Pages

Sunday, January 9, 2011

Sufi Road : Dicabutnya Ilmu dari Manusia

www.majelisrasuullah.org Senin 20 Desember 2010


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

( صحيح البخاري )

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia (Allah) mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang ulama pun (diwilayah itu), maka orang-orang mengangkat ulama dan sesepuh dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.”

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan keluhuran, Maha melimpahkan cahaya kebahagiaan, Maha melimpahkan cahaya ketenangan, Maha melimpahkan cahaya kesejukan, Maha melimpahkan cahaya kesejahteraan dengan cahaya dzikir, dengan cahaya kemuliaan dan keluhuran yang terbit dengan cahaya Allah subhanahu wata’ala yang dicipta Nya, bukan cahaya matahari yang mana terbit dan terbenam, namun cahaya yang menuntun kepada terang benderangnya kehidupan dunia dan akhirah siraajan muniira (pelita yg terang benderang), sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seorang pemimpin yang membawa cahaya keluhuran Ilahi, menuntun kepada kedamaian dan ketenangan dengan menjadikan sanubari kita sebagai tempat rahasia keluhuran Ilahi untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirah, dan ketika cahaya itu berpijar di dalam sanubari kita, maka akan terlihatlah keberkahannya pada penglihatan, pendengaran, ucapan, perbuatan, dan pada semua yang kita lewati siang dan malam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Jika cahaya keberkahan itu dibuka oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menerangi jiwa kita maka di saat itu keberkahan akan muncul di penglihatan kita sehingga Allah menunutun semua yang kita lihat, menuntun kita kepada keluhuran, ketika kita melihat fuqara’ dan melihat apapun, maka yang akan kita lihat bukan lagi hanya sekedar bentuk, warna, gambaran atau sifat, namun yang kita lihat akan menuntun kita pada rahasia keluhuran Allah, mengingatkan kita kepada Allah, membuat kita semakin khusyu’. Dan jika kita melihat orang yang kaya atau miskin, orang yang gembira atau sedih, atau yang lainnya kesemuanya itu tidak akan membuat kita berpaling namun akan menuntun kita kepada jalan yang paling luhur yaitu jalan menuju Allah subhanahu wata’ala, jalan kepada ketenangan dunia dan akhirah, jalan kepada kekhusyuan, jalan menuju nama-Nya Yang Maha Luhur yang mengawali segenap nama, yang membuka rahasia segenap keluhuran yang muncul pada setiap hamba-hamba-Nya yang masing-masing mempunyai nama, dan setiap nama itu telah diterbitkan padanya keluhuran di dunia dan akhirah, atau keluhuran di dunia saja.

Semoga namaku dan nama kalian diterangi cahaya keluhuran di dunia dan akhirah, diterangi dengan cahaya keberkahan di dunia dan akhirah, begitu juga dengan pendengaran kita, penglihatan kita, ucapan kita, perbuatan kita, pekerjaan kita, rumah tangga dan keluarga kita diterangi cahaya Allah, dinaungi Allah, dinaungi kewibawaan Allah, dinaungi keluhuran Allah, dinaungi keberkahan Allah, dinaungi keindahan Allah.

Ketika Allah telah membukakan kepada seseorang rahasia keindahan Allah maka ia tidak akan lagi merasa susah dengan musibah, dan tidak pula ia akan tertipu dengan kenikmatan, karena hatinya telah dekat dengan Sang Maha Abadi, Allah subhanahu wata’ala.

Bagaimana cara dekat dengan Sang Maha Abadi ?, dekatlah kepada orang yang menuntunmu kepada tuntunan keluhuran Sang Maha Abadi, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka yang harus kita temui dan kita dekati setelah wafatnya sayyidina nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah para pewarisnya.

Saudara saudariku yang kumuliakan
Rantai keguruan yang tadi saya sampaikan disebut dengan Silsilah Dzahabiyyah ( rantai emas ) atau Silsilah Qutbiyyah yang kesemua rantai itu adalah para wali Allah, para shalihin dan para Ulama’ ahlussujud (orang yg banyak beribadah dan banyak bersujud) yang diperoleh dari gurunya ahlu assujud dan dari gurunya ahlu assujud dan seterusnya sampai kepada imam ahlu assujud, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dari ahlulkhusyu’ berguru kepada ahlulkhusyu’, berguru kepada ahlulkhusyu’ dan seterusnya hingga sampai kepada imam ahlulkhusyu’ sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang bercahaya dengan makrifah, haqiqah dan syariah berpadu di dalam setiap tuntunan mereka, jiwa mereka penuh dengan keluhuran makrifah, haqiqah dan syariah yang bersambung dari guru ke guru hingga sampai kepada pemimpin pembawa syariah, makrifah dan haqiqah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Maka rantai keguruan itu disebut sebagai rantai emas, dan disebutkan para salafussalih bahwa barangsiapa yang menyatukan sanad (ikatan dan hubungan) keguruan dengan keguruan itu maka tidak akan pernah terputus selama-lamanya, bagaikan rantai emas yang bersatu antara satu mata rantai dengan mata rantai yang lainnya, yang mana jika digerakkan satu mata rantai maka akan bergerak pula seluruh mata rantai hingga ke ujung mata rantai, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirn hadirat yang dimuliakan Allah
Kita mendengar keluhuran hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya dari dada para ulama’ tetapi dengan cara mewafatkan para ulama’, inilah musibah terbesar di muka bumi, bukanlah gempa bumi atau tsunami, bukan pula gunung berapi atau angin topan dan lain sebagainya.

Musibah yang sebenarnya adalah wafatnya para ulama’, jika ulama’ telah wafat maka semua musibah akan muncul. Maka semakin Allah panjangkan usia para ulama’ kita musibah akan semakin menjauh. Jika para ulama’ sudah tidak ada maka manusia akan kebingungan dan mencari guru-guru yang tidak mempunyai sanad keguruan, atau guru yang jahil/tidak berilmu), tidak berguru pada ahlul khusyu’, yang akhirnya hal yang bid’ah akan dikatakan sunnah, dan sebaliknya yang sunnah dikatakan bid’ah, ziarah kubur dikatakan syirik, bertawassul dikatakan syirik, karena mereka tidak mempunyai sanad keguruan, mereka hanya belajar pada buku tanpa tuntunan guru, bukan berarti tidak boleh belajar pada buku namun tentunya jika kita punya guru seorang alim yang shalih maka ia akan mengajarkan kita jika kita tidak mengetahui makna yang kita baca dalam buku itu, maka boleh belajar pada buku namun harus mempunyai guru, karena guru bertanggung jawab jika seandainya kita salah, maka di hari kiamat guru yang akan bertanggung jawab atas kesalahan kita, maka akan dipanggil guru itu untuk bertanggung jawab atas ajaran yang tidak benar misalnya, maka guru mesti bertanggung jawab, namun buku tidak akan bisa bertanggung jawab (atau dimintai pertangggungjawab).

Oleh sebab itu sanad keguruan sangat penting , maka berpegang teguhlah dengan rantai sanad keguruan. Semua para ulama’ kita yang hadir disini sebagian besar masing-masing sudah mempunyai sanad keguruan.

Dan para habaib dan ulama’ yang di Jakarta sanad keguruan mereka sampai kepada sanad yang tadi saya sebutkan, oleh sebab itu berpeganglah padanya, jangan sampai kita berguru pada orang yang tidak mempunyai sanad keguruan, karena sabda Rasulullah bahwa jika para ulama telah tiada maka manusia akan berguru kepada yang tidak memiliki ilmu. Jika dalam satu wilayah tidak ada lagi ulama’, maka orang yang tidak berilmu akan dijadikan ulama’ sehingga ketika mereka bertanya mereka akan menjawab dan berfatwa semaunya tanpa ilmu, sehingga sesatlah dan menyesatkan.

Berpeganglah guru-guru yang shalih, yang mulia, berilmu dan mempunyai sanad keguruan yang bersambung kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Saudara saudariku yang kumuliakan
Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari di dalam kitabnya Adab Al Mufrad, dan juga Al Imam Baihaqi, dan Al Imam Thabrani dan lainnya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ ؟ قَالُوْا : بَلَى . قَالَ : اَلَّذِيْنَ إِذَا رُؤُوْا ذُكِرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Maukah kalian saya beritahu orang yang terbaik di antara kalian?” mereka menjawab: “mau wahai Rasulullah” beliau bersabda: “ yaitu orang-orang yang bila kalian melihatnya, mereka itu selalu berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Mereka adalah para ulama’ dan shalihin, para ahlussujud, para ahlu dzikr, jika engkau melihat wajahnya maka akan bergetar jiwamu karena ingat kepada Allah subhanahu wata’ala, hal ini telah disampaikan oleh rasulullah 14 abad yang silam. Tadi kita telah mendengar sanad keguruan kita sekaligus juga untuk mengingatkan bahwa hari Minggu, 26 Desember 2010 Haul Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakr bin Salim maula ‘Inat di komplek Hankam Cidodol Kebayoran Lama. Beliau adalah seorang hujjatul islam dan seorang yang sangat luhur derajatnya di sisi Allah subhanahu wata’ala, dengan ilmu yang sedemikian luasnya sehingga sering menjadi rujukan bagi para ulama’ di masanya, beliau adalah sosok yang sangat tawadhu’, disebutkan dalam salah satu riwayat dan telah kita dengar sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

اتّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإنّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ

“ Takutilah firasat seorang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya dari Allah ”

Suatu hari Al Imam Fakhrul wujud kedatangan tamu seorang wanita yang telah membuatkan makanan semalam penuh khusus untuk Al Imam, dan ketika wanita itu sampai di depan pintu rumah Al Imam, maka penjaga pintu berkata : “Ibu mau kemana?”, ibu itu menjawab : “aku mau menghadiahkan semangkuk bubur ini untuk sang imam”, maka penjaga itu berkata : “wahai ibu, lebih baik makanan ini dishadaqahkan saja kepada fuqara’ karena setiap harinya di dapur al imam selalu dipenuhi dengan sembelihan kambing dan puluhan kilo beras dimasak setiap harinya”,
maka ibu itu merasa kecewa namun menyadari apa yang telah dikatakan oleh penjaga itu, karena pastilah semangkuk bubur itu tidaklah ada artinya bagi al imam fakhrul wujud, kemudian ia pun pergi.

Maka muncullah firasat pada Al Imam fakhrul wujud, dan disaat itu beliau duduk bersama tamu-tamunya kemudian keluar berlari untuk mengejar tamunya, padahal belum pernah Al Imam Fakhrul wujud berlari, seraya memanggil : “wahai ibu, wahai ibu, apa yang engkau bawa?” penjaga pintu itu kaget dan terheran karena baru pertama kali melihat al imam berlari. Maka ibu itu berkata :
“wahai Al Imam aku hanya membawa semangkuk bubur ini yang kubuat semalaman hanya untuk imam, namun penjagamu mengatakan bahwa semangkuk bubur ini tidak berarti karena di dapur sang imam telah dipenuhi banyak makanan maka lebih baik bubur ini kusedekahkan kepada fakir miskin saja”, maka Al Imam fakhrul wujud berkata : “belum pernah ada hadiah yang lebih membuatku gembira selain hadiah darimu ini, jazakillah khairal jazaa”,
kemudian al imam menerima makanan itu dengan gembira lalu beliau memberi ibu itu 1000 dinar. Kemudian Al Imam kembali kepada penjaganya dan berkata:
“tahukah engkau bahwa ibu itu telah susah payah membuatkan makanan untukku walaupun sedikit??, maka seperti itulah keadaanku di hadapan Allah subhanahu wata’ala, yang mana aku telah beribadah semampuku namun tidak ada artinya di hadapan Allah, dan jika engkau usir ibu itu barangkali aku pun bisa terusir dari rahmat Allah subhanahu wata’ala”.
Demikian ketawadhuan (rendah hati dan kesopanan adab) Al Imam Fakhru wujud Syaikh Abu Bakr bin Salim. Beliau mempunyai murid yaitu putranya Al Imam Husain bin Abi Bakr bin Salim, dan anaknya mempunyai murid yaitu Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Atthas Shahib Ar Rathib, dan beliau mempunyai murid yaitu Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad Qutbul irsyad Shahib Ar Ratib dan beliau mempunyai murid yaitu Al Imam Ahmad bin Zain Al Habsyi shahib Al Hauthah. Al Imam Al Haddad berkata tentang Al Imam Ahmad bin Zain :
“salah satu muridku yang telah mencapai pada kedalaman ilmu syariah seperti Al Imam Syafi’i adalah Ahmad bin Zain Al Habsyi”,
karena begitu luasnya ilmu syariat para imam kita terdahulu.

Demikian keadaan murid Al Imam Al Haddad, maka terlebih lagi beliau dan terlebih lagi gurunya Al Imam Atthas hingga sampai kepada Al Imam Fakhrul wujud Syaikh Abu Bakr bin Salim, yang akan kita peringati haulnya pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2010 jam 08.00 WIB di komplek Hankam Cidodol Kebayoran Lama bersama guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sungguh para imam terdahulu bukanlah seperti yang telah dikatakan oleh sebagian orang yang menganggap bahwa mereka bisanya hanya sekedar ziarah, shalawatan, atau hal-hal yang syirik yang mereka perbuat, padahal sungguh mereka adalah para imam besar dan kita tidak ada yang menyaingi mereka. Dan salah satu murid Al Imam Ahmad bin Zen Al Habsyi adalah Al Imam Abdullah bin Abdurrahman Balfaqih ‘Allamatuddunya, beliau digelari ‘Allamatuaddunya, karena disaat itu tidak ada seorangpun yang melebihi keilmuannya, beliau berkata saat mendekati ajalnya :
“aku mempunyai 8 cabang ilmu yang belum sempat aku ajarkan dan 8 cabang ilmu itu hilang karena aku orang terakhir yang mengetahuinya saat ini”,
mengapa demikian? karena belum ada diantara murid-muridnya yang mencapai derajat untuk bisa mempelajari 8 cabang keilmuan itu.

Salah satu kejadian ketika musim Haji di Makkah Al Mukarramah dan disaat itu tidak seperti sekarang dimana kesemuanya menjadi hal yang syirik dan bid’ah di makkah. Di zaman itu Makkah Al Mukarramah penuh dengan ulama’, para mufti dan hujjatul islam. Maka disaat ada sebuah pertanyaan yang tidak terjawab dan tidak ada yang bisa menjawab, disaat itu ada Al Imam Abdullah bin Abdurrahman Balfaqih, karena disaat itu semua memakai pakaian ihram maka tidak ketahuan kalau beliau adalah Al Imam Abdullah, maka Al Imam berkata kepada orang awam yang berada di sebelahnya untuk menjawab pertanyaan tadi setelah memberitau jawabannya kepada orang itu, maka orang awam itu berdiri dan berkata : “jawabanya adalah begini dan begini….” Maka guru mufti Makkah dan para imam besar melihatnya dan berkata : “engkau siapa dan datang dari mana?”,
maka orang itu menjawab : “saya hanya orang biasa bukan seorang ulama”, mufti itu berkata :
“mustahil kamu mengetahui jawabannya, karena tidak ada yang tau jawaban dari pertanyaan ini kecuali ‘Allamah Addunya Al Imam Abdullah bin Abdurrahman Balfaqih, apakah engkau murid beliau atau kenal dengan beliau?”, orang awam menjawab : “tidak, aku bukan muridnya dan tidak pula kenal dengannya”, mufti Makkah kembali bertanya : “terus kamu tau dari mana jawaban itu?”, ia menjawab : “dari orang yang disebelahku ini” dan ternyata beliau adalah Al Imam Abdullah bin Abdurrahman Balfaqih.

Mufti Makkah berseru : “Allahu Akbar...!, Wahai Al Imam majulah kedepan jangan duduk di belakang”, lantas beliau kedepan dan mufti Makkah berkata : “Mohon ajarkan kami ilmu tafsir”,
maka Al Imam berkata : “mengajarkan kalian ilmu tafsir?! berapa lama aku harus disini, sedangkan aku hanya akan duduk beberapa hari saja disini untuk haji?!”, maka mufti Makkah menjawab :
“sebisanya saja wahai Al Imam”, lantas Al Imam bertanya : “Aku mulai dari tafsir awal surat atau bagaimana?”, mufti Makkah menjawab : “dari awal surat wahai Al Imam”, maka Al Imam duduk dan mulai mensyarahkan huruf “baa” dari ayat pertama di surat Al Fatihah بسم الله الرحمن الرحيم syarah huruf “baa” belum selesai syarah penjelasannya hingga belasan kali majelis hingga berakhir masa haji dan beliau pulang ke Hadramaut penjelasan huruf “Baa” dari huruf pertama di alqur’an itu belum selesai, demikian keluasan ilmu ulama’ terdahulu.

Dan di dalam ma’rifah dan haqiqah pun mereka adalah lautan dan samudera makrifatullah subhanahu wata’ala, warisan dari sayyidatuna Fathimah Az Zahra’ Ra belahan jiwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga dari Pintu ilmu sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, begitu juga khulafa’urrasyidin, kaum muhajirin dan anshar, rahasia keluhuran itu terwariskan dari zaman ke zaman dan walaupun kita sangat jauh dari masa mereka namun rantai keguruan masih terurai ke hadapan kita untuk menyambung sanad keguruan kita kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kita berpegang kepada guru kita yang mempunyai sanad kepada guru-gurunya hingga kita sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula Al Imam Al Bukhari yang tadi telah kita baca hadits shahihnya, dimana beliau adalah seorang yang ahli khusyu’ yang ketika berumur 10 tahun beliau telah hafal Al qur’an, dan ketika berusia 12 tahun beliau telah hafal 200.000 hadits shahih, dan ketika berumur 20 tahun beliau telah hafal 600.000 hadits, dan beliau terus berusaha mendalami ilmunya. Diriwayatkan dalam kita Siyar a’laamu nubala dan Tadzkiratul huffadh, bahwa ketika Al Imam Bukhari datang kepada Al Imam Muhammad bin Salam seorang Hujjatul islam dan muhaddits, maka Al Imam Muhammad bin Salam berkata :
“jika si bocah ini berada disini maka aku terbata-bata dalam membaca hadits dan sanadnya karena dia adalah ahli hadits lebih dari aku”
dan ketika Al Imam Al Bukhari pergi berkatalah Al Imam Muhammad bin Salam :
“maukah kalian tahu seorang anak yang hafal lebih dari 70.000 matan hadits beserta sanadnya?, dialah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Bardizbah Al Bukhari”,
maka ia pun dikejar oleh tamunya dan bertanya : “wahai bocah, betulkah kamu hafal 70.000 hadits beserta sanadnya?”, Al Imam Bukhari menjawab :
“iya betul, bahkan lebih dari itu, engkau bisa tanya matan haditsnya dan perawinya maka akan kusebutkan pula tanggal, bulan, dan tahun lahirnya dan wafatnya, dimana tempat tinggalnya beserta guru-gurunya, sejarah hidupnya, maka akan aku sebutkan semuanya satu persatu periwayat demi periwayat dengan secara terperinci hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”,
beliau telah hafal lebih dari 70.000 hadits saat masih bocah, demikianlah Al Imam Bukhari Ar (Ar= Alaihi Rahmatullah/semoga baginya limpahan Rahmat Allah swt).

Oleh sebab itu para muhadditsin lainnya telah menganggap Al Imam Al Bukhari sebagai sayyid al muhadditsin (Raja para ahli hadits), dan beliau adalah orang yang sangat cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sangat bersih dari segala maksiat, beliau tidak mau menyakiti perasaan orang lain dan tidak pula mau menertawakan kebodohan orang lain.

Suatu hari saat beliau membacakan hadits beserta sanadnya, maka ada satu orang yang sangat takjub dengan beliau karena hebatnya dalam menyampaikan hadits beserta sanadnya, maka beliau tertawa dalam hatinya (bukan tertawa secara dhohir, tapi hanya dalam hati) melihat ketakjuban orang itu terhadap beliau.

Setelah selesai ceramah Al Imam mencari orang tersebut dan barulah ketemu keesokan harinya kemudian beliau meminta maaf dan memohon ridha karena beliau telah menertawakannya dalam hati.

Beliau jenius, ketika membaca atau mendengar sekali saja maka beliau akan langsung hafal. Suatu ketika beliau diuji disuatu wilayah, berkumpullah para muhadditsin , maka 100 hadits disebutkan dengan sanad yang diacak-acak atau dibolak balik sehingga menjadi kacau, maka ketika Al Imam Al Bukhari disebutkan sebuah hadits kemudian beliau ditanya : “taukah engkau hadits itu?”, maka Al Imam bekata : “tidak, aku tidak mengetahui sanadnya”, kemudian disebutkan lagi hadits yang kedua dengan perawi yang diacak-acak pula, lalu ditanyakan kepada Al Imam :
“taukah engkau hadits ini?”, beliau menjawab : “tidak, aku tidak tau”, sampai pada hadits yang ke 100 beliau tetap mengatakan tidak tahu, maka beliau pun ditertawakan.

Kemudian Al Imam Al Bukhari berdiri dan berkata : “maaf, hadits tadi yang telah engkau sebutkan semua sanadnya salah, yang benar adalah sanadnya dari fulan dari fulan ( kemudian Al Imam Al Bukhari menyebutkan semua perawinya hingga sampai kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)”, begitu seterusnya hingga hadits yang ke 100.

Ia hafal riwayat sanad hadits yg diacak acak itu walau hanya sekali mendengarnya, lalu mengulanginya, dan lalu menyampaikan yg benar, Maka orang-orang pun mengakuinya bahwa dia adalah Raja ahli hadits.

Beliau sangat mencintai rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga beliau menulis 70.000 lebih hadits shahih Al Bukhari yang ia hafal di raudhatussyarif yaitu tempat diantara makam dan mimbar rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk bertabarruk dengan dekatnya beliau dengan makam sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah beliau wafat, disuatu wilayah terjadi panas yang terus menerus dan tidak turun hujan, maka para muridnya dan para imam yang lainnya berdatangan ke makam Al Imam Al Bukhari kemudian berdoa di makam beliau dan bertawassul kepada beliau maka turunlah hujan yang sangat deras selama 7 hari 7 malam karena keberkahan cinta Allah kepada Al Imam Al Bukhari walaupun beliau telah wafat jasadnya namun ruhnya tetap hidup, sebagaimana para syuhada’ telah difirmankan oleh Allah dalam Al qur’an :

وَلاَ تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبيْلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَ لَكِنْ لاَّ تَشْعُرُوْنَ

( البقرة : 154 )

“Dan janganlah kamu katakan ter­hadap orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka mati. Bahkan mereka hidup, akan tetapi kalian tidak merasakan.” ( QS. Al Baqarah : 154 )

Jika demikian rahasia keluhuran para syuhada’ maka terlebih lagi mereka para shalihin. Dimana Allah subhanahu wata’ala telah berfirman :

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

(المائدة : 155)

“Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” ( QS. AL Maidah : 155 )

Maksudnya bukan berarti ada tuhan kedua, ketiga, namun rahasia kekuatan dan kemenangan Allah wariskan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian rasulullah mewariskan kepada para shalihin dan para ulama’. Sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

أُعْطِيْتُ مَفَاتِيْحَ اْلكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَبْيَنمَا أَناَ نَائِمٌ اَلْباَرِحَةَ إِذْ أُتِيْتُ بِمَفَاتِيْحِ خَزَائِنِ اْلأَرْضِ حَتَّى وُضِعَتْ فِيْ يَدِيْ، قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ فَذَهَبَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَأَنْتُمْ تَنْتَثِلُوْنَهَا.

"Aku telah diberi kunci-kunci pembuka semua kalimat (Al Qur'an) dan aku diberi pertolongan dengan gentarnya musuh, dan ketika aku tidur semalam, aku diberi seluruh kunci-kunci perbendaharaan bumi hingga ditaruhkan ditanganku". Berkata Abu Hurairah ra: "Setelah Rasulullah saw wafat maka kalian yang mendapatkannya dan memunculkannya".

Dan setelah rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, maka ummatnya lah yang mewarisinya, itulah rahasia kesuksesan dunia dan akhirah.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Saya tidak berpanjang lebar kita mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kunjungan fadhilah As sheikh Hisham Kabbani dan As Shaikh Jibril semoga dipanjangkan usia beliau dalam rahmat dan keluhuran. Semoga para ulama’ dan para shalihin dijaga oleh Allah subhanahu wata’ala, karena jika tidak ada lagi para ulama’ dan shalihin maka bencana-bencana akan semakin bertambah, namun jika gemuruh dzikir masih dikumandangkan di muka bumi maka musibah akan semakin dijauhkan. Sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالُ فيِ الْأَرْضِ‏:‏ ‏‏الله، الله

“Tidak akan terjadi kiamat itu kecuali bila sudah tidak ada penduduk bumi yang mengucapkan kalimat Allah – Allah”

Dan dalam riwayat lain rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ يَقُوْلُ : الله الله

“Tidak akan terjadi kiamat bila masih ada orang yang menyebut : Allah, Allah.”

Kita berdoa demi suksesnya acara kita malam Selasa yang akan datang, dzikir akbar bersama guru mulia kita Al Arif billah Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan juga dzikir akbar bersama beliau malam tahun baru di Gelora Bung Karno semoga sukses. Sungguh kita sangat miris dengan kejadian ummat muslimin yang larut, sehingga ada diantara mereka yang datang mulai waktu Subuh untuk sekedar menonton sepak bola dengan membayar 100.000 atau 150.000 dan tak sedikit dari mereka yang hingga meninggalkan shalat Dzuhur, Asar, atau Maghrib bahkan ia membayar pula untuk hal itu demi melihat benda bulat yang ditendang dan dikejar lagi, padahal orang yang beriman ia akan rela mati daripada harus meninggalkan waktu shalat dimana itu adalah panggilan Allah subhanahu wata’ala. Musibah di muka bumi ini tidak akan pernah sirna hingga majelis-majelis dzikir, majelis shalawat makmur di muka bumi ini, sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ الْمَالُ فَيَفِيضَ

“Tiada akan datang hari kiamat hingga tercabutnya ilmu, dan terjadi banyak gempa, dan waktu terasa bergulir cepat, dan munculnya banyak fitnah, dan banyaknya perkelahian dan pembunuhan, hingga berlimpah pada kalian harta, maka harta ditumpahkan seluas-luasnya”

Tidak akan terjadi hari kiamat hingga semakin banyaknya kemungkaran, pembunuhan, banyak orang yang mengaku nabi, semakin cepatnya perputaran waktu, semakin banyak terjadi gempa bumi dan fitnah, yang kemudian akan muncul kemakmuran yang menyeluruh, maka para sahabat bertanya:
“bagaiamana keadaan ummat di saat itu?”, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “ satu kali sujud bagi mereka lebih mereka cintai daripada dunia dan isinya”.
Maka jika telah muncul tanda-tanda orang menyukai sujud berarti kemakmuran akan segera terbit di muka bumi. Semoga Allah subhanahu wata’ala munculkan rahasia sujud kepada ummat muslimin dan diwafatkan dalam keadaan Husnul khatimah, hidup dalam cahaya keluhuran, hidup dalam cahaya kebahagiaan, hidup dalam cahaya dzikir, cahaya ilmu dan cahaya khusyu’, dengan cahaya ketenangan dan kedamaian, dan cahaya kebagiaan dunia dan akhirah, semua ini mustahil kecuali hanya dari-Mu wahai Allah.

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.

Selanjutnya kita dengarkan qasidah yang mengingatkan kita pada kemuliaan sayyidatuna Fathimah Az Zahra Ra, qasidah ini ditulis oleh guru mulia kita Al ‘Arif billah Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, yatafaddhal..

No comments:

Post a Comment