Pages

Sunday, December 26, 2010

Sufi Road : Kisah Perjalanan Imam Junaid AL Bagdadi

Makalah ini akan berisi cerita-cerita dari perjalanan hidup dan spiritual seorang imam Junaid, penulis menyertakannya agar dapat dijadikan sebagai ‘itibar dalam mengarungi dunia yang pana ini, dengan cerita ini mutiara hikamah dapat dipetik dari sebuah pola hidup orang besar. Adapun cerita-cerita itu sebagai berikut:

1. Junad dengan Seorang Wanita Cantik
Setiap insan yang ingin mencapai keridhaan Allah pastinya akan menerima ujian dan cobaan. Imam Junaid menerima ujian dari beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan citra Imam Junaid.

Musuh-musuhnya telah bekerja keras menghasut khalifah di masa itu agar membenci Imam Junaid. Namun usaha mereka untuk menjatuhkan kemasyhuran Imam Junaid tidak berhasil.

Musuh-musuhnya berusaha berbuat sesuatu yang bisa memalukan Imam Junaid. Pada suatu hari, mereka menyuruh seorang wanita cantik untuk memikat Imam Junaid. Wanita itu pun mendekati Imam Junaid yang sedang tekun beribadat. Ia mengajak Imam Junaid agar melakukan perbuatan terkutuk.

Namun wanita cantik itu hanya dikecewakan oleh Imam Junaid yang sedikitpun tidak mengangkat kepalanya. Imam Junaid meminta pertolongan dari Allah agar terhindar daripada godaan wanita itu. Beliau tidak suka ibadahnya diganggu oleh siapapun. Beliau melepaskan satu hembusan nafasnya ke wajah wanita itu sambil membaca kalimah Lailahailallah. Dengan takdir Tuhan, wanita cantik itu rebah ke bumi dan mati.

Khalifah yang mendapat berita kematian wanita itu akhirnya marah kepada Imam Junaid karena menganggapnya sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum.

Lalu khalifah memanggil Imam Junaid untuk memberikan penjelasan di atas perbuatannya. “Mengapa engkau telah membunuh wanita ini?” tanya khalifah.“Saya bukan pembunuhnya. Bagaimana pula dengan keadaan tuan yang diamanahkan sebagai pemimpin untuk melindungi kami, tetapi tuan berusaha untuk meruntuhkan amalan yang telah kami lakukan selama 40 tahun,” jawab Imam Junaid.

Cerita imam Junaid di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa cobaan paling besar dalam kehidupan manusia, apalagi orang besar adalah wanita, karena wanita banyak mengantarkan orang meraih kesuksesan seperti pepata “dibalik kesuksesan besar laki-laki,dibelakangnya ada wanita-wanita perkasa”, akan tetapi tidak dapat pula disangkal bahwa wanita juga banyak menyebabkan orang hancur, terperangkap dalam belenggu setan, kesuksesan Junaid membendung godaan wanita cantik itu, menyebabkan ia menjadi orang yang kian bersinar di zamannya.

2. Junaid dan Iblis
Dikisahkan dari junaid: pada suatu hari Junaid ingin melihat Iblis, Junaid berkata: aku berdiri di pintu masjid dan dari kejahuan terlihatlah olehku seorang tua yang sedang berjalan ke arahku, begitu aku memandangnya, rasa ngerih mencekam perasaanku.

“siapakah engkau ini?”, aku bertanya.

“yang engkau inginkan”, jawabnya.

“wahai makluk yang terkutuk”, aku berseru, “apakah yang menyebabkan engkau tidak mau bersujud pada Adam?”

“bagaimanakah pendapatmu Junaid?”, Iblis menjawab, “jika aku bersujud kepada yang lain daripada-Nya?”

Junaid mengisahkan, betapa ia menjadi bingung karena jawaban Iblis itu. Dan dari dalam lubuk hatiku terdengarlah sebuah seruan, “katakanlah, engkau adalah pendusta, seandainya engaku adalah seorang hamba yang setia niscaya engkau menaati perintah-Nya”.

Ketika Iblis mendengar kata-kata ini, ia meraung nyaring. “demi Allah Junaid, engkau telah membinasakan aku!” dan setelah itu iapun hilang.[11]

Cerita ini dapat dijadikan pelajaran bahwa Iblis selalu membuat manusia terperangkap dalam logika yang menyesatkan dengan argument yang secara rasional sehingga dapat di percaya, sehingga banyak manusia yang menjadi korbannya.

3. Junaid dan Pengemis
Ketika Junaid sedang berkhutbah, salah seorang pendengarnya bangkit dan mulai mengemis. “orang ini cukup sehat”, Junaid berkata dalam hati. “ia dapat mencari nafkah, tetapi mengapa ia mengemis dan menghinakan dirinya seperti ini?”

Malam itu Junaid bermimpi, di depannya tersaji makanan yang tertutup tudung.

“Makanlah!”, sebuah suara memerintah Junaid. Ketika Junaid mengangkat tudung itu, terlihat olehnya si pengemis terkapar mati di atas piring.

“aku tidak mau memakan daging manusia”, jawab Junaid menolak.

“ tetapi bukanlah yang itu telah engkau lakukan kemarin ketika berada di dalam masjid?”

Junaid segera menyadari bahwa ia bersalah karena telah melakukan fitnah di dalam hatinya dan oleh karena itu ia dihukum.

“Aku tersentak dalam keadaan takut”, Junaid mengisahkan. “aku segera bersuci dan melakukan shalat sunnat dua rakaat.” Setelah itu aku pergi keluar mencari si pengemis.. Kudapatkan ia sedang berada di tepi sungai Tignis. Ia sedang memunguti sisa-sisa makanan sayuran yang dicuci di situ dan memakannya. Si pengemis mengangkat kepala dan terlihat olehnya aku yang sedang menghampirinya. Maka bertanyalah ia kepadaku: “Junaid sudahkah engkau bertaubat karena berprasangka buruk terhadapku?” sudah, jawabku. “jika demikian pergilah dari sini. Dia-lah yang menerima taubat hamba-hamba-Nya. Dan jagalah pikiranmu”.

4. Junaid Meninggal Dunia
Ketika ajalnya sudah dekat, Junaid menyuruh sahabat-sahabatnya untuk membentangkan meja dan mempersiapkan makanan.

“Aku ingin menghembuskan nafasku yang terakhir ketika sahabat-sahabatku menyantap seporsi sop”, Junaid berkata.

Kesakitan pertama menyerang dirinya.

“Berilah aku air untuk bersuci”, ia meminta kepada sahabat-sahabatnya.

Tanpa disengaja mereka lupa membersihakan sela-sela jari tangannya. Atas permintaan Junaid sendiri kekhilafan ini mereka perbaiki. Kemudian Junaid bersujud sambil menangis.

“Wahai ketua kami”, murid-muridnya menegurnya,”dengan semua pengabdian dan kepatuhanmu kepada Allah seperti yang engkau telah lakukan, mengapa engakau bersujud saat-saat seperti ini?”

“tidak pernah aku merasa lebih perlu bersujud dari pada saat-saat ini”, jawab Junaid.

Kemudian Junaid membaaca ayat-ayat al-Qur’an tanpa henti-hentinya.

“dan engkau pun membaca al-Qur’an?”, salah seorang muridnya bertanya.

“siapakah yang lebih berhak dari padaku membaca al-Qur’an, karena aku tahu bahwa sebentar lagi catatan kehidupanku akan digulung dan kulihat pengabdian dan kepatuhanku selama tujuh puluh tahun tergantung di angkasa pada sehelai benang. Kemudian angin bertiup dan mengayungkan kesana kemari, hingga aku tak tahu, apakah angin itu akan memisahkan atau akan mempertemukan dengan-Nya. Di sebelahku akan membentang tebing pemisah surga dan neraka, dan disebelah yang lain adalah Malaikat maut. Hakim yang adil akan menantikanku disana, teguh tak tergoyahkan di dalam keadilan yang sempurna. Sebuah jalan telah terbentang di hadapanku dan aku tak tahu dimana akan hendak dibawa”.

Setelah tamat dengan al-Qur’an yang dibacanya, dilanjutkannya pula tujuh puluh ayat dari surah al-Baqarah.

Kesakitan kedua menyarang Junaid.

“sebut nama Allah”, sahabat-sahabatnya membisikkan.

“aku tidak lupa “, jawab Junaid. Tangannya meraih tasbih dan keempat jarinya kaku mencengkram tasbih itu, sehingga salah seorang muridnya harus melepaskannya.

“dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”, Junaid berseru, kemudian menutup matanya dan sampai pulalah ajalnya.

Ketika jenazahnya dimandikan, saalah seorang yang ikut memandikannya bermaksud membasuh matanya. Tetapi seruan dari langit mencegah: “lepaskan tanganmu dari mata sahabatku. Mataku tertutup bersama nama-Ku dan tidak akan dibukakan kembali kecuali ketika dia menghadap-Ku nanti”. Kemudian ia hendak membuka jari-jari Junaid untuk di basuhnya. Sekali lagi terdengar suara mencegah: “jari-jari yang telah kaku bersama nama-Ku tidak akan dibukakan kecuali melalui perintah-Ku”.

Ketika jenazah Junaid di usung, seekor burung dara berbulu putih hinggap di sudut peti matinya. Percuma saja para sahabat mencoba mengusir burung itu, karena ia tidak mau pergi. Akhirnya burung itu berkata :

“janganlah kalian menyusahkan diri kalian sendiri dan menyusahkan aku. Cakar-cakarku telah tertancap di sudut peti mati ini oleh paku cinta. Itulah sebabnya aku hinggap disini. Janganlah kalian bersusah payah. Sejak saat itu jasadnya dirawat oleh para malaikat. Jika bukan karena kegaduhan yanh kalian buat, niscaya jasad Junaid telah terbang ke angkasa sebagai sebagai seekor elang putih bersama-sama dengan kami”..

M. Ali Rusdi

No comments:

Post a Comment