Para sufi umumnya memandang tobat sebagai langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin menempuh jalan tasawuf. Ia merupakan sarana pertama menuju Allah. Artinya bahwa maqam tobat itu merupakan awal perjalanan bagi mutashawiff, yaitu pengikut tasawuf yang melakukan mujahadah menuju perjumpaan dengan Allah. Sebab untuk menuju jalan tersebut harus suci lahir dan bathin agar mudah menerima taufik , hidayah dan inayah dari Allah SWT.
Tobat yang paling utama yang dikejar oleh orang tasawuf adalah TOBAT NASUHA, yaitu tobat yang semurni-murninya betapa beratnya persyaratannya mereka harus berjuang untuk mendapatkannya. Tobat nasuha dapat berupa kesadaran seseorang yang mendorong dirinya untuk memperbaiki semua kesalahand an kekurangan masa lalu, dengan tekad bulat untuk tidak mengulanginya kembali di masa depan. Karenanya tobat yang murni ini harus disertai dengan keterbangunan jiwa yang melahirkan kesadaran akan segala kesalahannya dan tekad untuk memperbaikinya. Makanya untuk mencapainya tidaklah mudah, ada empat hal yang harus dilakukan untuk mencapai tobat nasuha:Pertama, menyadari bahwa maksiat yang mendatangkan dosa itu amatlah keji dan berdampak buruk, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun masyarakat luas. Sehingga ia harus benar-benar menyesali dosanya di masa lalu.
Kedua, menyadari sungguh-sungguh betapa dahsyatnya siksaan Allahatas orang yang berbuat dosa dan maksiat, sehingga ia bertekad bulat untuk ben ar-benar menjauhi maksiat dan tidak melakukannya lagi
Ketiga, menyadari akan kekurangan dan kelamahan dirinya yang tak akan tahan menanggung siksaan diakherat nanti, sehingga iasangat mendambakan ampunan dari Allah dan berniat akan mengisi hidupnya untuk banyak memohon ampun pada Allah.
Keempat, kalau punya kesalahan dan dosa yang berhubungan dengan hak-hak sesama manusia (huluqul adami), maka secara khusus ia mau ebrusaha untuk menyelesaikannya dengan sebaik baiknya hingga tercapai suatu kerelaan (‘an taradhin)
Untuk itu guna meraih maqam tobat nasuha sangatlah diperlukan kejujuran dan kesungguhan hati seseorang dalam memohon ampunan dan bertobat kepada Allah SWT. Dan juga disertai perasan yang tulus dan ikhlas untuk bersedia meninggalkan sama sekali dosa dosa dimasa lalu yang mengotori hidupnya. Tentunya proses ini membutuhkan waktu dan kesabaran untuk terus menerus mengendalikan dan memerangi hawa nafsunya.
Dalam kisah-kisah kehidupan sufi, kadang tobat dilakukan setelah melewati peristiwa aneh dan luar biasa yang menggugah perasaan seorang sufi, sehingga ia menyadari bahwa dirinya berada didalam kesesatan. Ibrahin bin Adham misalnya, diwirayatkan segera meninggalkan istana ayahandanya disaat berburu ia mendengar suara ebrulang-ulang kali yang memperingatkannya bahwa bukan untuk kehidupan mewah itu ia diiptakan, dengan suara “Bukan untuk itu kamu diciptakan, bukan untuk itu kamu diperintah” Dua kali suara itu ebrkata lantang dan pada kali ketiga suara datang dari bagian depan pelana kudanya, sehingga ibrahim bin adham ebrkata “Demi tuhan, aku tidak akan ingkar dari Tuhan sesudah ini , sepanjang Tuhanku selalu melindungiku dari dosa.”
Begitu pula ajaibnya Dzun nun Al Misri, seorang sufi mesir ternama, ketika ditanya tentang pengalaman tobatnya “apakah yang menyebakan dirimu bertobat:, jawab beliau “Pada suatu hari aku berjalan-jalan dan melihat seekor burung jatuh dari sangkarnya. Dalam hati aku berkata “betapa celakanya burung ini! Setelah aku berkata demikian, terlihat olehku tanah merekah kemudian tampaklah sebuah wadah seperti piring yang satu berisi makanan dan yang satu berisi air. Maka keduanya aku santap dan kemudian aku bertobat. Begitu Dzun Nun mengutarakan kisahnya.
Demikianlah sekilas mengenai tobat, semoga kita selalu diberikan Allah kesempatan untuk terus bertobat sebanyak-banyaknya sebelum nafas diambil dari tubuh ini.
Assalamualikum
ReplyDeleteSaya ikhwan,yang alhamdulilah,di tahun ini di beri hidayah untuk tidak melakukan perbuatan Dosa,saya seorang pendosa,dan saya telah di beri kesadaran ,bahwa allah swt selama ini begitu menyanyangi saya,tetapi saya lalai terhadapnya.yang saya mau tanyakan,bagaimana menjaga konsistensi Taubat saya,agar saya tidak tergelincir kembali kedalam lembah dosa.
Wasalam
hamba allah
wallahualam bishowab. iman itu bergelombang ada kalanya diatas dan ada kalanya dibawah. untuk itu perlunya senantiasa berdzikir dgn rutin untuk menjaga konsistensi iman. bersikap wara dan khouf, mawas terhadap dosa2 kecil dan terus beribadah dan beramal soleh.
ReplyDeleteDalam sistem dan kondisi negara yang menganut sekuler ini (hampir)mustahil seseorang dapat melakukan taubat nasuha seperti yang disyaratkan diatas. Tidak tertutup kemungkinan untuk bertaubat jika ia pergi menyendiri meninggalkan keluarga, masyarakat dan negara untuk dapat menjaga jiwanya agar tetap steril dari dosa setelah pertaubatannya. Saya berharap pendapat saya keliru, namun faktanya seperti itu.
ReplyDelete