Friday, April 23, 2010

Rumi Poem : I'm also this I'm also that

Ini adalah salah satu puisi Rumi favorit saya . Maolana adalah seorang yang terbaik dalam menyampaikan puisi ini yang sangat pribadi dan tulus. Membaca puisi ini, satu hal yang jelas bisa merasakan kesedihan mendalam Rumi, frustrasi, dan rasa sakit yang pernah tumbuh dalam kerinduan. Puisi diterjemahkan kedalam bahasa ingris dikarenakan sangat sulit untuk bisa mensarikan dengan bahasa indonesia yang dapat mengungkapkan semua makna dari puisi ini.
--------------------------------------------------------------
The old is I
The young is I
The arrow is I
The bow is I
The eternal wealth is I
I'm neither me
Nor me is I.

In my lawn
The Cypress is He
In my body
The Soul is He
In my mouth
The Speech is He
I'm neither me
Nor me is I.

I'm stupefied
By this incident:
I'm also conscious
And unconscious
I'm also the silent speaker
And the hushed wailing
Of the silent ones.

Compared to that Color
I'm so colorless
To that Lock of Hair
I'm so clinging
To that Candle
I'm the moth
O LORD
I'm so distressed.

I'm also the wine-bearer
And the drunkard
I'm also the bad luck
And the good luck
I'm also the pain
And the remedy
I'm also the blood
And the lion
I'm also the infant
And the old
I'm also the servant
And the master.

I'm also this
I'm also that

I'm also this
I'm also that

I'm also this
I'm also that

O LORD
I'm so distressed

Sumber: Sologak1

Sayyidina Ja'far ash-Shadiq AS

Pewaris Spiritual Pertama dari Rasulullah SAW

Dari segi historis, Tarekat Naqsybandi dapat ditelusuri kembali kepada Khalifah pertama, Abu Bakar ash-Shiddiq RA, yang menggantikan Rasulullah SAW dalam hal pengetahuannya dan dalam hal membimbing umat Muslim. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an, “Dialah orang kedua dari dua orang yang berada di dalam gua, dan ia berkata kepada temannya, janganlah bersedih hati, karena Allah SWT beserta kita” [9:40]. Tentang beliau, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Seandainya Aku akan memilih seorang teman yang kucintai, maka Aku akan memilih Abu Bakar RA sebagai temanku tercinta, namun beliau adalah saudara dan sahabatku.”

Yang membedakan Tarekat Naqsybandi dengan jalan Sufi yang lain adalah kenyataan bahwa ia memakai dasar-dasar serta prinsip-prinsip dari ajaran-ajaran dan contoh dari enam bintang cemerlang dalam khazanah Rasulullah SAW. Keenam sosok itu adalah: Abu Bakar ash-Shiddiq RA, Salman al-Farisi RA, Ja’far ash-Shadiq AS, Bayazid Tayfur al-Bistami QS, ‘Abdul Khaliq al-Ghujdawani QS, dan Muhammad Baha’uddin Uwaysi al-Bukhari QS, yang dikenal sebagai Syah Naqsyband QS—Imam dari tarekat ini.

Di balik kata “Naqsyband” terdapat dua gagasan: naqsy yang berarti ‘mengukir’ dan mengandung pengertian mengukir Nama Allah SWT di dalam hati, dan band yang yang mengandung pengertian ‘ikatan’ dan mengindikasikan ikatan antara individu dengan Penciptanya. Ini berarti bahwa para pengikut Naqsybandi harus mempraktikan salat dan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dan harus selalu menjaga kehadiran dan cinta Allah SWT agar senantiasa hidup dalam hatinya melalui pengalaman pribadi dari ikatan antara dirinya dengan Tuhannya.

Di samping Abu Bakar ash-Shiddiq RA, siapakah gerangan bintang-bintang dalam khazanah Rasulullah SAW ini? Salah satunya adalah Salman al-Farisi RA. Beliau berasal dari Isfahan, Persia dan beliaulah yang menyarankan kaum Muslimin untuk menggali parit dalam peperangan Ahzab. Setelah Kaum Muslimin merebut al-Mada’in, ibu kota Persia, beliau diangkat menjadi Pangeran dan gubernur kota tersebut hingga akhir hayatnya.

Bintang lainnya adalah Ja’far ash-Shadiq AS. Seorang keturunan Rasulullah SAW dari pihak ayahnya, dan Abu Bakar RA dari pihak ibunya, beliau menolak semua kedudukan terhormat sebagai penghormatan kembali dan praktik serta pelajaran spiritual. Beliau disebut sebagai “Pewaris dari Maqam an-Nubuwwa dan pewaris Maqam ash-Shiddiqiya.”

Kemunculan tertua istilah Safa yang tercatat adalah mengacu kepada muridnya, Jabir bin Ayyan RA, pada pertengahan abad kedua Hijriah. Beliau adalah seorang mufassir al-Qur’an atau ahli penerjemah, seorang ahli hadis, dan merupakan salah seorang mujtahid yang handal di kota Madinah. Tafsirnya sebagian diabadikan dalam Haqa’iq at-Tafsir Sulami. Layts bin Sa’d RA, salah seorang penutur riwayat Sunnah Rasulullah SAW yang terpercaya, menyaksikan kekuatan mukjizat Ja’far AS di mana beliau mampu meminta apa saja, dan Allah SWT akan mengabulkannya seketika.

Bintang lainnya adalah Bayazid Tayfur al-Bistami QS yang kakeknya seorang Zoroastrian. Bayazid QS membuat suatu studi yang rinci tentang hukum-hukum Islam (syari’at) yang telah dibukukan dan melaksanakan suatu praktik latihan yang ketat tentang penyangkalan diri sendiri. Beliau dikenal rajin sepanjang usianya dalam hal mengerjakan kewajiban-kewajiban keagamaannya. Beliau mengharuskan murid-muridnya untuk bertawakal dan menyuruh mereka untuk menerima dengan ikhlas konsep murni tauhid, ilmu tentang Keesaan Allah SWT. Konsep ini, menurut beliau, meletakkan lima kewajiban pada keikhlasan untuk:

Menjalankan kewajiban sesuai al-Qur’an dan Sunnah.
Selalu berkata benar.
Menjaga hati dari kebencian.
Menghindari makanan haram.
Menjauhi bid’ah.

Menurut Bayazid QS, tujuan akhir dari para pengikut Sufi adalah untuk mengenal Allah SWT di dunia ini, untuk meraih Hadirat-Nya, dan bertemu dengan-Nya di Hari Kemudian. Terhadap pengaruh itu, beliau menambahkan, “Ada hamba-hamba Allah SWT yang khusus, yang bila Allah SWT menghalangi mereka dari Pandangannya di Surga, maka mereka akan memohon kepada-Nya untuk mengeluarkan mereka dari Surga sebagaimana penduduk Neraka akan mengiba memohon dikeluarkan dari Neraka.”

Satu bintang lagi dalam khazanah Rasulullah SAW adalah ‘Abdul Khaliq al-Ghujdawani QS, yang lahir di kampung Ghujdawani, di dekat Bukhara, Uzbekistan sekarang. Beliau dibesarkan dan dimakamkan di sana. Beliau mempelajari al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman baik ilmu lahir maupun batin hingga beliau mencapai suatu maqam kesucian yang amat tinggi. Kemudian beliau pergi ke Damaskus di mana Beliau mendirikan sekolah yang melahirkan banyak lulusan yang lalu menjadi ahli ilmu fiqih dan hadis di samping juga ahli dalam hal spiritualitas di masanya, baik di wilayah Asia Tengah maupun di Timur Tengah.

‘Abdul Khaliq QS melanjutkan pekerjaan para pendahulunya dengan membentuk zikir yang diwariskan dari Rasulullah SAW berdasarkan Sunnah. Dalam tulisan-tulisannya, beliau juga merumuskan adab yang diharapkan dapat diikuti oleh murid-murid Naqsybandiyya

Sumber : Haqqaniindonesia.blogspot.com





Thursday, April 15, 2010

Kisah Ruh Syeikh Abdul Qadir Al Jilani dan Buroq


Berikut adalah Manaqib dari Rajanya para Aulia ( Qutbul Aqtob ) Syeikh Abdul Qodir Jaelani diterjemahkan dari kitab " Al-Lujaini Ad-Daani " yang di susun oleh Syeikh Al-Karim Ja'far bin hasan bin abdul karim Al-Barzanji R.A, Mudah-mudahan anda pembaca dan saya mendapatkan Barokah serta Karomahnya amin ya robbal 'alamin

Di riwayatkan oleh Syeikh Rasyid bin Muhammad Al-junaidi dalam kitab Raudhoh An-Nadzir, Pada malam Rosululloh S.A.W Mi'raj, Malaikat Jibril A.S datang menghadap rosululloh S.A.W sambil membawa binatang Buraq, telapak kaki Buraq tsb mengeluarkan cahaya seperti cahaya rembulan,

Buraq tsb di berikan kepada nabi Muhammad S.A.W oleh Malaikat Jibril A.S, Seketika juga Buraq tsb tidak mau diam karena sangat senang yang luar biasa sehingga Nabi bersabda : "Wahai Buraq kenapa engkau tidak mau diam ?, Apa karena engkau tidak mau aku tunggangi ? ", Buraq menjawab : " Wahai Rosululloh S.A.W bukan aku tidak mau Baginda tunggangi, Tetapi aku mempunyai permintaan kepada Baginda wahai kekasih Alloh, Permintaanku adalah nanti di hari Qiamat ketika baginda masuk kedalam Surga agar tidak menunggangi yang lain kecuali aku ", Rosululloh bersabda : " Wahai Buraq permintaanmu aku kabulkan ", Buraq pun berkata lagi : " Wahai baginda sudikah kiranya baginda memegang pundak ku agar menjadi ciri di hari qiamah ? ", Kemudian Rasululloh S.AW memegangkan kedua tangannya pada pundak Buraq tsb, Karena Buraq saking gembiranya yang sangat luar biasa, Sehingga badannya tidak muat lagi untuk ditempati Ruhnya, Terpaksa Buraq tsb membesar dan tinggi sampai 40 Hasta,Setelah itu Rasululloh S.A.W berdiri sebentar sambil melihat betapa tingginya Buraq tsb dan berpikir bagaimana caranya untuk naik ke punggungnya sedangkan pada saat itu tidak ada satupun tangga untuk naik, Pada saat itu juga datang ruh nya Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani seraya berkata : " Silahkan Baginda naik ke Pundak saya", Kemudian Rosululloh S.A.W Naik kepundaknya ruh Ghautsul 'Adzom Syeikh abdul Qodir Jaelani, Kemudian Syeikh abdul qodir berdiri sehingga Rosululloh S.A.W dapat naik ke pundaknya Buraq kemudian nabi bersabda : " Dua telapak kakiku menaiki pundakmu wahai Abdul Qodir, Maka telapak kakimu nanti yang akan menaiki pundak semua para wali -wali Alloh ".

Sumber : Ghaib99.blogspot.com

Wednesday, April 14, 2010

Tragedi Mbah periok : Mengenal Habib Hasan Al Haddad

Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad( Pelabuhan Petikemas - Tanjung Priok)Allah berfirman; ...barangsiapa memusuhi kekasihku maka aku nyatakan perang kepadanya..
ini adalah sebuah pernyataan keras dari Allah untuk tidak mengganggu dan menyakiti para kekasihnya, para wali2nya yang tersebar diseluruh bumi Allah ini.. tidak akan ada yang bisa memindahkan makam para wali Allah tanpa seizin Allah dan seizin sohibul makamnya.. ini adalah sebuat hikmah dan peringatan kepada umat untuk tidak berani menghancurkan makam2 para wali2 Allah.. semoga Allah mengampuni dan memaafkan semua dosa dan kesalahan dari manusia2 ini.. sesungguhnya kebanyakan dari mereka juga tidak mengetahui ataupun terjebak dengan pekerjaanya.

Berikut sekilas manakib dari Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad

Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad lahir di di Ulu, Palembang, Sumatera selatan, pada tahun 1291 H / 1870 M. Semasa kecil beliau mengaji kepada kakek dan ayahnya di Palembang. Saat remaja, beliau mengembara selama babarapa tahun ke Hadramaut, Yaman, untuk belajar agama, sekaligus menelusuri jejak leluhurnya, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, Shohib Ratib Haddad, yang hingga kini masih dibaca sebagian besar kaum muslimin Indonesia. Beliau menetap beberapa tahun lamanya, setelah itu kembali ke tempat kelahirannya, di Ulu, Palembang

Ketika petani Banten, dibantu para Ulama, memberontak kepada kompeni Belanda (tahun 1880), banyak ulama melarikan diri ke Palembang; dan disana mereka mendapat perlindungan dari Habib Hasan. Tentu saja pemerintah kolonial tidak senang. Dan sejak itu, beliau selalu diincar oleh mata-mata Belanda.
Pada tahun 1899, ketika usianya 29 tahun, beliau berkunjung ke Jawa, ditemani saudaranya, Habib Ali Al-Haddad, dan tiga orang pembantunya, untuk berziarah ke makam Habib Husein Al Aydrus di Luar Batang, Jakarta Utara, Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Sunan Ampel di Surabaya. Dalam perjalanan menggunakan perahu layar itu, beliau banyak menghadapi gangguan dan rintangan. Mata-mata kompeni Belanda selalu saja mengincarnya. Sebelum sampai di Batavia, perahunya di bombardier oleh Belanda. Tapi Alhamdulillah, seluruh rombongan hingga dapat melanjutkan perjalanan sampai di Batavia.
Dalam perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua bulan itu, mereka sempat singgah di beberapa tempat. Hingga pada sebuah perjalanan, perahu mereka dihantam badai. Perahu terguncang, semua perbekalan tumpah ke laut. Untunglah masih tersisa sebagian peralatan dapur, antara lain periuk, dan beberapa liter beras. Untuk menanak nasi, mereka menggunakan beberapa potong kayu kapal sebagai bahan bakar. Beberapa hari kemudian, mereka kembali dihantam badai. Kali ini lebih besar. Perahu pecah, bahkan tenggelam, hingga tiga orang pengikutnya meninggal dunia. Dengan susah payah kedua Habib itu menyelamatkan diri dengan mengapung menggunakan beberapa batang kayu sisa perahu. Karena tidak makan selama 10 hari, akhirnya Habib Hasan jatuh sakit, dan selang beberapa lama kemudian beliaupun wafat.
Sementara Habib Ali Al-Haddad masih lemah, duduk di perahu bersama jenazah Habib Hasan, perahu terdorong oleh ombak-ombak kecil dan ikan lumba-lumba, sehingga terdampar di pantai utara Batavia. Para nelayan yang menemukannya segera menolong dan memakamkan jenazah Habib Hasan. Kayu dayung yang sudah patah digunakan sebagai nisan dibagian kepala; sementara di bagian kaki ditancapkan nisan dari sebatang kayu sebesar kaki anak-anak. Sementara periuk nasinya ditaruh disisi makam. Sebagai pertanda, di atas makamnya ditanam bunga tanjung. Masyarakat disekitar daerah itu melihat kuburan yang ada periuknya itu di malam hari selalu bercahaya. Lama-kelamaan masyarakat menamakan daerah tersebut Tanjung periuk. Sesuai yang mereka lihat di makam Habib Hasan, yairtu bunga tanjung dan periuk.
Konon, periuk tersebut lama-lama bergeser dan akhirnya sampai ke laut.
Banyak orang yang bercerita bahwa, tiga atau empat tahun sekali, periuk tersebut di laut dengan ukuran kurang lebih sebesar rumah. Diantara orang yang menyaksikan kejadian itu adalah anggota TNI Angkatan Laut, sersan mayor Ismail. Tatkala bertugas di tengah malam, ia melihat langsung periuk tersebut.
Karena kejadian itulah, banyak orang menyebut daerah itu : Tanjung Periuk.
Sebenarnya tempat makam yang sekarang adalah makam pindahan dari makam asli. Awalnya ketika Belanda akan menggusur makam Habib Hasan, mereka tidak mampu, karena kuli-kuli yang diperintahkan untuk menggali menghilang secara misterius. Setiap malam mereka melihat orang berjubah putih yang sedang berdzikir dengan kemilau cahaya nan gemilang selalu duduk dekat nisan periuk itu. Akhirnya adik Habib Hasan, yaitu Habib Zein bin Muhammad Al-Haddad, dipanggil dari Palembang khusus untuk memimpin doa agar jasad Habib Hasan mudah dipindahkan. Berkat izin Allah swt, jenazah Habib Hasan yang masih utuh, kain kafannya juga utuh tanpa ada kerusakan sedikitpun, dipindahkan ke makam sekarang di kawasan Dobo, tidak jauh dari seksi satu sekarang.


Salah satu karomah Habib Hasan adalah suatu saat pernah orang mengancam Habib Hasan dengan singa, beliau lalu membalasnya dengan mengirim katak. Katak ini dengan cerdik lalu menaiki kepala singa dan mengencingi matanya. Singa kelabakan dan akhirnya lari terbirit-birit.

Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A kurang lebih 23 tahun dimakamkan, pemerintah belanda pada saat itu bermaksud membangun pelabuhan di daerah itu. Pada saat pembangunan berlangsung banyak sekali kejadian yang menimpa ratusan pekerja (kuli) dan opsir belanda sampai meninggal dunia. Pemerintah belanda menjadi bingung dan heran atas kejadian tersebut dan akhirnya menghentikan pembangunan yang sedang dilaksanakan.
Rupanya pemerintah belanda masih ingin melanjutkan pembangunan pelabuhan tersebut dengan cara pengekeran dari seberang (sekarang dok namanya), alangkah terkejutnya mereka saat itu ketika melihat ada orang berjubah putih sedang duduk dan memegang tasbih di atas maqam. Maka dipanggil beberapa orang mandor untuk membicarakan peristiwa tersebut. Setelah berembuk diputuskan mencari orang yang berilmu yang dapat berkomunikasi dengan orang yang berjubah putih yang bukan lain adalah Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A. setelah berhasil bertemu orang berilmu yang dimaksud (seorang kyai) untuk melakukan khatwal, alhasil diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.Apabila daerah (tanah) ini dijadikan pelabuhan oleh pemerintah belanda tolong sebelumnya pindahkanlah saya terlebih dulu dari tempat ini.
2.Untuk memindahkan saya, tolong hendaknya hubungi terlebih dulu adik saya yang bernama Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A yang bertempat tinggal di Ulu Palembang, Sumatera Selatan.
Akhirnya pemerintah belanda menyetujui permintaan Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A (dalam khatwalnya) kemudian dengan menggunakan kapal laut mengirim utusannya termasuk orang yang berilmu tadi untuk mencari Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A yang bertempat tinggal di Ulu, Palembang.

Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A sangat mudah ditemukan di Palembang, sehingga dibawalah langsung ke Pulau Jawa untuk membuktikan kebenarannya. Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A dalam khatwalnya membenarkan “Ini adalah maqam saudaraku Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A yang sudah lama tidak ada kabarnya.”
Selama kurang lebih 15 hari lamanya Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A menetap untuk melihat suasana dan akhirnya Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A dipindahkan di jalan Dobo yang masih terbuka dan luas. Dalam proses pemindahan jasad Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A masih dalam keadaan utuh disertai aroma yang sangat wangi, sifatnya masih melekat dan kelopak matanya bergetar seperti orang hidup.
Setelah itu Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A meminta kepada pemerintah belanda agar maqam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad R.A itu dipagar dengan kawat yang rapih dan baik serta diurus oleh beberapa orang pekerja. Pemerintah belanda pun memenuhi permintaan Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A.

Setelah permintaan dipenuhi Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A meminta waktu 2 sampai 3 bulan lamanya untuk menjemput keluarga beliau yang berada di Ulu, Palembang. Untuk kelancaran penjemputan itu, pemerintah belanda memberikan fasilitas. Dalam kurun waktu yang dijanjikan Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A kembali ke Pulau Jawa dengan membawa serta keluarga beliau.
Dalam pemindahan jenazah Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadda R.A tersebut banyak orang yang menyaksikan diantaranya :
1.Al Habib Muhammad Bin Abdulloh Al Habsy R.A
2.Al Habib Ahmad Dinag Al Qodri R.A, dari gang 28
3.K.H Ibrahim dari gang 11
4.Bapak Hasan yang masih muda sekali saat itu
5.Dan banyak lagi yang menyaksikan termasuk pemerintah belanda

Kemudian Bapak Hasan menjadi penguru maqam Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadda R.A. Saat ini semua saksi pemindahan tersebut sudah meninggal. Merekalah yang menyaksikan dan mengatakan jasad Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadda R.A masih utuh dan kain kafannya masih mulus dan baik, selain itu wangi sekali harumnya.
Dipemakaman itulah dikebumikan kembali jasad Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadad R.A yang sekarang ini pelabuhan PTK (terminal peti kemas) Koja Utara, Kecamatan Koja, Tanjung Priuk – Jakarta Utara.
Setelah pemindahan maqam banyak orang yang berziarah ke maqam Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadda R.A sebagaimana yang diceritakan oleh putera Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A yaitu Al Arif Billah Al Habib Ahmad Bin Zein Al Haddad R.A.

Pada Tahun 1841 Al Arif Billah Al Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad R.A di gang 12 kelurahan Koja Utara kedatangan tamu yaitu Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad R.A (orang yang selamat dalam perjalanan dari Ulu, Palembang ke Pulau Jawa) dan beliau menceritakan kejadian yang dialaminya bersama Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Hadad R.A beserta 3 orang azami. Cerita tersebut disaksikan Al Arif Billah Al Habib Ahmad Bin Zein Al Haddad R.A. Dari cerita itulah maka dijadikannya Maqib Maqom Kramat Situs Sejarah Tanjung Priuk (dalam pelabuhan peti kemas (TPK) Koja, Tanjung Priuk, Jakarta Utara).



Sumber MT Ashalatu ‘Alan Nabi
Al - Kisah No. 07 / Tahun III / 28 Maret - 10 April 2005 & No. 08 / Tahun IV / 10-23 April 2006

Thursday, April 8, 2010

Parade Thoriqoh Mesir 2010

Jum'at 26 Februari 2010 kemaren bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal 1431 Hijriyyah, tau sendiri kan cerita 12 Rabiul Awwal pada Tahun Gajah?. tahun dimana kota Makkah dijajah pasukan berkendara Gajah.
Ya, hari itu tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sang Pembawa Risalah Ilahi. Pembawa perubah kebodohan menjadi pencerahan.
Bulan Maulud, Mawlid atau dalam basa Jawa Mulut adalah salahsatu bulan yang heboh di Mesir, salah satu tradisi dalam merayakannya adalah Pawai Thoriqoh, yaitu sebuah arak-arakan yang diikuti dari berbagai Thoriqoh yang diakui disini. di Mesir sendiri ada puluhan bahkan hampir ratusan Thoriqoh yang diakui, mereka berkumpul di sebelah terminal Darrosah kemudian berjalan kaki menuju area Masjid Hussein (cucu Kangjeng Nabi) sambil melantunkan dzikir juga puji-pujian terhadap Sang Nabi.

Di dalam masjid Hussein terdapat makam (kepala) Sayyidina Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW yang semula dimakamkan di Asqalan (Palestina) kemudian oleh Dinasti Fathimiyah dipindah ke Kairo. Versi lain dari sejarah mengatakan bahwa makam ini dipindahkan ke Turki oleh Dinasti Usmani.

Pawai ini diikuti berbagai aliran Thoriqoh besar dan kecil dari penjuru negeri ini. selepas sholat Ashar, semuanya sudah bersiap di lapangan kecil (kalau hari biasa tempat ini menjadi tempat parkir), kemudian per kelompok berkumpul sambil membawa panji-panji dan spanduk serta tak henti-henti bershalawat dan memuji Sang Nabi, tak jarang pula membawa alat musik semacam rebana dan lain-lain.

Saya melihat ada banyak kesamaan disini dan di Indonesia dalam cara memuji Sang Nabi, lantunan Shalawat dan berbagai pujian terus menggema selepas shalat Jum'at di Masjid Hussein. ada yang melagukan Thala'al Badru, Barzanji, Burdah dan lain sebagainya. tak berbeda dengan Masjid Ja'fariyyah (markas Thoriqoh Ja'fariyyah, posisinya persis disebelah terminal Darrosah, disini juga terdapat makam Syeikh Ja'fari, sang pendiri thoriqoh juga seorang Imam Masjid Al-Azhar dahulu). dari selepas Dhuhur sampai menjelang waktu Ashar tak henti-henti melantunkan Shalawat, dipenuhi oleh ratusan Jama'ahnya.

Semuanya sudah berkumpul, siap mengikuti parade
setelah shalat Ashar, kemudian berbondong-bondong menuju area lapangan disebelahnya yang sudah dipenuhi panji-panji dan tabuhan genderang Thoriqoh lain. tak lama setelah itu semuanya saling merapat dan mulai berjalan ber-iringan, Thoriqoh-per-Thoriqoh dengan khasnya masing-masing. sambil berjalan kaki, serta tak henti-henti ber-Shalawat tentunya. ribuan orang merayap dengan khas masing-masing, tua muda, besar kecil, semuanya bersorak beriringan dengan satu tujuan, ber-Dzikir pada Ilahi, memuji Sang Nabi.

"Ada Banyak Cara Menuju Jalan-Nya

Sumber : masoed.blogspot.com

Ziarah makam Syeikh Muhammad Baha'uddin Shah Naqshband

Silsilah Kemursyidan Asy-Syaikh Habib Muhammad Luthfi Bin 'Ali Bin Hasyim Bin Yahya Q.S

As-Sayyid Al-Habib Muhammad Luthfiy bin Ali bin Hasyim bin Yahya
dari Sayyid Habib Muhammad Abdul Malik
dari Sayyid Habib Ahmad Nahrowiy Al-Makki dari Sayyid Sholeh Al-Mufti Al-Hanafi
dari Sayyid Ali bin Thohir Al-Madaniy
dari Sayyid Ahmad Minatullah Al-Maliki Al-Aazhuriy
dari Sayyid Muhammad Al-Bahitiy
dari Sayyid Yusuf Adl-Dlaririy

dari Sayyid Muhammad bin Al-Qasim As-Sakandariy
dari Sayyid Muhammad Az-Zurqoniy dari Sayyid Ali Al-Ajhuriy
dari Sayyid Nur Al-Qorofiy
dari Sayyid Al-Hafidh Al-Qasqalaniy
dari Sayyid Taqiyudin Al-Wasithi
dari Sayyid Abil Fath Al-Maidumiy
dari Sayyid Abil ‘Abbas Al-Mursiy
dari Sayyidisy Syaikh Abil Hasan Ali Asy-Syadziliy
dari Sayyid ‘Abdus Salam bin Masyis
dari Sayyid Abdurrahman Al-Madaniy Al-Maghribiy
dari Sayyid Taqiyudin Al-Faqir
dari Sayyid Fakhrudin
dari Sayyid Nuruddin dari SayyidTajudin
dari Sayyid Syamsudin
dari Sayyid Zainuddin
dari SayyidAbu Ishaq Ibrahim Al-Bashriy
dari Sayyid Abul Qasim Ahmad Al-Marwaniy
dari Sayyid Sa’id dari Sayyid Sa’ad
dari Sayyid Abu Muhammad Fathus- Su’udi
dari Sayyid Abu Muhammad Al-Ghozwaniy
dari Sayyid Abu Muhammad Jabir
dari Sayyidina Hasan bin Ali r.a
dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib radliallahu anhum ajma’in
dari Sayyidil mursalin Imamil Anbiya’ wal Atqiya’ Sayidina Muhammad Saw
dari Jibril AS
dari Allah Swt.
Sumber :Thoriqoh Syadziliyah



Wednesday, April 7, 2010

Tanda-Tanda Mencintai Nabi : HadratusSyaikh HAsyim Asari

al-'Allamah Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdatul Ulama di Indonesia, wafat 25 Julai 1947) di dalam kitab beliau berjudul an-Nur al-Mubin. Menyatakan ‘Alaamaat (Tanda-tanda) Mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم.

Hadratusy Syaikh menulis: Menyintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم ada tanda-tandanya. Barangsiapa yang dzahir pada dirinya tanda-tanda tersebut, adalah ia benar-benar mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم. Dan sekiranya tidak, maka cintanya hanya perkataan semata.

Tanda-tanda tersebut adalah:

:
• meneladani Baginda صلى الله عليه وآله وسلم samada dalam percakapan, perbuatan dan ahwal, dzahir dan bathinnya
• mengamalkan sunnah-sunnah Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya, berusaha beradab dengan adab Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, dalam semua keadaan, baik dikala susah, maupun senang, dikala cergas maupun malas
• mengutamakan apa yang telah disyariatkannya dan yang digalakkannya untuk dilakukan daripada mengikuti hawa nafsu dan syahwat.
• banyak menyebutnya yakni bershalawat ke atas Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, sebab orang yang mencintai sesuatu, banyak atau sering menyebutnya dengan perasaan rindu kepada yang dicintainya, mengagungkannya, memuliakannya dan mendzahirkan kekhusyu’kan dan rendah diri ketika mendengar nama Baginda صلى الله عليه وآله وسلم disebut.
• rindu untuk bertemu dengan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, kerana sesungguhnya setiap kekasih ingin bertemu dengan yang dikasihinya.
• mencintai mereka yang dicintai oleh Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, iaitu yang punya hubungan dengan Baginda صلى الله عليه وآله وسلم seperti ahlibait Baginda صلى الله عليه وآله وسلم, para shahabat Baginda صلى الله عليه وآله وسلم dari kalangan Muhajirin dan Anshar.
• membenci orang-orang yang dibenci oleh Allah dan RasulNya, memusuhi orang yang memusuhinya, menjauhi orang yang menyimpang dari sunnahnya serta berkeberatan terhadap orang yang menyimpang dari sunnahnya.
• mencintai al-Quran yang diturunkan kepada Baginda صلى الله عليه وآله وسلم. Mencintai al-Quran bererti membaca, memahami dan mengamalkan segala tuntutan-tuntutannya di dalam mengatur kehidupan kita dan seterusnya memperjuangkannya.
• mencintai sunnahnya serta memperhatikan dan memahami hukum-hakamnya. Sahal bin ‘Abdullah at-Tusturi berkata: Tanda-tanda mencintai Allah adalah mencintai al-Quran dan mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم. Tanda-tanda mencintai Nabi صلى الله عليه وآله وسلم adalah mencintai sunnahnya. Tanda-tanda mencintai sunnahnya adalah membenci dunia. Tanda-tanda membenci dunia adalah enggan mengambilnya melainkan untuk bekalan menuju kampung akhirat
• belas kasihan (bersikap lemah lembut dan mengasihi) terhadap ummatnya, memberi nasihat kepada mereka tanpa jemu, berusaha memberi kemaslahatan dan menghindarkan mereka daripada marabahaya.
Demikian sedikit sedutan dari kitab yang ambo sebutkan. Semoga kita menjadi umat yang benar-benar mencintai Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم juga mencintai kita. Sekian. Selamat Menyambut Maulidurrasul صلى الله عليه وآله وسلم

Sumber : Al Fanshuri

Shadhili Hadra

This shadhuli zikr hadra is conducted by Hazrat Sheik Abdullah Hidayathulla baba(T .C ustad)-naqshbandi-shadhuli-qadiri-rifai-chisti-dasuqi.kerala india.
In india shadhuli tareeqah silsila is connected to Sheik Abdullah Hidayathullah baba-shadhuliyathul-darqaviyathul-madaniyathul-fassiya..he have many mureeds all over in india.he is the founder of JAMIA-HANEEFIYA-RABBANIYYA.calicut.kerala.india


hadra dhikr by Dr tahir qadri & Shaykh Muhammad Yaqoubi

Salman Al Farisi : Sufi nasab ke 3 naqsybandi

Salman al Farisi dikenal sebagai “Imam”, “ Pewaris Islam”, “Hakim yang Bijaksana”, “Ulama yang Berpengetahuan Luas”, “Ahlul Bayt”. Semua julukan trersebut diberikan kepadanya oleh Nabi Muhammad saw.
Salman Al Farisi ra, selalu berdiri tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan untuk membawa Nur ala Nur, Cahaya Diatas Cahaya, dan menyebarkan Rahasia Hati. Mengangkat manusia dari kegelapan kepada Cahaya. Beliau adalah seorang sahabat Nabi saw yang terhormat, yang menuliskan Enam Puluh Tradisi, Sunah Nabi saw.

Salman Farisi ra , berasal dari keluarga Zoroastrian yang dihormati dari sebuah kota dekat Isfahan. Suatu hari ketika melewati sebuah gereja, ia tertarik mendengar suara orang yang sedang bersembahyang. Tertarik oleh cara pemujaan mereka, maka iapun masuk dan menemui bahwa agama itu lebih baik dari agamanya (Zoroaster). Setelah mempelajari bahwa agama itu berasal dari Syiria, maka ia meninggalkan rumahnya, meskipun hal tersebut bertentangan dengan keinginan ayahnya.

Salman al-Farisi pergi ke Syiria bergabung dengan pengikut Nasrani. Salman ra mengetahui dari mereka tentang kedatangan Nabi terakhir dan tanda-tanda yang menyertainya. Kemudian Salman berkelana ke Hijaz , disana dia ditangkap dan kemudian dijual sebagai budak ke Madinah, dimana akhirnya ia dapat bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Ketika ia mengetahui semua tanda-tanda pada diri Nabi saw seperti yang telah dikatakan guru Kristianinya, maka kemudian iapun memeluk islam.

Perbudakan menghalangi Salman ra untuk berada pada perang Badar dan Uhud. Kemudian Nabi Muhammad saw menolong dia terlepas dari perbudakan melalui bercocok tanam dengan tangan Beliau saw sendiri sebanyak 300 pohon palm dan memberi Salman ra sebongkah besar emas untuk terlepas dari perbudakan. Setelah menjadi manusia bebas ia mengambil bagian dalam setiap perang bersama Nabi saw. Didalam Kitab Ibnu Ishaq, Sirah Rasulullah saw kita menemukan perjalanan Salman ra dengan Nabi saw dalam mencari agama yang sebenar-benarnya.

Asim Ibnu Umar Ibnu Qatadah mengatakan bahwa Salman dari Persia berkata pada Nabi saw, bahwa gurunya di Amuria menyuruhnya pergi kesuatu tempat di Syiria dimana tinggal seorang lelaki diantara dua belukar. Setiap tahun saat ia melakukan perjalanan dari satu kota ke kota yang lain, orang yang berpenyakit akan berjajar sepanjang jalan yang dilaluinya dan meminta doanya kemudian mereka disembuhkan dari penyakitnya.

Gurunya berkata, tanyakan tentang agama yang engkau cari itu karena ia dapat menceritakannya. Maka sayapun terus berjalan sampai kesuatu tempat yang telah disebutkan, Disana orang-orang yang sakit berkumpul, kemudian orang yang disebutkan gurunya itu keluar dan melewati kumpulan orang-orang yang sakit itu dan semua orang datang dengan berbagai penyakitnya. Setiap orang yang didoakannya ternyata sembuh, tetapi orang-orang itu mencegahku untuk mendekatinya. , Saya tidak dapat mendekatinya sampai ia masuk dalam belukar yang ditujunya, kemudia aku memegang bahunya dan orang itu bertanya siapa diriku. “ Semoga Allah mengampuni kamu”

Ceritakan padaku tentang hanafiah agamanya Nabi Ibrahim, ia menjawab ,” Anda bertanya tentang suatu hal yang dijaman ini manusia tidak mengikutinya lagi, saat ini waktu sudah dekat dimana seorang Nabi akan dikirim melalui agama ini dari manusia-manusia yang berada diwilayah suci. Pergilah kepadanya karena ia akan membawamu kepada hal itu. Kemudian ia masuk kedalam belukar. Nabi saw berkata kepada Salman ra, seadainya engkau telah berkata benar kepadaku, maka sesungguhnya engkau telah bertemu dengan Yesus, Nabi Isa alaihi salam, anak Maryam.

Dalam salah satu perang Nabi saw, yaitu perang al-Kandaq, Salman menyarankan kepada Nabi saw untuk menggali parit disekililing Madinah untuk melindungi kota tersebut. Dan Nabi saw menerima sarang tersebut dengan gembira. Kemudian Salman ra memulai penggalian dengan tangannya sendiri, selama penggalian tersebut Salman terantuk batu yang sulit dipecahkan, Nabi saw kemudian mengambil kampak. Pada hantaman yang pertama kampak tersebut menimbulkan percikan dibatru itu, demikain juga pada hantaman kedua dan ketiga.

Kemudian ia bertanya pada Salman ra, “Oo.. Salman apa engkau melihat percikan itu? Salman menjawab, “Ya Nabi, aku melihatnya”. Nabi berkata,” Percikan pertama memberikan aku visi atau penglihatan dimana Allah swt telah membuka Yaman bagiku. Pada percikan kedua Allah membuka Damascus dan Al-Magrib (Barat) dan dipercikan yang ketiga Allah membuka daerah Timur. Salman mencatat, bahwa Nabi saw berkata: “Permohonan mencegah perjanjian atau kesepakatan. Tiada hal lain tetapi kebenaran meningkatkan kehidupan dan Tuhanmu sangatlah murah hati dan malu untuk berpaling dari tangan seorang hamba yang telah mengangkat tanggannya untuk berdoa kepadanya”.

At Tabari mencatat bahwa ditahun 1600 M / 637 H tentara muslim memasuki medan perang Persia dengan maksud untuk melawan Raja Persia. Disuatu daerah, mereka berada diseberang sungai Tigris. Komandan tentara muslim Saad Ibnu Abi Waqas, mengikuti instruksi dari mimpi yang ia alami, ia memerintahkan seluruh tentaranya untuk mencebur kesungai yang deras airnya. Banyak diantara mereka yang ketakutan dan ragu. Saad bersama Salman disebelahnya kemudian berdoa, “Ya Tuhanku berikan kami kemenangan dan dapat mengalahkan musuh.” Kemudian Salman sholat, dan Islam menganugerahkan keberkahan yang terbaik melalui pertolongan Allah, mereka menyeberangi sungai yang deras dengan mudah bagi para tentara muslim, seperti menyeberangi padang pasir.

Melalui pertolongan Allah, karena Salman telah memasrahkan dirinya kepada Allah, maka para tentara tersebut dengan mudah dapat menyeberangi sungai tersebut. Dengan jumlah yang sama baik ketika berangkat maupun ketika sampai . Salman menyebrangi sungai tersebut sehingga sungai dipenuhi oleh kuda dan manusia. Kuda-kuda mereka berenang sekuat tenaga dan ketika kuda-kuda tersebut kelelahan, maka dasar sungai seerti terangkat keatas dan memberikan pijakan sehingga mereka kembali bisa bernafas.

Bagi beberapa orang penunggang, kuda-kuda tersebut seperti berlari tanpa kesulitan sehingga mereka sampai diseberang sungai sesuai degan doa Salman dan tidak kehilangan perlengkapan apapun kecuali kecuali hanya satu gelas kaleng yang terbawa hanyut aliran sungai yang sangat deras.

Selanjutnya mereka mengambil alih ibukota Persia. Salman ra yang berhasil menaklukkan Persia bertindak sebagai juru bicara dan ia berkata, “ Saya berasal dari daerah yang sama seperti kalian. Saya akan bersimpati kepada kalian, untuk itu ada tiga pilihan, Pertama, Kalian boleh memeluk Islam dan kalian akan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama seperti kami, Kedua membayar pajak sebagai non muslim dan kami memerintah kalian dengan adil, Ketiga, Kami menyatakan perang terhadapmu. Penduduk
Persia yang telah menyaksikan keajaiban penyebrangan tentara muslim melalui sungai Tigris kemudian menerima pilihan kedua yaitu membayara pajak sebagai non muslim

Salman Farisi kemudian ditunjuk sebagai gubernur didaerah itu dan menjadi komandan dari tiga puluh ribu tentara muslim. Meskipun demikian ia hidup sangat sederhana. Ia hidup dari hasil keringatnya sendiri. Ia tidak memiliki rumah tetapi memilih tinggal dibawah rimbunnya pepohonan. Salman ra mengatakan betapa terkejutnya dia melihat banyaknya orang yang menghabiskan hidup mereka hanya untuk kehidupan duniawi yang rendah tanpa memikirkan kematian yang dapat merenggut mereka suatu hari kelak.

Salman al Farisi juga seorang yang bersikap sangat tegas dan adil . Suatu hari dibagikan selembar kain kepada para sahabat . Umar ra berbicara,” Rendahkan suaramu sehingga kalian dapat mendengar suaraku”, saat itu Umar ra memakai dua potong kain. Salman ra berkata,” Demi Allah kami tidak akan mendengarmu karena engkau lebih memilih dirimu daripada umatmu”. “ Bagaimana bisa kau katakan seperti itu kepadaku?”,tanya Umar ra, Salman pun menjawab, “ Wahai Umar, engkau memakai dua potong kain sedangkan yang lain hanya memakai seportong kain. Umar ra pun bertanya kepada anaknya, ,”Oo.. Abdullah, “ anaknya Umar pun menjawab, “Demi pelayananmu”. Umar ra bertanya demi Allah, apa engkau mengakui potongan kedua kain itu milikmu?”, Abdullah berkata Ya Benar itu milikku”, kata anaknya, maka kemudian Salmanpun berkata, sekarang baru kita akan mendengarmu.

Salman al- Farisi setiap malam ia memenuhi malam-malamnya dengan solat dan saat lelah ia akan mulai berdzikir dengan lidahnya. Saat lidahnya lelah ia akan merenung dan bertafakur dan bermeditasi untuk mendapatkan kekuatan Allah Sang Pencipta. Kemudian ia akan berkata kepada dirinya, “Ooh Egoku, engkau telah beristirahat, sekarang bangun dan sholat, kemudian ia akan sholat, berdzikir kembali dan bertafakur sepanjang malam

Imam Bukhari mencatat dua tradisi yang menunjukkan pertimbangan Nabi saw terhadap Salman al Farisi. Abu Hurayrah ra, mencatat sewaktu mereka duduk bersama Nabi saw, saat itu Surat al-Jumuah sedang dibacakan kepadanya. Saat Nabi saw membacakan ayat tersebut bahwa Allah telah mengirim Muhammad saw kepada yang lain selain bangsa Arab. ( 62:3), Salman berkata,”Siapakah bangsa tersebut wahai Pembawa pesan Allah?, Nabi Muhammad saw tidak menjawab sampai aku mengulang pertanyaan itu tiga kali, saat itulah Salman al-Farisi berada bersama kami, Nabi saw meletakkan tangannya kebahu Salman sambil berkata,” Jika takdir berada di Pleiades, maka beberapa orang akan memperolehnya” ..

Abu Juhayfah berkata,”Nabi saw memnbuat ikatan persaudaran antara Salman dengan Abu al Darda al-Anshari. Suatu saat Salman berkunjung kepada Abu Darda dan mendapat Ummu Abu Darda berpakaian lusuh, ia bertanya mengapa Ummu Darda seperti itu, ia menjawab saudaramu Abu ad-Darda tidak tertarik dengan kemewahan duniawi. Sementara itu Abu ad-Darda masuk dan menyiapkan makanan bagi Salman.

Kemudian Salman meminta Abu ad-Darda makan bersamanya tetapi ia menjawab, “Aku berpuasa”.. Salman berkata,” aku tidak akan makan kalau engkau tidak makan”, sehingga Abu ad-Darda pun kemudian membatalkan puasanya dan makan bersama Salman. Saat malam tiba Abu Darda bangun untuk melakukan solat malam namum Salman menyuruhnya untuk tidur kembali. Selang berlalu Abu ad-Darda kembali bangun dan Salman meyuruhnya kembali tidur. Saat tiba saat terakhir solat Salman menyuruh Abu ad Darda sholat seraya berkata,”Tuhanmu memiliki hak atas kamu, jiwamu memiliki hak atas kamu dan keluargamu memiliki hak atas kamu. Abu ad-Darda menceritakan seluruhnya kepada Nabi saw, dan Nabi saw berkata Salman telah berbicara benar. Dan semua itu berasal dari perkataannya.

Dari Kata-Kata Salman al Farisi

Sulayman al Teemi ra menceritakan bahwa Salaman al Farisi berkata, “Nimrod membiarkan lapar dua singa dan kemudian melepaskannya untuk mengejar Nabi Ibrahim as, namum saat kedua singa berhadapan dengan Nabi Ibrahim as singa tersebut hanya berdiri dan dengan penuh kasih sayang menjilati seluruh badanya dan bersimpuh dikaki Nabi Ibrahim as.

Abi al Bakhtari menceritakan bahwa Salman al Farisi memiliki seorang budak perempuan keturunan Persia dan berbicara kepadanya dalam bahasa Persia sebagai berikut, “Sujudlah sekali saja dihadapan Allah”, kemudian budak itu menjawab, “aku tidak menyembah siapapun”. Kemudian seseorang bertanya kepada Salman, “Oh.. hamba Allah apa yang budak itu akan dapatkan dengan sekali saja bersujud kepada Allah?”, Salman menjawab, “Setiap hubungan akan merupakan bagian rantai yang penting dan jika budak ini melakukan sekali sujud sekali saja kepada Allah Yang Maha Kuasa, maka hal itu akan membimbingnya untuk bersolat lima waktu. Sebenarnya mereka yang memperoleh bagian dari barakah keislaman tidak sepadan dengan mereka yang tidak memilikinya”.

Sulayman al-Temmi ra mencertikan bahwa Salman berkata, jika seseorang melewati seluruh malamnya dengan membebaskan budak-budak dari perbudakan dan seseorang yang lain melewati malamnya dengan membaca al-Quran dan melakukan dzikir, maka orang kedualah yang memiliki posisi lebih tinggi dihadapan Allah swt.

Wafatnya Salman al Farisi

Salman al-Farisi yang dicintai meninggal pada tahun 33 H/ 654 M semasa pemerintahan Khalifah Usman ra. Ia meneruskan rahasianya kepada cucu laki-laki Abu Bakar ra yang bernama Imam Abu ar-Rahman Qasim ibnu Muhammad ibnu Abu Bakar as Siddiq ra.

Sumber : Nur Muhammad.com

Tuesday, April 6, 2010

Wirid Syekh Abu Bakar bin Salim

Berikut adalah Wirid Syeh Abu Bakar bin Salim berikut terjemahanya.. wirid ini cukup banyak faedahnya untuk diamalkan setiap harinya..

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
. اَللّهُمَّ يَا عَظِيْمَ السُّلْطَانِ يَاقَدِيْمَ اْلاِحْسَانِ يَادَإِمَ النِّعَمِ يَاكَـثِيْرَ الْجُوْدِ يَاوَاسِعَ الْعَطَاءِ يَاخَفِيَّ اللُّطْفِ، يَاجَمِيْلَ الصُّنْعِ يَِاحَلِيْمًالاَ يَعْجَلُ. صَلِّ يَا رَبِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالِه وَسَلِّمْ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةِ اَجْمَعِيْنَ. اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ شُكْرًا وَلَكَ الْمَنُّ فَضْلاً وَاَنْتَ رَبُّنَا حَقاًّ وَنَحْنُ عَبِيْدُكَ رِقاًّ وَاَنْتَ لَمْ تَزَ لْ لِذَا لِكَ اَهْلا.ً يََا مُيَسِّـرَ كُلِّ عَسِـيْرٍ وَيَاجَابِرَ كـُلِّ كَسِيْـرٍ وَ يَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ وَيَامُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ وَيَامُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ وَيَامَأْمَنَ كُلِّ مَخِيْفٍ، يَسِّرْ عَلَيْنَاكُلَّ عَسِيْرٍ، فَتَيْسِيْرُالْعَسِيْرِعَلَيْكَ يَسِيْرٌ.اَللّهُمَّ يَامَنْ لاَيَحْتَاجُ اِلَى الْبَيَـانِ وَالتَّفْسِيْرِ حَاجَاتُنَاكَثِيْرٌ، وَاَنْتَ عَالِمٌ بِهَاوَخَبِيْرٌ، اَللّهُمَّ اِنِّيْ اَخَافُ مِنْكَ وَاَخَافُ مِمَّنْ يَخَافُ مِنْكَ، وَاَخَافُ مِمَّنْ لاَ يَخَافُ مِنْكَ. اَللّهُمَّ بِحَقِّ مَنْ يَخَافُ مِنْكَ نَجِّنَامِمَّنْ لاَ يَخَافُ مِنْكَ. اَللّهُمَّ بِحَقِّ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ اُحْرُ سْنَابِعَيْنِكَ الَّتِى لاَ تَنَامُ، وَاكْـنُفْنَا بِكَنَفِكَ الَّذِيْ لاَيُرَامُ وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا فَلاَ نَهْلِكْ وَاَنْتَ ثِـقـَتُـنَا وَرَجَاؤُنَا. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَالِـه وَصَحْبِه وَسَلـَّمَ، وَالـْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ الـْعَالـَمِيْنَ.
عَدَدَخَلـْقِه َورِضَى نَفْسِه وَزِنَةَعَرْشِه وَمِدَادَكَلِمَاتِه


اَللّهُمَّ اِنَّانَسْأَ لُكَ زِيَادَةً فِى الدِّ يْنِ، وَبَرَكَةً فِى الـْعُمُرِ وَصِحَّةً فِى الـْجَسَدِ وَسِعَةً فِى الرِّ زْقِ وَتَوْبَةً قَـبْلَ الـْمَوْتِ وَشَهَادَةًعِنْدَالـْمَوْتِ. وَمَغْـفِرَةً بَعْدَالـْمَوْتِ وَعَفْوًاعِنْدَ الـْحِسَابِ وَاَمَانًامِنَ الـْعَذَابِ وَنَصِيـْبًامِنَ الـْجَنَّةِ وَارْزُقْـنَا النـَّظَرَاِلى وَجْهِكَ الـْكَرِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ عَلىََ سَـيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَالِه وَصَحْبِهِ وَسَلَّمٌ (سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الـْعِزَّةِ عَمَّايَصِفُوْنَ وَسَلمٌ عَلَى الـْمُرْسَلِيْنَ. وَالـْحَدْلِلّهِ رَبِّ الـْعَالَمِيْنَ.عَدَدَخَلـْقِه وَرِضَى نَفْسِه وَزِنَةَعَرْشِه وَمِدَادَكَلِمَاتِه
Wahai Yang Maha Agung Kerajaan Nya, Wahai Yang Maha Terdahulu Kebaikan Nya, Wahai Yang Tak Henti hentinya Melimpahi Nikmat, Wahai Yang Maha Banyak Limpahan Kemurahan Nya,
Wahai Yang Maha Luas Pemberian Nya, Wahai Yang Maha Tersembunyi Kasih Sayang Nya, Wahai Yang Maha Lembut Perbuatan Nya, Wahai Yang Maha Berkasih Sayang tanpa Tergesa gesa menurunkan siksa,
Limpahkanlah Shalawat Wahai Tuhanku pada Sayyidina Muhammad dan pada Keluarga serta Salam Sejahtera dan Ridhoilah atas semua para sahabatnya sekalian,
Wahai Allah Bagi Mu segala Pujian dan Syukur, Dan Bagi Mu (kami sangat) Berhutang Budi atas Segala Anugerah, Dan Engkaulah Pemilik Kami Yang Sebenar benarnya, Dan Kamilah Hamba Mu yang Kau Miliki, Dan Engkau Tetap Abadi memiliki kami, Wahai Yang Maha Memudahkan semua Hamba Mu yg Kesulitan, Wahai Yang Maha Menghibur semua Hamba Mu yg tenggelam dalam Kecewa dan Kesedihan, Wahai Yang Maha Menemani semua Hamba Mu yang dalam Kesendirian,
Wahai Yang Maha Mencukupi semua Hamba Mu yg Faqir, Wahai Yang Maha Menguatkan semua Hamba Mu yang Lemah, Wahai Yang Maha Mengamankan semua yang dalam Ketakutan,
Mudahkanlah bagi kami segala kesulitan kami, Engkaulah satu satunya yang Maha Memudahkan segala yg Sulit, Dan Milik Mu segala Kemudahan,
Wahai Allah Yang Tak Membutuhkan penjelasan dan penafsiran (atas kesulitan kami),
Hajat Kami sangatlah banyak, dan Engkau Maha Mengetahuinya dan Maha Memahami Kejadiannya,
Wahai Allah kami takut pada Kewibawaan Mu, dan kami takut pada orang yg takut pada Kewibawaan Mu (para Wali Allah, takut bila berbuat salah pd mereka, kami akan mendpt kemurkaan Mu.), dan kami takut pula pada orang yg tidak takut pada Kewibawaan Mu (para Musuh Allah, takut bila perbuatan mereka pd kami menjauhkan kami dari Mu.)
Wahai Allah Demi Orang orang Yang Takut akan Kewibawaan Mu, Selamatkan Kami dari orang orang yg tak takut pada Kewibawaan Mu, Wahai Allah demi Sayyidina Muhammad..,
Jagalah Kami dengan Pandangan Mu Yang Tak Pernah Terlelap, dan Ayomilah Kami dengan Pemeliharaan Mu yang Tak terbayangkan, Kasihanilah kami, Dengan Ketentuan Mu yg akan menimpa kami, maka kami tak akan celaka bila Engkau Harapan Kami dan Pegangan Kami. Maka shalawat serta salam atas pemimpin kami sayidina Muhammad dan atas keluarga dan sahabatnya, dan segala puji bagi Tuhan sekalian Alam, sebanyak ciptaan Nya, dan keridhoan diri Nya, dan perhiasan Arsy Nya, dan tinta kalimat Nya,
Wahai Allah kami memohon kepada Mu bertambahnya keiamanan dalam beragama, keberkahan dalam usia, kesehatan tubuh, keluasan dalam rizki, dan taubat sebelum kematian, dan syahadat saat kematian, dan pengampunan setelah kematian, dan pengampunan di hari hisab, dan aman dari siksa, dan bagian dari sorga, dan berilah kami kesempatan memandang kepada Dzat Mu yg Maha Agung dan Mulia,
Maka shalawat Allah dan salam semoga selalu atas sayyidina Muhammad dan atas keluarga dan sahabatnya, walhamdulillahirabbil’alamin


Monday, April 5, 2010

Sufi Book : The Nine-Fold Ascent

Author: Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
ISBN: 978-1-930409-59-0
Pages: 158 pages

The teachings presented here outline a course towards spiritual realization that has rarely been made available before. This book focuses on details of the Naqshbandi Sufi path, with emphasis on the responsibility of the disciple to make progress and advances in his spiritual discipline based on pure love and longing for the Divine Presence. Starting with initiation at the hands of the master, the book outlines the steps needed for the devoted seeker to attain actual gnosis, reaching the level where he or she is able to connect and communicate with masters, both living and passed on, who are able to provide direct spiritual support in assisting the seeker in reaching ever higher levels.

The book is essentially a manual in reaching the State of Perfection,Maqam al-Ihsan, which the Prophet Muhammad (upon whom be God's peace and blessings) described as "to worship God as if you see Him and if you do not see Him, to know He sees you." This station is the first goal of the seeker in setting forth on the way of spiritual ascension. While this station is not the seeker's ultimate destination, realizing it is considered the first step into the circle of true seekers, those whose vision is supported by God and who receive inspiration from the Divine Presence.

Buku dapat dibeli di Perpustakaan Yayasan Haqqani Indonesia, seharga Rp.135.000

Sufi Book : Mengenal Lebih Dekat al-Habib_Abdullah_bin_Alawi_al-Haddad

Kisah hidup, tutur kata dan tarekatnya

Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, nama beliau sudah tidak asing lagi bagi kita, telah banyak kitab-kitab karya beliau seperti an-Nasaihud ad-Diniyah, ar-Risalah al-Muawanah, ad-Da’watu at-Tammah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Beliau juga masyhur dengan gelar Shahiburratib, karena beliaulah yang menyusun kitab wirid atau dzikir Ratib al-Haddad yang lazim diamalkan hampir di seluruh belahan dunia.

Namun, apakah kita telah benar-benar mengenal sosok kepribadian beliau yang teramat mulia itu? Atau mendengar untaian mutiara tutur kata beliau yang penuh dengan hikmah itu? Atau membaca tentang thariqah yang beliau jalani?

Buku ini akan menjawab semua pertanyaan itu dan mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat bahkan sangat dekat dengan sosok beliau, al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad.

Telah berpulang Al Allamah Al Musnid Al Arif billah Alhabib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf

TELAH BERPULANG KE RAHMAT ALLAH SWT GURU DAN KHALIFAH PARA HABAIB

by Habib Munzir Al Musawa, ww.majelisrasulullah.org
Dinihari ahad 19 Rabiutsani 1431 H, 4 april 2010 telah berpulang ke Rahmat Allah swt Guru dan Khalifah para habaib sedunia, Al Allamah Al Musnid Al Arif billah Alhabib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf, Jeddah, Saudi Arabia.

Dishalatkan di Masjidil Haram Makkah selepas shalat Isya, Ahad 4 April 2010.
Beliau adalah Seorang Imam Besar dan Khalifah para habaib saat ini, seorang yg sangat santun, lemah lembut, dan airmata selalu bercucuran jika mendengar tausiyah beliau yg membuka Rahasia rahasia kelembutan Allah swt, menggetarkan jiwa, membuat sanubari bagai hancur karena terharu akan kelembutan dan kasih sayang Allah pada kita, beliau kelahiran Seiyun Hadramaut, Yaman, lalu hijrah ke Jeddah, dan berkunjung acapkali ke pelbagai negeri, dan Indonesia sangat sering dikunjungi beliau, dimasa Alhabib Shaleh bin Muhsin Alhamid (Tanggul) Rahimahullah, Alhabib Alwi bin Ali Al Habsyi rahimahullah (ayah Almarhum Alhabib Anis Solo), Alhabib Umar bin hud Alattas rahimahullah, dan masa para habaib sepuh di Indonesia, beliau selalu berkunjung ke Indonesia.
Sekitar 12 tahun yg lalu, tepatnya tahun 1998 ketika saya lulus bersama alumni pertama Murid Guru Mulia Al Allamah Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh, beliau mengantar kami sebelum pulang ke Indonesia untuk haji dan berkunjung pd Guru beliau tsb di Jeddah,

Kupandang wajah sepuh bercahaya yg rebah diatas kasur, airmata beliau terus mengalir memandangi wajah wajah para alumni yg akan berpulang ke Indonesia, airmata kami terus mengalir, mata bagai terpaku tak ingin melirik ke arah lain selain memandangi wajah bercahaya itu, mata yg bercahaya kelembutan itu terus menangis dalam doa, kedua tangan beliau gemetar terangkat mendoakan kami..
Maka perjumpaan diakhiri dg nasyidah lembut seorang hadirin, membuat beliau menangis hingga terguncang guncang tubuh beliau karena dahsyatnya tangisan, membuat kami hampir bergelimpangan tak tahan menyaksikan kehadiran agung dihadapan beliau.

Kamipun pamit, satu persatu mencium tangan beliau, Guru Mulia disamping beliau mengenalkan satu persatu nama kami saat kami menyalami beliau..
Itulah terakhir kali saya berjumpa beliau.., kondisi beliau terus menurun dan tidak lagi bangkit dari tempat tidur, namun dikatakan oleh Guru Mulia, bahwa tubuh beliau sudah tak berdaya, namun ruh beliau terus dalam cahaya keluhuran dan tidak lemah tak berdaya, terus berdoa dan berdoa.. terus mendoakan para da’I di barat dan timur, terus berkhidmat pada Rasulullah saw..

Ahad dinihari 19 Rabiutsani 1431 H sebelum subuh beliau wafat, seakan menandakan bahwa kemangkatan beliau menunjukkan dekatnya waktu kebangkitan islam di dunia..
Selamat Jalan Imam dan Khalifah para habaib di dunia..

Khalifah para habaib terus silih berganti dari generasi ke generasi mengemban beban luhur..
Wahai Allah.., anugerahkan kepada kami Khalifah luhur pengganti Beliau yg memimpin dakwah diseluruh dunia dalam kebangkitan islam dan dakwah kedamaian sayyidina Muhammad saw, yg terus dibawa dari zaman ke zaman dari Sang Nabi Mulia saw, sampai ke negeri kami dimasa para Wali Songo, terus berlanjut hingga kini..
Wahai Allah muliakan para penyeru ke jalan Allah swt dibarat dan timur, limpahkan bantuan dan kemudahan dan bimbingan Mulia..,

Wahai Allah limpahkan kemuliaan dan keluhuran dan kemudahan pada segenap pecinta Sang Nabi saw..
Wahai Allah limpahkan kemuliaan, kemudahan pada seluruh muslimin di barat dan timur..
Wahai Allah limpahkan hidayah pada penduduk bumi yg masih menyembah selain Mu..
Wahai Allah jangan kau jadikan wafatnya beliau adalah Musibah besar yg akan menimpa kami, namun hiburlah kesedihan kami dg Kau jadikan wafat beliau adalah tanda terbitnya Matahari Kebangkitan Islam di Dunia, Kemakmuran di barat dan Timur.. Amiin.

Tabahkan hati Guru Mulia kami.., beri beliau kekuatan dan keluhuran dan ketenangan.., muliakan derajat beliau dan permudah perjuangan beliau.. beliau telah ditinggal pergi oleh sang guru, maka kuatkan hati beliau dalam menanggung beban yg semakin berat dg kemangkatan guru beliau..
Yaa Allah.. Yaa Allah.. Yaa Allah..
Amiin..