang misteri yang tersimpan:
Sekelompok Tiongkok mengajak sekelompok Yunani bertengkar tentang siapa dari mereka
adalah pelukis yang terhebat.
Lalu raja berkata, “Kita buktikan ini dengan debat.”
Tiongkok memulai perdebatan.
Tapi Yunani hanya diam, mereka tak suka perdebatan.Tiongkok lalu meminta dua ruangan
untuk membuktikan kehebatan lukisan mereka,dua ruang yang saling menghadap terpisah hanya oleh tirai.
Tiongkok meminta pada raja beberapa ratus warna lagi, dengan segala jenisnya.
Maka setiap pagi, mereka pergi ke tempat penyimpanan pewarna kain dan mengambil semua yang ada.
Yunani tidak menggunakan warna, “warna bukanlah lukisan kami.”
Masuklah mereka ke ruangannya lalu mulai membersihkan dan menggosok dindingnya.
Setiap hari, setiap saat, mereka membuat dinding-dindingnya lebih bersih lagi,
seperti bersihnya langit yang terbuka.

Ada sebuah jalan yang membawa semua warna menjadi ‘warna tak lagi ada’. Ketahuilah,
seindah-indahnya berbagai jenis warna di awan dan langit, semua berasal dari
sempurnanya kesederhanaan matahari dan bulan.

Tiongkok telah selesai, dan mereka sangat bangga tambur ditabuh dalam kesenangan
dengan selesainya lukisan agung mereka. Waktu raja memasuki ruangan, terpana dia
karena keindahan warna dan seluk-beluknya.
Lalu Yunani menarik tirai yang memisahkan ruangan mereka.
Dan tampaklah bayangan lukisan Tiongkok dan semua pelukisnya berkilauan terpantul pada dindingnya yang kini bagaikan cermin bening, seakan mereka hidup di dalam dinding itu.
Bahkan lebih indah lagi, karena tampaknya mereka selalu berubah warna.

Seni lukis Yunani itulah jalan sufi.
Jangan hanya mempelajarinya dari buku.
Mereka membuat cintanya bening, dan lebih bening.
Tanpa hasrat, tanpa amarah. Dalam kebeningan itu mereka menerima dan memantulkan kembali lukisan dari setiap potong waktu, dari dunia ini, dari gemintang, dari tirai penghalang.
Mereka mengambil jalan itu ke dalam dirinya, sebagaimana mereka melihat
melalui beningnya Cahayayang juga sedang melihat mereka semua

Sumber : ifud17.wordpress.com

No comments:

Post a Comment